[Nasional-m] Polisi Kehilangan Jejak

Ambon nasional-m@polarhome.com
Sat, 16 Nov 2002 22:55:10 +0100


Jawa Pos
Sabtu, 16 Nov 2002

Polisi Kehilangan Jejak

LAMONGAN - Polisi mengakui kehilangan jejak dalam memburu Ali Imron alias
Ale, adik kandung Amrozi. Padahal, polisi sangat membutuhkan Ale. Lelaki ini
diketahui begitu dekat Amrozi selain tudingan dialah pemilik sejumlah
senjata api (senpi) dan amunisi yang ditemukan di kawasan Hutan Dadapan,
Solokuro, Lamongan, Jawa Timur, awal pekan ini.

Selain Ale, polisi memburu Ali Gufron, kakak kandung Amrozi, serta Ali
Fauzi, adik tirinya. Dari sejumlah orang yang ditarget dan dinilai penting
itu, hingga kini, Ale yang terpenting.

Tapi, setelah beberapa hari pencarian di Desa Tenggulun -karena sebelumnya
polisi meyakini mereka masih ada di sana- toh hasilnya nihil. Ale tidak
diketahui rimbanya.

"Kita kehilangan jejaknya. Mungkin saja dia sudah keluar dari wilayah sini.
Karena itu, sebagian tim sudah dikonsentrasikan di wilayah lain. Tapi,
wilayah sini (Tenggulun) tetap kita pantau terus," papar Kompol Drs Aditya
W., personel tim Polda Bali yang memimpin pencarian.

Kakak kandung Amrozi, H M. Khozin, berulang-ulang mengatakan tidak
tahu-menahu ke mana saudara-saudaranya itu pergi. Begitu pula halnya dengan
istri Amrozi (Choiriyana Khususiyati). Tapi, soal istri Ale (Choirun Nisa’),
Khozin tampaknya tahu keberadaannya. Cuma, karena wanita ini sedang hamil
sembilan bulan, dia minta Nisa’ tidak diganggu dulu sampai melahirkan.

Berkaitan dengan pencarian Ale dan yang lain itu, sekitar pukul 19.00 tadi
malam, H Djakfar Shodiq, kakak kandung lain Amrozi, diambil petugas dari
rumahnya di Tenggulun. Djakfar, yang mantan carik (sekretaris desa) dan
salah seorang pendiri Ponpes Al Islam itu, dibawa ke Lamongan untuk
diperiksa.

Wartawan Jawa Pos di Polres Lamongan melaporkan, hingga menjelang tengah
malam, Djakfar masih diperiksa. Sebelum dimintai keterangan ini, dia
disumpah di bawah Alquran agar memberikan keterangan sejujur-jujurnya.
Menurut seorang petugas, posisi Djakfar hanya saksi.

Ale, Ali Fauzi, dan Gufron benar-benar menyita perhatian petugas akhir-akhir
ini. Kemarin, sedikitnya empat rumah di Tenggulun digeledah. Penghuninya
dimintai keterangan menyusul kecurigaan bahwa mereka menyembunyikan Ale.

Mula-mula, yang digeledah adalah rumah Dairi, yang berlokasi di belakang
Ponpes Al Islam. Rumah tersebut digeledah sekitar pukul 14.30. Enam polisi
berpakaian preman yang diantar Djasuki, perangkat desa, nyelonong masuk ke
rumah No 56 itu dan menginterogasi istri Dairi, Ny Suwatun. Dairi kebetulan
pergi ke sawah.

Tak ayal, kehadiran polisi yang sebagian di antaranya berambut gondrong ala
rocker dengan pakaian remaja camping itu membuat perempuan 56 tahun tersebut
gemetaran. "Kalau tahu di mana Imron, cepat katakan. Awas, nanti kalau
terbukti kamu yang menyembunyikan!" kata polisi.

Suwatun kian ketakutan dan pucat pasi. Proses penggeledahan dan interogasi
berlangsung tidak lama, sekitar 10 menit. Kepada Jawa Pos, Suwatun mengaku
benar-benar tidak tahu keberadaan Ali Imron. Lantas, apa hubungan Ali Imron
dengan suaminya? "Tidak ada hubungan apa-apa. Saudara saja tidak," jelasnya.

Meski begitu, ibu dua anak itu mengakui bahwa suaminya pernah akrab dengan
Ali Imron. Keakraban itu terjadi setelah suaminya pulang dari Malaysia
sebagai TKI. Kebetulan Imron berencana pergi ke Malaysia sehingga sering
bertanya seputar pekerjaan kepada suaminya.

Selain itu, kebetulan Imron pernah menjadi teman sepermainan dua anaknya,
yakni Siswanto dan Uman. "Tapi, cuma berteman biasa, tidak tahu apa-apa.
Waktu saya tadi ditanya, ya saya jawab tidak tahu," tambah Suwatun dengan
terbata-bata.

Setelah menggeledah rumah Dairi, sasaran berikutnya adalah rumah Nur Mindar,
yang juga tidak jauh dari Ponpes Al Islam. Nur Mindar disebut-sebut terlibat
kasus kepemilikan senpi dan amunisi milik Ali Imron. Dia terbukti sebagai
orang yang ikut menimbun senpi tersebut karena disuruh Imron.

Pencarian di rumah Nur Mindar itu pun tidak membuahkan hasil. Polisi lantas
bergeser ke rumah Khozin, kakak Ale dan Amrozi, yang juga ketua Yayasan
Ponpes Al Islam itu. Setelah sempat bercakap-cakap dengan Khozin hampir lima
menit, polisi lantas hengkang dan menuju rumah H Suwono alias H Mustofa.

Mustofa boleh dibilang masih keluarga dekat Ale, tepatnya sepupu. Di
rumahnya yang masih terbuat dari kayu itu, polisi mengacak-acak semua sudut
ruangan untuk mencari buronnya.

Mustofa mengakui, sejak awal dirinya dicurigai menyembunyikan Imron. Karena
itu, dia mempersilakan saja polisi menggeledah rumahnya. "Saya tak keberatan
rumah saya digeledah," ungkapnya.

Sementara itu, situasi Tenggulun kemarin sudah relatif sepi. Ponpes Al
Islam, rumah keluarga Amrozi, dan rumah Kepala Desa Tenggulun Drs K. Maskun
yang biasa dipenuhi polisi untuk melakukan penyelidikan serta tempat jujugan
wartawan, sekarang tampak sepi. Bahkan, jalan-jalan menuju Desa Tenggulun
yang setiap hari diwarnai seliweran kendaraan bermotor juga tampak lengang.

Situasi Tenggulun yang sepi itu disebabkan beredar kabar bahwa semua buron
polisi -seperti Ali Imron, Ali Fauzi, Ali Ghufron, dan Ustad Mubarrok- sudah
keluar dari Tenggulun. Tidak jelas keberadaan mereka sekarang. Polisi juga
terus berusaha keras mengendus keberadaan mereka.

Ada informasi bahwa para buron tersebut berada di Solo. Tapi, tempat
tepatnya juga belum diketahui. Yang terang, sebagian besar tim investigasi
kasus bom Bali yang selama ini dikonsentrasikan ke Lamongan sudah ditarik,
terutama tim Polda Jatim.

Seperti diakui sendiri Kapolda Jatim Irjen Pol Heru Susanto kepada Jawa Pos
kemarin. Jenderal dengan bintang dua di pundak itu mengatakan, sebagian
timnya dari Polda Jatim memang sudah ditarik dari Lamongan. Tapi, di arahkan
ke mana, Kapolda enggan menjelaskan.

"Yang jelas, kita terus mengejar para pelaku yang masih buron itu," kata
mantan Dirlantas Mabes Polri itu.

Perkembangan di Malaysia

Sementara itu, sosok Muklas yang disebut Amrozi sebagai kakak kandungnya di
Malaysia (seperti dikatakan di hadapan Kapolri Jenderal Pol Da’i Bachtiar
Senin lalu) hingga kini tetap misterius. Setelah mengubek-ubek Johor-Kuala
Lumpur yang disebut sempat jadi jujugan Amrozi dan lokasi para saudaranya,
wartawan Jawa Pos di Malaysia Nur Budi Hariyanto tidak mendapati sosok itu.

Pendeknya, sanak famili Amrozi di Malaysia mengaku tidak mengenal nama kakak
kandung Amrozi yang disebut memiliki pondok pesantren di negeri jiran itu.
Kalau polisi mengatakan Muklas itu Ali Gufron, yang Kamis lalu dibantah
keras Khozin, sanak keluarga Amrozi di Malaysia tidak tahu-menahu.

"Ya, Ali Gufron itu. Tak ada nama lain," kata Hj Yasrifah alias Sumiyah.
Wanita ini adalah saudara kandung Ali Fauzi atau saudara Amrozi beda ibu.
Dia dilahirkan dari istri muda ayah Nur Hasyim, Tu’amah. Amrozi, Ali Imron,
dan Ali Gufron dari istri tua Nur Hasyim, Hj Tariyem.

Yasrifah kini berputra tiga orang dari hasil perkawinan dengan H Rowie
Fasrun yang sama-sama mengais ringgit di Malaysia. Kini suami istri itu
bekerja di kawasan Bukit Selayang, Gombak, Kuala Lumpur. Yang jelas,
Yasrifah dan Rowie mengaku heran dengan nama-nama yang disebut Amrozi itu.

Andai benar Muklas itu alias Ali Gufron kala di Malaysia, Yasrifah juga
keheranan. "Dia itu tak mungkin punya pondok di sini. Paling hanya ikut
orang sini yang mempunyai pondok," ujar Yasrifah didampingi suaminya.

Tim Mabes Polri yang dikirimkan ke Malaysia untuk melacak keberadaan Muklas
sudah pulang ke Jakarta. Namun, Kapolri belum bisa mengumumkan apa oleh-oleh
yang dibawa timnya itu. Da’i hanya menjelaskan bahwa timnya menyelidiki
secara khusus aktivitas Muklas, kakak Amrozi, selama di Malaysia.

"Tim baru datang Kamis malam. Saya belum mendapat laporannya," ujar Da’i
sesudah salat Jumat di Masjid Al Ikhlas, Mabes Polri, kemarin. Dia juga
enggan menyebutkan siapa saja tim yang dikirim ke Malaysia. Alasannya,
rahasia.

Hal senada juga diungkapkan Kabidpenum Mabes Polri Kombes Pol Prasetyo. Dia
juga tidak mau menyebutkan siapa saja tim yang berangkat ke Malaysia.
Prasetyo hanya mengatakan bahwa tim yang dikirim dari jajaran serse dan
intelpam.

Namun, sumber Jawa Pos di Mabes Polri mengatakan bahwa tim yang berangkat ke
Malaysia dipimpin Kombes Pol Benny Mamoto dari Korserse Mabes Polri. Tim
berada di Malaysia sejak Minggu, 10 November 2002. "Kalau jumlahnya, saya
nggak tahu," ungkapnya.

Selain menelusuri keberadaan Muklas, tim tersebut tengah melakukan
investigasai secara intensif dan menelusuri salah satu kelompok jaringan
Islam garis keras. Selain nama Muklas, ada beberapa nama anggota jaringan
tersebut, seperti Hambali, Imam Samudra, dan yang berkaitan dengan Abu Bakar
Ba’asyir. (sup/hud/idi/dja)