[Nasional-m] Jelang Vonis Akbar, Hakim Ngaku Sakit

Ambon nasional-m@polarhome.com
Wed Sep 4 00:13:37 2002


Jawa Pos
Rabu, 04 Sept 2002

Jelang Vonis Akbar, Hakim Ngaku Sakit

JAKARTA - Pembacaan vonis Akbar Tandjung hari ini menjadi tanda tanya.
Sidang skandal Bulog Rp 40 miliar itu belum pasti digelar karena Ketua
Majelis Hakim Amiruddin Zakaria dan salah satu hakim anggotanya, Andi Samsan
Nganro, kemarin sakit.

Kondisi kesehatan kedua hakim itu diungkapkan oleh Wakil Ketua Pengadilan
Jakarta Pusat I Ketut Gede SH. Sayang, Gede tidak mengungkapkan sakit kedua
rekannya itu.

"Pak Amiruddin dan Pak Andi tadi (kemarin) memang nggak masuk. Nggak ada
keterangan tertulis. Mereka sakit," tegas Gede, yang juga salah satu anggota
majelis hakim yang mengadili Akbar, kepada Jawa Pos.

Kemarin Amirudin dan Andi tak bisa menghadiri rapat finalisasi penentuan
vonis Akbar di gedung PN Jakpus. Rapat penting ini akhirnya gagal digelar.
Hakim Heri Swantoro, Paramodana Kusumah, dan Gede tak bisa menggelar rapat
karena ketua majelisnya (Amirudin) tak hadir.

Saat Jawa Pos mengecek ke rumahnya di Kompleks Villa Kelapa Dua Blok H No 37
Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Amirudin tak bisa ditemui. "Bapak kebetulan tak
ada di rumah," kata Ny Amirudin, yang ditemui pukul 21.00 tadi malam.

Ny Amiruddin membantah suaminya sakit. Saat berangkat ke kantor kemarin, dia
segar bugar. Lalu, di mana Amiruddin? "Pokoknya ada di sebuah tempat. Saya
nggak bisa menyebutkan. Pesan Bapak harus dirahasiakan," jelasnya.

Rumah Amiruddin yang berlantai dua itu dijaga ketat. Setiap orang yang ingin
bertemu dia diseleksi ketat. Saat akan masuk, Jawa Pos langsung dicegat
satpam. Rumah bercat putih berpagar cokelat itu saat ini hanya didiami istri
Amiruddin dan empat anaknya.

Menurut satpam, sejak empat bulan lalu Amiruddin dikarantina di tempat
rahasia. Selama ini mereka kontak lewat telepon. Ini semata-mata demi
keselamatan. Maklum, dia juga menjadi ketua majelis hakim kasus Tommy
Soeharto. "Yang pasti, Bapak sehat. Tadi pagi saya barusan telepon Bapak dan
kondisinya sehat-sehat saja," cerita Ny Amiruddin.

Bagaimana hakim Andi Samsan Nganro? Dia pun sulit dihubungi. Kediamannya di
Apartemen Rasuna di bilangan Kuningan, tampak sepi. Hakim yang juga humas PN
Jakarta Pusat ini tinggal di Tower 15 Lantai 27 D.

Ketika berusaha menemuinya, Jawa Pos dicegat satpam. "Pak Andi tak mau
ditemui oleh siapa pun," bentak Rudy Suwarno, salah seorang satpam.

Malah, delapan satpam itu seakan menutupi keberadaan Andi. Sekitar pukul
21.00, Jawa Pos menghubungi kembali lewat telepon. Sempat diangkat oleh
orang yang suaranya mirip Andi, tetapi langsung diputus.

Yang menarik, di balik berita sakitnya kedua hakim ini, beredar informasi
bahwa ketidakhadiran mereka merupakan buntut rumor perpecahan di tubuh
majelis hakim. Mereka terpecah menjadi dua. Kelompok hakim
pertama -Amiruddin, Andi, dan I Ketut Gede- ingin memvonis bebas. Sedangkan
dua hakim lainnya, Herri Swantoro dan Pramodana K. Kusumah ngotot Akbar
dihukum. Isu ini dibantah hakim Gede. "Nggak ada isu itu," kilahnya singkat.

Yang menjadi pertanyaan, mengapa mereka sakit bersamaan dan pada saat rapat
finalisasi penentuan bobot hukuman Akbar. "Tadi (kemarin) memang rapat
finalisasi. Saya jadi khawatir kalau besok (hari ini) mereka masih sakit,
lalu sidang batal digelar," ujar Gede.

Gede sendiri berusaha optimistis. Dia menunggu kehadiran dua hakim itu
sampai pagi ini. Jika mereka masih sakit, sangat mungkin sidang ditunda.
Sebaliknya, jika mereka masuk kantor, rapat finalisasi bobot hukuman Akbar
akan dikebut sekitar pukul 08.00 ini. "Konsekuensinya, mungkin sidangnya
dibuka agak molor," tandasnya.

Ketua PN Jakarta Pusat Muhammad Saleh ketika dihubungi Jawa Pos tadi malam
juga belum tahu informasi sakitnya dua hakim kasus penyalahgunaan dana
nonbujeter Bulog Rp 40 miliar itu. Biasanya jika ada hakim tak masuk kantor
gara-gara sakit, keterangan tertulisnya diserahkan ke ketua PN. "Saya nggak
tahu. Soalnya, seharian saya di PT (Pengadilan Tinggi) Jakarta," ujarnya.

Menurut Saleh, bila Amiruddin benar-benar sakit, persidangan hari ini batal
digelar. Kehadiran Amiruddin sangat menentukan karena statusnya hakim ketua.
"Namun, semua itu bergantung pada musyawarah para hakim anggota," jelasnya.
Saleh sendiri sampai pukul 20.00 tadi malam mengaku sulit menghubungi
Amiruddin dan Andi karena telepon seluler mereka dimatikan.

Siapkan 2 SSK

Bakal ramainya pendukung Akbar dalam sidang hari ini telah diantisipasi
Polda Metro Jaya. Tak tanggung-tanggung, untuk mengamankan massa Golkar itu,
polisi menyiapkan 2 SSK (satuan setingkat kompi) di sekitar lokasi Badan
Meteorologi dan Geofisika (BMG), Kemayoran, yang akan digunakan untuk
pembacaan vonis.

Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Makbul Padmanagara mengakui adanya indikasi
pendukung Akbar datang ke Jakarta. Tujuannya, memberikan dukungan moral dan
melihat secara langsung vonis yang diterima ketua umum partai Golkar
tersebut. "Kami sudah mendengar informasi itu (hari ini, Red)," kata Makbul
kepada wartawan kemarin.

Dua SSK yang diturunkan hari ini terdiri atas Brimob Polda Metro Jaya dan
Perintis Polres Metro Jakarta Pusat. Kendali pengamanan sepenuhnya dipegang
Polres Metro Jakarta Pusat. Makbul menegaskan, tidak ada pengamanan khusus
dalam sidang Akbar hari ini. "Pengamanan sidang Akbar akan berjalan normal
dan tidak ada yang istimewa." (agm/riz/lis/kwo)