[Nasional-m] Perang Melawan Hiv/AIDS

Ambon nasional-m@polarhome.com
Fri, 18 Oct 2002 22:27:43 +0200


Suara Karya

Perang Melawan Hiv/AIDS
Oleh Haryono Suyono

Sabtu, 19 Oktober 2002
Minggu lalu Menko Kesra RI Drs. Jusuf Kalla menandatangani naskah kerjasama
antara Pemerintah RI dengan Pemerintah Australia tentang penanggulangan Hiv/
AIDS di Indonesia. Kerjasama itu adalah kelanjutan upaya bersama untuk
menanggulangi penyebaran yang makin dahsyat dari virus Hiv/ AIDS di
Indonesia. Memang, perang melawan Hiv/AIDS belum selesai. Upaya-upaya untuk
menghilangkan stigma dan diskriminasi dengan kampanye besar-besaran yang
telah dimulai harus dilanjutkan untuk menggugah komitmen dan kebersamaan.

Menurut catatan PBB jumlah penduduk yang mengidap virus Hiv telah meningkat
dari 34,3 juta jiwa di akhir tahun 1999 menjadi 37,1 juta jiwa di tahun
2001. Dalam angka itu ternyata jumlah penderita wanita telah mencapai
sebesar 18,5 juta. Jumlah penderita anak-anak mencapai tidak kurang dari 3
juta. Dengan jumlah yang begitu besar dan tetap terus berkembang, kematian
karena Hiv/AIDS juga terus meningkat tajam. Menurut data PBB tersebut pada
akhir tahun 2001 lalu tercatat tidak kurang dari 14 juta anak-anak yang
tidak lagi punya orang tua karena meninggal dunia gara-gara penyakit yang
belum ada obatnya yang ampuh itu.

Seperti layaknya peperangan, penanda tangan kerjasama antara pemerintah
Indonesia dan Australia itu merupakan penyegaran komitmen bersama bahwa
bangsa ini akan tetap bergerak bersama dengan bangsa lain untuk melanjutkan
peperangan. Jumlah-jumlah kasus serangan Hiv/AIDS yang terus membengkak dan
menghasilkan pasukan baru yang lebih segar bagi Virus Hiv/AIDS bukan
merupakan pertanda kemenangan yang luar biasa. Biarpun daerah-daerah yang
semula bebas Virus telah dapat ditundukkan, namun komitmen itu membuktikan
bahwa kita tidak tinggal diam. Disamping kesibukan yang luar biasa
menghadapi pengungsi dan persoalan bangsa lainnya, pemerintah dan masyarakat
masih menyisakan waktu untuk berjuang menghambat laju pertumbuhan penyebaran
Virus yang sangat berbahaya itu.

Kemenangan demi kemenangan yang diraih oleh pasukan Virus Hiv telah
menyadarkan banyak pihak untuk makin waspada dan menyatukan dirinya
menghadapi tantangan yang luar biasa dahsyatnya itu. Virus Hiv/AIDS memang
menyerang umat manusia dengan memberikan iming-iming dan kenikmatan sesaat
yang luar biasa kepada kaum muda. Mereka mengharapkan kaum muda menikmati
kemerdekaan dan masa mudanya dengan berganti-ganti pacar dan melampiaskan
rasa cinta kasihnya dengan memberikan kebebasan untuk melampiaskan kebebasan
itu dengan tanpa hambatan.

Keberhasilan mereka menyerang negara-negara di Asia dengan dahsyat beberapa
tahun yang lalu menunjukkan bahwa pasukan yang dibentuknya sudah cukup untuk
menaklukkan dunia. Namun, karena para pemimpin dan masyarakat Asia dengan
gigih menyerang balik mereka kalang kabut. Beberapa negara Asia dengan
berani menerobos pagar-pagar budaya untuk menanggulangi menyebarnya virus
yang berselimut dalam kaitan yang indah itu. Hasilnya sungguh sangat
menakjubkan. Generasi muda yang semula ogah untuk mendapatkan informasi dan
merasa terkekang, kemudian dengan sadar mulai memberikan partisipasinya
untuk tetap dinamis dan bercinta dalam batas-batas sosial budaya yang
dikembangkan secara dinamis.

Sejalan dengan itu, tidak kurang dari delapan lembaga PBB seperti UNICEF,
UNDP, UNFPA, UNDCP, ILO, UNESCO, WHO, dan WORLD BANK menyatukan diri dan
kekuatannya untuk memimpin, mengarahkan dan memberikan bantuan bagi suatu
perang dunia yang panjang melawan virus Hiv. Kegiatan delapan lembaga dunia
itu disambut oleh lembaga-lembaga serupa di banyak negara. Organisasi dan
lembaga pemerintah, masyarakat dan swasta bersama-sama segera menyatukan
diri dan mengajak semua pihak untuk mempergunakan ribbon merah sebagai
pertanda tekad bersama yang bulat memerangi Hiv secara terpadu.

Namun sejak ajakan seperti itu dicanangkan beberapa tahun yang lalu, virus
Hiv/AIDS menyerang bagian dunia lainnya dengan lebih dahsyat. Mereka
membonceng kebebasan dan kemerdekaan politik dan reformasi dengan memberikan
kesempatan kepada generasi muda di benua baru Afrika. Akibatnya sungguh
sangat dahsyat. Negara-negara di belahan selatan Afrika yang tergabung dalam
Sub Sahara Afrika, pada akhir tahun 2001 telah menjadi pusat berseminya
Hiv/AIDS dengan jumlah kasus tidak kurang dari 28,5 juta orang. Jumlah ini
merupakan bagian terbesar dari seluruh kasus yang ada di dunia. Ditambah
dengan 500.000 penderita di Afrika Utara, maka benua Afrika pada akhir tahun
2001 itu menjadi 'rumah' dari lebih dari 29 juta kasus Hiv/AIDS yang ada di
seluruh dunia.

Memang, tidak seperti virus lain pada umumnya, virus ini mempunyai cara
penyebaran yang unik dan sangat disukai oleh umat manusia. Lebih dari 70
persen penderita Hiv mendapatkannya karena hubungan seksual, baik bersifat
heteroseksual maupun homoseksual. Cara penyebaran lain adalah karena ulah
para pemakai narkoba. Mereka menikmati barang terlarang itu dengan cara
suntikan memakai jarum yang sama berganti-ganti. Kalau salah seorang dari
pemakai itu mengidap Hiv yang sangat jahat, maka dengan mudah akan
ditularkan kepada yang lain. Cara ketiga terjadi kalau seorang ibu yang
sedang mengandung mengidap virus Hiv. Ibu yang mengidap virus itu bisa
menularkan kepada anaknya selama masa mengandung, pada waktu melahirkan,
atau pada waktu menyusui anak..nya.

Serangan virus itu sangat dahsyat. Para ilmuwan, ahli senjata untuk melawan
virus, masih harus berjuang keras untuk menemukan obat yang dapat
dipergunakan umat manusia untuk mempertahankan diri, atau untuk menyerang
balik. Para pemimpin Afrika, yang biasanya mengurusi masalah politik,
keamanan dan ekonomi, menyatu dengan para ahli kesehatan dan menyiapkan
serangan balik. Pada tahun 2001 yang lalu, Sekjen PBB yang kebetulan berasal
dari Afrika itu, bersama-sama dengan lembaga-lembaga dunia yang peduli itu,
melakukan serangkaian usaha bersama yang sangat terpuji. Mereka mengumpulkan
dana dan kekuatan untuk melakukan serangan balik dan menolong mereka yang
sudah sangat parah terserang Virus yang ganas itu.

Serangan balik dilakukan dengan dukungan komunikasi, informasi dan edukasi
yang jelas dan menyentuh untuk menyadarkan dan mengajak kaum muda yang
menjadi musuh utama virus itu untuk menyatukan diri dan mempertebal
kepercayaan untuk membangun masa depan yang lebih solid. Sebab, kalau
generasi muda tidak sadar dan mengubah sikap dan tingkah lakunya, Afrika
yang banyak menjanjikan untuk masa depan akan segera berakhir peranannya.

Disamping serangan dengan mempergunakan senjata komunikasi, informasi dan
edukasi yang ampuh itu, mereka menyiapkan pusat-pusat pelayanan pencegahan
untuk mulai mencari mereka-mereka yang dianggap rawan serangan virus yang
membabi buta tersebut. Pusat-pusat rehabilitasi baru dengan tenaga-tenaga
terampil segera disiapkan di berbagai negara. Kerjasama antar-negara untuk
melatih tenaga-tenaga perawat profesional segera dibentuk. Tenaga-tenaga
muda yang diharapkan mampu memberikan dukungan kerjasama regional maupun
global segera dilatih dan ditempatkan dengan peralatan yang dihimpun dari
batuan dunia yang melihat masyarakat dan keluarga Afrika yang tidak berdosa
itu bisa punah karena serangan Virus yang membabi buta.

Biarpun 'senjata' untuk memerangi virus Hiv/AIDS dan mengobati mereka yang
sudah terkena belum diketemukan, tetapi telah ada obat-obat tertentu yang
bisa mengurangi rasa sakit dan memperpanjang usia penderita. Namun, karena
masih berada dalam proses penelitian dan pengembangan, harganya masih
relatip sangat mahal. Para pemimpin dan negara-negara Afrika bekerjasama
mengusahakan agar obat-obat itu harganya dapat diberikan korting dan
masyarakat serta negara yang relatif miskin di Afrika dapat memperoleh akses
terhadap obat-obatan itu.
Celakanya, kombinasi obat itu tidak selalu membawa efek yang sama pada
setiap penderita. Bahkan karena obat-obat itu ada sebagian penderita yang
menjadi kebal dan tidak lagi siap untuk menahan virus yang sangat jahat itu.
Ringkasnya para ahli obat belum menemukan Vaccin atau obat anti Hiv yang
bisa membuat umat manusia menganggap enteng serangan itu. Namun bagaimanapun
juga, kombinasi obat yang sedang dicoba di banyak negara maju merupakan
kemajuan yang menjanjikan.

Dengan cara gotong royong itu upaya Afrika telah membawa hasil yang
menakjubkan. Biarpun serangan di Afrika belum berhenti, jumlah kasus baru
tetap masih meningkat, jumlah mereka yang meninggal dunia secara kumulatip
masih merupakan korban terbesar di dunia, namun keadaannya mulai menunjukkan
tanda-tanda perlawanan yang sama dahsyatnya. Di setiap kesempatan pertemuan
politik tidak ada lagi upaya untuk melindungi masing-masing negara karena
prestise, tetapi mulai muncul ajakan kerjasama yang akrab untuk saling
menyelesaikan permasalahan yang menyerang hampir semua negara dan kaum muda
yang tidak berdosa itu.

Virus Hiv yang diidap oleh tidak kurang 37,1 juta jiwa di seluruh dunia,
semenjak awal epidemik sampai sekarang telah jatuh korban yang sangat besar.
Di seluruh dunia, sejak menjalarnya virus Hiv/AIDS dapat dicatat telah ada
sekitar 19 - 20 juta penduduk meninggal dunia karena AIDS. Tidak kurang dari
9 juta jiwa adalah laki-laki potensial dan sebagian besar masih muda.
Disamping itu ada sekitar 4 juta anak-anak dibawah usia 15 tahun yang
meninggal dunia karena virus yang sama. Pada tahun 1999 saja, selama satu
tahun, ada sekitar 3 juta penderita, orang dewasa dan anak-anak meninggal
dunia dengan sia-sia. AIDS telah menyebabkan tidak kurang dari 14 juta
anak-anak menjadi anak yat im, atau piatu, atau anak yatim piatu.
Kemampuan Afrika menangani Hiv/AIDS, seperti juga makin siapnya
negara-negara Asia melakukan hal yang sama, tidak membuat jera serangan
virus itu. Mereka mencari lahan baru yang dianggap relatif masih kendor dan
komitmennya kurang menguntungkan. Negara-negara baru yang selama tahun 2001
mendapat serangan dahsyat itu adalah Negara-negara Eropa Timur atau
negara-negara yang tergabung dalam negara-negara Eropa Timur dan Eropa
Tengah atau negara-negara yang semula bergabung dalam jajaran negara Rusia.

Kecepatan penyebaran virus Hiv/AIDS di negara-negara ini sungguh sangat
menakjubkan. Negara-negara di kawasan ini, karena proses kemerdekaan dan
pemisahannya dari Rusia, telah mengalami proses transformasi yang luar
biasa. Negara-negara ini mengalami kemajuan yang menakjubkan dalam hal
demokrasi dan kemerdekaan lainnya. Masyarakat mempunyai kebebasan baru untuk
menyatakan pendapat, keluarga dan anak-anak muda mempunyai kebebasan baru
untuk mengatur dirinya dalam pendidikan atau kegiatan-kegiatan lain diluar
bidang-bidang yang biasanya diatur seluruhnya oleh negara.

Kebebasan itu meluncur dengan dahsyat dalam bidang-bidang yang mempunyai
akibat yang sangat membahayakan kehidupan mereka sebagai generasi muda. Meka
juga mulai menganut hubungan seks bebas dan memberlakukan kehidupan yang
lebih permisif. Akibatnya penyakit kelamin dan penyebaran virus Hiv/AIDS
juga menyebar dan menyerang dengan dahsyat atau dalam bahasa anak muda
disebut 'menghebohkan'.

Penyebaran virus di negara-negara itu berjalan sederhana, hubungan seksual
bebas dan sebagian kecil karena penggunaan obat narkoba dengan
berganti-ganti penggunaan jarum sintikan oleh beberapa kelompok anak muda
yang sudah terkena infeksi sebelumnya. Dalam suasana masyarakat yang masih
serba sederhana, tidak mengetahui dengan pasti cara-cara pencegahan,
termasuk penggunaan kondom atau abstinen dari hubungan kelamin yang tidak
aman, 'kepandaian' virus menyebarkan dirinya tidak mendapat resistensi atau
halangan apapun.

Masyarakat, keluarga dan generasi muda yang tinggal di bekas negara-negara
yang semula tergabung dalam negara Rusia yang besar itu tergilas oleh
serangan virus tersebut.
Karena itu, biarpun kita termasuk negara Asia yang mempunyai tanggapan yang
baik terhadap penyebaran virus Hiv/AIDS beberapa tahun terakhir ini, kita
harus bekerja keras untuk tetap menyadarkan anak-anak muda agar waspada
terhadap godaan dan kebebasan yang dihasilkan oleh proses reformasi di
segala bidang. Kerjasama dengan Australia yang telah diperbaharui kiranya
bisa lebih difokuskan untuk membantu anak-anak muda yang umumnya menjadi
sasaran yang empuk virus Hiv/AIDS. Mereka harus bisa memberikan tanggapan
kebebasan dengan mempersiapkan diri lebih baik untuk masa depan dengan
menganut kehidupan seksual yang aman dan tidak lagi tergoda untuk
mempergunakan berbagai jenis narkoba, apalagi dengan berganti-ganti
mempergunakan jarum suntik yang tidak lagi steril.***
(Penulis adalah pengamat masalah sosial kemasyarakatan).