[Nasional-m] Kompas: Warga Kedungombo Sulit Bersatu (Terlalu Bergantung pada LSM)

enjoy_aje nasional-m@polarhome.com
Thu Oct 3 18:00:15 2002


Jumat, 19 Juli 2002 
 

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0207/19/jateng/warb25.htm
 
Terlalu Bergantung pada LSM 

Warga Kedungombo Sulit Bersatu

Sragen, Kompas - Jika warga Kedungombo tidak dapat
melepaskan ketergantungan terhadap lembaga swadaya
masyarakat (LSM) yang mendampingi mereka, maka sulit
mengharapkan warga Kedungombo untuk bersatu.
Ketergantungan warga Kedungombo terhadap LSM
menyebabkan mereka sangat mudah disetir kepentingan
LSM-LSM pendamping, sehingga yang muncul kemudian di
antara warga Kedungombo adalah pertikaian kepentingan
LSM-LSM pendamping tersebut.

"Sudah saatnya warga Kedungombo dewasa dan berani
mengambil keputusan," kata Paris Rajanto, salah
seorang Presidium Komite Pemberdayaan Masyarakat
Kedungombo (KOMPAK), Kamis (18/7), di rumahnya, di
Dusun Sendangrejo, Desa Gilirejo, Kecamatan Miri,
Kabupaten Sragen. 

Menurut Paris, jika warga Kedungombo mau melepaskan
diri mereka dari ketergantungan pada LSM pendamping,
mereka akan menyadari bahwa sebagai korban pembangunan
waduk, mereka sesungguhnya memiliki kesamaan
kepentingan, yaitu terselesaikannya kasus Kedungombo.
Selain itu, warga Kedungombo juga akan dapat melihat
secara jernih bahwa masalah pemberdayaan, baik secara
ekonomi, politik dan sosial, merupakan masalah pokok
mereka.

Saat ini salah satu masalah pelik yang dihadapi Paris
Rajanto dan Presidium KOMPAK lainnya, seperti Dr
Nasikun dan Teguh Purnomo, ialah merangkul faksi-faksi
yang ada di tengah masyarakat korban pembangunan Waduk
Kedungombo. Dari hasil rapat tim kecil pembentuk
komite di rumah Dr Nasikun, anggota tim telah
menyepakati bahwa Kompak harus memiliki kongres yang
di dalamnya duduk berbagai kelompok warga Kedungombo.
Hal tersebut merupakan sebuah terobosan karena salah
satu kendala tidak rampungnya persoalan Kedungombo
karena kurang kompaknya warga Kedungombo. "Saat saya
bertemu Mulyana W Kusuma, ia juga menegaskan,
berlarut-larutnya persoalan Kedungombo ialah karena
tidak bersatunya warga," ucap Paris. 

Paris menjelaskan, dari berbagai kasus yang
diamatinya, konflik atau ketidakcocokan antarwarga
Kedungombo sebenarnya lebih merupakan konflik
antar-platform LSM-LSM pendamping. Pemikiran warga,
menurut Paris, selama ini lebih sering merupakan
duplikasi ide-ide atau pemikiran LSM pendamping. 

"Hal tersebut dapat terjadi karena warga sangat
tergantung pada LSM pendamping mereka. Seharusnya,
warga bisa menyadari bahwa LSM pendamping hanya
menjadi teman diskusi dan teman yang bisa dimintai
bantuan teknis semata. Terus terang, saya sangat
menyayangkan sikap warga yang terlalu mendewakan LSM
pendamping," tandas Paris.

Untuk ke depan sangat penting diadakan pertemuan warga
Kedungombo tanpa melibatkan LSM pendamping. Dengan
kata lain, pertemuan tersebut nantinya murni
betul-betul pertemuan warga tanpa didompleng
kepentingan LSM pendamping.

Sejak tahun 1980-an, di Kedungombo banyak sekali LSM
pendamping. Namun, mereka terbukti hanya menjadikan
warga sebagai obyek dan sarana legitimasi LSM
pendamping untuk memperoleh dana. Setelah mendapat
dana, LSM pendamping itu kemudian pergi begitu saja
meninggalkan warga. (M11) 


=====
Info milis (subscribe/bergabung dan unsubscribe/berhenti milis): 
groups.yahoo.com/group/koran-salatiga 
groups.yahoo.com/group/koran-sastra 
groups.yahoo.com/group/das-kapital
groups.yahoo.com/group/unmasked-globalization

__________________________________________________
Do you Yahoo!?
New DSL Internet Access from SBC & Yahoo!
http://sbc.yahoo.com