[Nasional-m] Kasus PT QSAR-Batutulis, Refleksi Degradasi Akal Sehat

Ambon nasional-m@polarhome.com
Sun Sep 1 01:36:07 2002


Sinar Harapan
31/8/2002

Kasus PT QSAR-Batutulis, Refleksi Degradasi Akal Sehat
Oleh Andi Irawan

Setelah heboh penggalian harta karun di Situs Batutulis mereda, perhatian
tersita pada pemberitaan tentang PT Qurnia Subur Alam Raya (QSAR).
Perusahaan agrobisnis yang menjadi sorotan masyarakat karena dalam
menjalankan usahanya telah menyedot tak kurang Rp 500 miliar dari sedikitnya
6.000 investor. Praktik usaha yang dilakukan PT QSAR sudah bisa
dikategorikan penipuan, sebenarnya, akal-akalan seperti ini sudah banyak
terjadi di Indonesia dengan model yang berbeda-beda. Masih ingat kemarahan
masyarakat Medan, Sumatera Utara akibat praktik penggandaan uang dengan
kedok perusahaan MLM (multi level marketing) yang dijalankan M Yusuf dan
Masniari Damanik? Ketika itu dengan perusahaan bernama BMA (Banyumas Mulia
Abadi), mereka menggalang dana masyarakat dengan kedok usaha MLM. Hanya
dalam jangka waktu 10-25 hari, anggota yang menyetor sejumlah dana akan
memperoleh keuntungan antara 50-100 persen. Siapa yang tidak tergiur? Nilai
dana masyarakat yang terkumpul mencapai miliaran rupiah. Kemarahan
masyarakat pun tidak terelakkan lagi ketika diketahui bahwa pelaku sudah
ngacir dengan membawa uang dari para anggota (SH, 27/8).
Dalam lingkup yang lebih kecil, penipuan-penipuan seperti ini juga dapat
ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Ambil contoh penipuan melalui pembelian
voucher pulsa. Dengan membeli sejumlah pulsa, akan mendapat hadiah mobil,
rumah, atau barang mewah lainnya.
Belum lagi kasus yang juga cukup memprihatinkan ketika petugas Polres
Tanggerang menangkap sepasang suami istri yang dituduh menipu sejumlah orang
dengan kerugian miliaran rupiah. Kedua tersangka itu dalam kegiatannya
berpraktik sebagai dukun mengaku memiliki keahlian menggandakan uang, dan
hebatnya cukup banyak korbannya yang percaya dengan kemampuan duo dukun
tersebut. Terbukti praktik dukun ajaib ini telah berlangsung selama 15
tahun.
Semua itu adalah gambaran tentang kerancuan kita dalam memahami realitas
hidup. Dan ini terjadi karena terdegradasinya kecerdasan nalar dan nurani
kita sebagai manusia. Tuhan memberikan kita akal pikiran dan memerintahkan
kita untuk berikhtiar memecahkan setiap permasalahan hidup. Kalau kita
gunakan potensi akal kita secara optimal maka saya yakin kita akan dapat
melihat realitas secara jernih objektif dan lugas. Sehingga selanjutnya
mampu menemukan bentuk-bentuk ikhtiar yang sistematis, logis dan bisa
dikomunikasikan dan dicerna oleh akal sehat.

Fenomena Batutulis
Dalam kasus Batutulis, ada logika yang sulit dimengerti akal sehat.
Seandainya sekalipun tidak ada resistensi dari masyarakat Sunda akan
penggalian situs Batutulis, logika akal sehat tentang penggalian harta karun
berdasarkan petunjuk supranatural terasa melecehkan kualitas intelektual
para profesional yang memang menggeluti bidang pencarian harta karun ini.
Sejumlah kegiatan pencarian harta karun yang pernah ditayangkan di TV atau
di ungkap di media cetak menceritakan bagaimana informasi tentang keberadaan
suatu harta karun diperoleh secara logis dan masuk akal sehat, misalnya
berdasarkan catatan sejarah, informasi arkelologi, atau catatan-catatan kuno
lainnya.
Dan logika pencarian harta karun itu juga melecehkan proses berpikir para
ekonom ketika dikatakan hal itu ditujukan untuk menyelesaikan utang negara.
Kalau memang untuk mengurangi utang dan membantu pemulihan ekonomi, adalah
lebih logis kalau pemerintah melakukan tindakan pengurangan utang luar
negeri, penghematan anggaran negara dengan sungguh-sungguh, memberantas
korupsi karena sumber ketidakhematan dan kebocoran anggaran belanja negara
di dominasi oleh korupsi. Atau berusaha sungguh-sungguh melobi para investor
untuk menanamkan modalnya di dalam negeri.
Kalaupun Menteri Agama mau membantu secara logis adalah dengan melobi para
milioner Arab yang saat ini ketakutan dananya dibekukan Amerika karena
tuntutan dan gugatan para korban teror 11 September (peristiwa WTC), untuk
memindahkan investasi dan dananya itu ke Indonesia. Sebagai pejabat tinggi
dan alumni Timur Tengah peran ini lebih masuk akal.
Dan tentunya logika pencarian harta karun itu juga melecehkan proses
berpikir para ahli administrasi dan manajemen, ketika yang melakukan
penggalian situs adalah seorang pejabat yang bukan cakupan tugasnya untuk
melakukan itu. Kalaupun seandainya proses penggalian itu memang layak
dilakukan, tentulah Menteri Kebudayaan lebih layak mengkoordinir pekerjaan
ini, bukan Menteri Agama.

Fenomena PT QSAR
Untuk kasus PT QSAR ada hal-hal yang terasa mencederai logika berpikir sehat
kita. Bagaimana mungkin ada bentuk investasi yang memberikan keuntungan
(return) tinggi dengan risiko yang rendah bahkan tanpa risiko. Postulat
investasi mengatakan bahwa sesungguhnya ada hubungan yang searah antara
return (keuntungan) dan risk (risiko).
Artinya semakin tinggi return semakin besar risiko ruginya. Logika inilah
yang akan mengatakan bahwa suatu usaha investasi dengan tingkat return yang
tinggi dan tingkat risikonya rendah apalagi tanpa risiko seperti yang
ditawarkan oleh PT QSAR kepada masyarakat, pasti ada kebohongan di dalamnya.
Lalu juga dikatakan bahwa seorang investor yang menanamkan dananya pada
perusahaan agrobisnis ini akan memperoleh keuntungan 5,5 % sebulan atau 66%
setahun. Sebuah angka yang sangat fantastis dan mempesona. Tetapi logiskah
keuntungan yang sedemikian besar untuk suatu investasi di sektor agrobisnis.
Jawabnya jelas tidak. Mengapa? Agrobisnis sangat erat hubungannya dengan
hukum alam. Kekeringan, banjir, serangan hama penyakit merupakan
ancaman-ancaman yang setiap saat dapat menerpa agrobisnis.

Fitrah agrobisnis yang sedemikian itulah yang menyebabkan para pakar
agrobisnis menyimpulkan tiga karakter dasar dari bisnis ini, yakni risiko
tinggi (high risk), lambat menghasilkan (nonquick yiel-ding), dan memberikan
pengembalian uang pada modal (return on investment) yang cukup kecil.
Kalaupun perusahaan tersebut berhasil menerapkan teknologi supercanggih budi
daya, pascapanen, penyimpanan dan pengiriman produk untuk mengatasi kendala
alami produk agrobisnis sehingga produksinya relatif aman dari gangguan
alam, tawaran tentang imbalan tinggi itu tetap tidak masuk akal. Karena apa?
Butuh biaya investasi yang sangat besar untuk investasi teknologi canggih
tersebut. Hal ini menyebabkan waktu untuk mencapai break even point (titik
impas) menjadi panjang. Titik impas untuk investasi proyek agrobisnis skala
ekonomi besar biasanya dicapai berkisar minimal 4- 5 tahun. Artinya selama
4-5 tahun per tama, output perusahaan hanya untuk menutupi biaya investasi.
Ini juga seharusnya menjadi pertanyaan bagi calon investor tatkala
perusahaan yang bersangkutan berani menawarkan return kepada penyandang dana
sebesar 60%, kalau dana yang diinvestasikan sejumlah Rp 500 miliar, berarti
setiap tahun, perusahaan tersebut harus menghasilkan Rp 300 miliar hanya
untuk dialokasikan untuk para penyandang dana, belum lagi biaya untuk
produksi, maintenance dan sebagainya, maka hampir dapat dikatakan perusahaan
dalam setiap tahunnya harus menghasilkan benefit hampir sebesar nilai
investasi keseluruhan proyeknya. Suatu hal yang mustahil untuk dilakukan.
Akal sehat pulalah yang akan mengatakan bahwa pastilah return yang pernah
diterima oleh sejumlah investor sebagian besar bukan berasal dari kegiatan
bisnis agrobisnis, lalu dari mana ? Salah satu hipotesa yang muncul adalah
dari usaha ”bank gelap”. Dengan menyulap uang yang ditanam para investornya
untuk menghasilkan return yang dijanjikan dengan jalan ”gali lubang tutup
lubang”. Contohnya begini ketika Anda menanamkan modalnya Rp 42 juta maka
return-nya adalah Rp 7 juta dalam tiga bulan. Dari mana sumber
pembayarannya? Sangat mungkin diambil dari pokok investasi yang Anda
tanamkan. Pola seperti itu dimungkinkan karena yang dibayarkan kepada Anda
adalahnya bunganya saja. Hal ini berlangsung terus hingga pokok investasi
Anda habis termakan. Lalu bagaimana untuk bulan-bulan selanjutnya. Dana
investor lainlah yang akan digarap. Demikianlah seterusnya.
Dengan pola pemutaran uang berantai semacam itu mereka berhasil mengelabui
investor setidaknya dalam jangka waktu pendek. Sejauh masih ada nasabah
baru, kegiatan tersebut masih akan berlangsung. Tetapi ketika jumlah dana
investasi yang dibawa nasabah baru lebih kecil ketimbang dana yang harus
dikeluarkan, maka habislah riwayat usaha tersebut.

Penutup
PT QSAR-Batutulis dan sejumlah fenomena-fenomena lainnya hanya dapat
diminimalisasi dan dihilangkan kalau kita mampu membaca realitas secara
wajar, manusiawi, objektif yang didasarkan pada akal sehat. Dan ini akan
eksis kalau didukung oleh paradigma hidup yang suka bekerja keras,
menghilangkan keinginan untuk hidup senang dengan jalan pintas dan cepat dan
meyakini bahwa setiap langkah-langkah sukses dan kebahagiaan pasti diiringi
dengan pengorbanan dan jerih payah.

Penulis adalah ekonom Unib dan Kandidat Doktor Ekonomi Pertanian IPB.


Copyright © Sinar Harapan 2002