[Nasional-m] [Nasional] 30 DPD Golkar Rapat Akbar Minta Dukungan

nasional-m@polarhome.com nasional-m@polarhome.com
Sat Sep 7 00:24:03 2002


-----------------------------------------------------------------------
Mailing List "NASIONAL"
Diskusi bebas untuk semua orang yang mempunyai perhatian terhadap
eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
-----------------------------------------------------------------------
STOP Exodus TKI !!  STOP Exodus bangsa kita  !!   STOP Exodus TKI !!
-----------------------------------------------------------------------
30 DPD Golkar Rapat
Akbar Minta Dukungan

Jakarta (Bali Post, Sabtu, 7 September 2002) -
Semalam, 30 DPD Golkar seluruh Indonesia berkumpul di Hotel Peninsula,
Jakarta Barat. Diharapkan, pertemuan ini memberikan energi baru bagi Akbar
Tandjung untuk tetap memimpin Partai Golkar hingga 2004. Ini terkait vonis
tiga tahun bagi Akbar yang dipersoalkan sejumlah fungionaris Golkar.
Tokoh teras DPP Partai Golkar yang hadir di antaranya Agung Laksono, Fahmi
Idris, Marzuki Darusman, Rambe Kamaruzzaman, Marwah Daud Ibrahim, Sekjen
Budi Harsono, Priyo Budi Santoso, Theo L Sambuaga, dan Ketua Umum Akbar
Tandjung.

Amir Syamsuddin, pengacara Akbar, juga turut datang untuk memberikan
penjelasan kronologi skandal Bulog Rp 40 milyar. Rapat dibuka setelah makan
malam sekitar pukul 20.00 WIB. Agar tidak membahayakan, rapat konsultasi ini
dinyatakan tertutup. ''DPP berinisiatif mengadakan rapat konsultasi ini
dengan DPD seluruh Indonesia untuk menunjukkan bahwa kami tetap solid,''
kata Priyo Budi Santoso.

Lain Priyo, Agung Laksono menuturkan, DPD dapat memahami persoalan yang
dilematis bagi partai ini. ''Saya mengharapkan semua pihak bisa menggunakan
hati nuraninya,'' kata Agung. Dua hal yang perlu dikritisi adalah perlu
digelar munaslub ataukah tetap mempertahankan Akbar sebagai ketua umum.
Hingga pukul 22.30 wita rapat masih berlangsung. Tetapi, arahnya makin
jelas, DPD tetap mempertahankan kepemimpinan Akbar kembali.

Sekber Golkar
Di sisi lain, faksi-faksi di tubuh Partai Golkar mulai begerilya.
Tokoh-tokoh elemen Golkar seperti SOKSI, MKGR, dan Kosgoro akan mengadakan
pertemuan amat khusus. Pertemuan ini mengambil nama ''Temu Kangen Paguyuban
Sekber Golkar 64'' di Hotel Ever Green Cisarua, Bogor, Minggu (8/9) besok.
Tidak terbantah bahwa pertemuan ini memang sengaja dibuat untuk membahas
status Akbar yang sudah tercemar. Pertimbangannya, selain nama partai yang
kian runtuh, juga pemenangan pemilu dan pemilihan presiden secara langsung
2004 nanti. Jika tak ada pergantian kepemimpinan, kans Golkar menang pemilu
makin kecil. Pun demikian, kans Golkar bisa menyabet kursi presiden dalam
kompetisi pemilihan presiden secara langsung makin tak diperhitungkan.
''Harus dipisahkan, penyelamatan individu dan partai. Jangan sampai, posisi
partai sulit. Terutama dalam Pemilu 2004 nanti,'' kata tokoh Sekber Golkar
Zaenal Bintang, di Jakarta, kemarin.

Lebih Baik
Selain di tubuh Golkar, suara agar Akbar mundur sebagai ketua DPR juga makin
santer saja. Bahkan, untuk memuluskan rencana itu ada aksi pengumpulan tanda
tangan di DPR. Belum jelas siapa yang menjadi ''promotor'' dalam kasi
tersebut. Namun, terhadap desakan tersebut, Jimly Ashiddiqie menegaskan,
bila Akbar berkenan mengundurkan diri atas kesadaran pribadi, hal tersebut
dinilai suatu yang bagus. Sebab, kalaupun dipaksa mundur, dasarnya harus
pada alasan hukum, tetapi upaya hukumnya belum final.
Komentar tersebut disampaikan pakar hukum tata negara Jimly Ashiddiqie di
sela-sela acara peluncuran buku karya Fadli Zon yang berjudul ''Gerakan
Etnonasionalis, Bubarnya Imperium Uni Soviet'', Jumat kemarin di Hotel
Ambhara, Jl. Iskandarsyah, Jakarta Selatan.

''Terkait dengan posisi Akbar di Golkar, hal itu bergantung pada internal
dynamic yang terjadi di tubuh Golkar. Bisa saja peristiwa yang menimpa Akbar
ini justru memperkuat kondisi internal Golkar. Jadi, kemungkinannya bisa
menguat dan melemah,'' ujar Jimly.

Dalam hitungan rasional, tambah Jimly, kondisi Golkar akan melemah. Tetapi,
dukungan sebagian masyarakat Indonesia terhadap Akbar tidak bisa diprediksi
secara rasional teknis. ''Karena sebagian orang Indonesia ini tidak
rasional,'' ujarnya.

Jimly mencontohkan, seluruh pemimpin luar negeri masuk ke penjara karena
alasan kriminal. Namun, tetap saja peristiwa seperti itu dinilai sebagai
peristiwa politik. Tidak ada alasan memenjarakan seorang pemimpin yang
alasannya bukan kriminal. Dampaknya, orang bisa saja bersimpati kepada tokoh
yang dipenjarakan. Bahkan, tidak mungkin Akbar akan menghadapi situasi yang
serupa.

''Dia bisa mengundang simpati karena dia dizalimi atau terkesan dizalimi.
Tetapi, saya tidak bisa memastikan dampak positif atau negatif peristiwa ini
terhadap karier Akbar maupun masa depan Golkar. Kalau berpikir secara
rasional, memang Akbar dan Golkar akan habis,'' tegas Jimly.
Disinggung soal kemungkinan adanya kelompok anti-Akbar yang ingin
menggantikan posisinya, Jimly menyatakan, kelompok seperti ini akan
menghadapi kendala kultural. ''Saat ini Akbar berada pada posisi dizalimi.
Jika ada orang yang ingin menggantikan kepemimpinannya, orang tersebut akan
dianggap oportunis dan dinilai tidak positif,'' tegasnya. (kmb7/kmb3/kmb4)
-----

-------------------------------------------------------------
Info & Arsip Milis Nasional: http://www.munindo.brd.de/milis/
Nasional Subscribers: http://mail2.factsoft.de/mailman/roster/national
Netetiket: http://www.munindo.brd.de/milis/netetiket.html
Nasional-m: http://redhat.polarhome.com/pipermail/nasional-m/
Nasional-a: http://redhat.polarhome.com/pipermail/nasional-a/
Nasional-f:http://redhat.polarhome.com/mailman/listinfo/nasional-f
------------------Mailing List Nasional----------------------