[Nasional-m] Menambah Aset Pasar Membuka Kesempatan

Ambon nasional-m@polarhome.com
Sat Sep 7 22:48:59 2002


Suara Karya
7 Sept. 2002

Menambah Aset Pasar Membuka Kesempatan
Oleh Haryono Suyono

Sabtu, 7 September 2002


Untuk meningkatan kesempatan membangun, menambah lapangan kerja, biasanya
kita mulai dari jalur produksi dengan membuka kesempatan kerja baru. Kita
berusaha meningkatkan kemampuan mengolah bahan baku dengan teknologi olahan
menjadi produk yang canggih dan laku jual. Pendekatan ini biasanya mengalami
hambatan karena kita biasanya tidak terlalu peduli menggarap pasar,
aksesnya, dan penelitian tingkah laku konsumen yang membutuhkan barang
produksi tersebut. Untuk mengatasi kesulitan, biasanya segera dipelajari
tingkah laku konsumen dan mencoba menjual produk dengan teknik-teknik
pemasaran yang cocok dengan tingkah laku tersebut. Gagasan untuk
memperhatikan konsumen melalui segala pendekatannya biasanya membawa hasil
yang lumayan, sehingga kedua pendekatan itu biasanya menjadi andalan untuk
mencapai sukses.
Pendekatan semacam ini untuk produk-produk manufaktur bisa berjalan lancar
karena dikelola oleh suatu badan usaha yang lengkap dengan unit pemasaran
yang tangguh dan mempunyai program yang komprehensip. Produk-produk
manufaktur kemudian diciptakan dengan selera pasar setelah bagian pemasaran
mengadakan riset pasar yang seksama. Perubahan bentuk dan penampilan produk
di sana sini yang dituntut pasar dengan mudah dilaksanakan agar menyesuaikan
produk yang lebih akrab dengan pasar dan diminati oleh konsumen.
Dengan produk yang lebih akrab pasar mudah sekali konsumen seakan-akan
dipenuhi seleranya dan harus membeli produk tersebut yang menurut
"produsennya" telah sesuai dengan selera pasar dan produknya "seakan-akan"
sudah sangat dibutuhkan oleh pasar. Bagian pemasaran dengan mudah bisa
meng-create pasar dengan demand baru atas produk-produk yang dihasilkan oleh
usaha besar atau usaha raksasa industri manufaktur tersebut.
Sebaliknya dengan pengalaman dan hasil riset pasar itu bagian produksi makin
bisa menyesuaikan produk-produknya menjadi produk yang seakan-akan diminati
pasar. Padahal "pasar" itu sesungguhnya telah di-create oleh bagian
pemasaran dengan teknik komunikasi dan pemasaran yang canggih. Dengan
ciptaan itu sesungguhnya bukan saja mereka bisa membaca selera pasar, tetapi
dalam banyak hal mereka bisa juga mencipta pasar untuk barang-barang
produknya yang beraneka ragam itu.
Tidak jarang dibuat begitu rupa sehingga proses produksi mengikutsertakan
para calon pengguna untuk meyakinkan bahwa proses produksi itu memang
dikerjakan "sesuai dengan selera pasar", atau sesuai dengan permintaan
pasar. Unit produksi yang bergerak dengan cara demikian biasanya berhasil
meyakinkan suatu critical mass yang menjadi pembela produsen bahkan bisa
menjadi sangat fanatik terhadap hasil karya suatu produk-produk tertentu.
Proses pengikutsertaan masyarakat dengan strategi itu bisa juga menimbulkan
kebanggaan tersendiri kepada masyarakat akan produk manufaktur dari
daerahnya yang menjadi ciri atau jati diri daerah yang bersangkutan.
Usaha Kecil Tak
Miliki Unit Pemasaran


Keadaannya berbeda untuk usaha kecil dan menengah. Pada umumnya usaha-usaha
kecil dan menengah tidak memiliki unit pemasaran tersendiri sehingga
produk-produk yang dihasilkannya tidak mudah disesuaikan dengan selera
pasar. Mereka juga tidak mampu untuk meng-crate demand, tidak mampu mencipta
pasar untuk menjual barang-barang produknya, sehingga produk-produk usaha
kecil tidak mempunyai pasaran yang makin luas dan dapat sejajar atau
menyaingi produk dari usaha manufakturing yang lebih besar.
Yang lebih menyedihkan lagi adalah bahwa usaha kecil dan menengah umumnya
tidak memiliki aset terhadap pasar karena beberapa sebab. Salah satu
sebabnya adalah karena usaha kecil mempunyai modal yang sangat terbatas.
Aset pasar umumnya sudah terlanjur dimiliki oleh usaha yang lebih mapan dan
atau oleh usaha yang lebih besar. Ketidakmampuan usaha kecil untuk memiliki
aset pasar ini sangat membatasi gerakan dari usaha atau pemasaran
produk-produknya.
Karena usaha kecil tidak memiliki unit pemasaran maka usaha kecil umumnya
juga tidak mempunyai program pemasaran yang canggih. Upaya yang dilakukan
lebih banyak mengandalkan pada kemurahan pemerintah untuk mengembangkan
pemasaran atau pada sifat tradisional yang terjadi secara alamiah. Cara ini
hanya memberi hasil yang sangat minimal. Lebih-lebih lagi dapat kita ketahui
bahwa karena banyak keterbatasannya, umumnya pemerintah hanya bergerak dalam
bidang yang bersifat pasip yaitu memberikan legitimasi perijinan. Pemerintah
tidak atau belum bergerak dalam bidang pemasaran produk-produk dari usaha
kecil dan menengah yang ada.
Kegiatan pemasaran seperti pembuatan paket-paket yang menarik konsumen,
mengamankan produk dari segala cara untuk menarik konsumen tidak mendapatkan
penanganan yang memadai. Begitu juga usaha kecil tidak bisa mengatur harga
dari produk-produknya untuk bisa bersaing dengan produk dari usaha yang
lebih besar, menutupi ongkos produksi pada jangka panjang dan menyediakan
pelayanan yang memberi nilai tambah yang memadai untuk biaya promosi dan
keperluan pemasaran lainnya.
Membuka Aset Pasar
Usaha Produk Pertanian


Seperti halnya usaha kecil lainnya, produk pertanian, yang diusahakan oleh
para petani di pedesaan juga kurang mendapat dukungan dalam hal pasar dan
pemasaran. Produk-produk para petani ini mengalami nasib yang serupa dengan
usaha kecil dan menengah. Produk-produk pertanian yang dihasilkan oleh para
petani di pedesaan tidak didukung dengan strategi pemasaran yang memadai.
Produk-produk para petani umumnya dipasarkan secara konvensional dari hari
ke hari kepada pedagang pasar lokal atau pedagang-pedagang antara yang
menjemput produk para petani itu di pedesaan. Dengan cara demikian jaminan
harga dan kontinuitas penjualan juga sangat tergantung pada apa yang ada di
sekitarnya itu.
Adalah sukar sekali membuka aset pasar untuk para petani, lebih-lebih
melihat produk pertanian yang kontinuitasnya sangat tergantung pada musim
maupun faktor-faktor lain yang ada di sekitarnya. Produk-produk pertanian
petani kecil itu juga tidak memperoleh standardisasi yang biasanya dituntut
dalam suatu sistem pemasaran modern. Karena tidak ada standardisasi juga
tidak ada ketentuan harga yang baku serta mudah diikuti oleh pasar dan para
konsumennya.
Salah satu terobosan yang berani sedang dilakukan oleh sebuah perusahaan
swasta dari Tanggerang bernama PT Selarasgriya Adigunatama. Perusahaan ini,
tidak seperti lainnya, memulai usahanya tidak dari jalur produksi tetapi
justru dengan membuka pasar dan menambah aset pasar bagi para pengusaha
kecil dan para petani yang berasal dari desa-desa. Aset pasar itu dibuka
dengan strategi yang menarik.
Pertama, PT Selarasgriya Adigunatama menanam investasi besar-besaran
merencanakan membuka jaringan pasar dengan ketentuan yang lentur agar para
pengusaha kecil, menengah dan khususnya para petani dengan tanah sempit dan
hasil yang relatif kecil dapat memperoleh aset pasar dengan mudah. Segala
kemungkinan dengan tujuan agar setiap petani atau pengusaha kecil memperoleh
aset itu diperhitungkan betul dengan seksama. Setiap jaringan direncanakan
melayani suatu radius tiga sampai empat jam kendaraan dengan harapan sayur
atau buah-buahan itu tetap segar sampai ke pasar yang disediakan.
Kedua, pasar dibuka dengan sistem manajemen terbuka sehingga para pedagang,
para pengusaha kecil dan petani dapat memperoleh akses dengan mengetahui
secara lebih pasti perkiraan ongkos-ongkos yang dibutuhkan untuk berdagang
atau untuk ikut berjualan di pasar yang dibangun secara modern itu. Setiap
pedagang, pengusaha kecil atau petani dapat berpartisipasi sesuai dengan
kemampuan karena mengetahui biaya yang harus dikeluarkan atau ditanggungnya.
Segala ongkos-ongkos yang harus dipikul oleh setiap penghuni dijelaskan
kepada para nasabah dengan transparan sehingga tidak ada biaya sembunyi yang
harus datang secara mendadak dan di luar perhitungan.
Ketiga, pasar dibuka dan disewakan dengan harga sewa yang bervariasi agar
mereka yang mampu untuk menyewa dalam jangka panjang dapat melakukannya
dengan mudah. Sebaliknya mereka yang hanya mampu menyewa untuk jangka pendek
atau bahkan harian dapat pula melakukannya dengan sama mudahnya. Yang
menjadi pedoman penting adalah bahwa pasar itu menjadi wahana untuk
berpartisipasi dalam membangun kesejahteraan warga penghuninya.
Keempat, mereka dapat memperoleh informasi tentang barang dan produk apa
saja yang laku jual di pasar itu melalui sistem informasi yang dikeluarkan
oleh manajemen pasar secara teratur. Informasi yang teratur ini dapat
dipergunakan untuk memprediksi kebutuhan pasar bagi setiap nasabah yang
memiliki kios di pasar itu. Prediksi kebutuhan pasar itu disebarluaskan juga
kepada para petani agar mereka dapat mengatur pola tanam untuk tidak
menggoncangkan keseimbangan supply dan demand yang bisa mengacaukan harga
penjualan. Prediksi penjualan atau kebutuhan pasar itu juga berguna untuk
konsumen yang bakal datang agar mereka mendapat dukungan dari para produsen
yang membaca kebutuhan produk apa yang harus dihasilkan untuk mengisi pasar
pada suatu periode tertentu. Pengaturan keseimbangan antara supply dan
demand oleh para pedagang yang ada di pasar dan para produsennya
menghasilkan pula upaya bersama pemeliharaan kualitas dari produk yang
dihasilkannya.
Kelima, pasar dan asetnya dikelola bersama oleh pemilik pasar, penghuni
pasar, para usahawan, petani supplier, konsumen serta tamu pada umumnya.
Segala kebutuhan sehari-hari pasar dan penghuninya mendapat perhatian yang
seksama seperti misalnya keperluan untuk sholat disediakan masjid dan
mushola yang lengkap, keperluan untuk kebersihan dijamin dengan penyediaan
air yang melimpah dengan tower yang bisa untuk mengatur pengglontoran
seluruh kawasan pasar secara periodik, keamanan dijamin dengan sangat baik
agar tidak ada rasa kawatir bagi para penghuninya.
Di samping hal-hal di atas pasar dan sekelilingnya juga dikelola dengan
fasilitas yang memadai seperti misalnya adanya jalan-jalan dalam pasar yang
lebar dengan akses langsung ke setiap kios. Setiap kendaraan bisa merapat
sampai ke pinggir kios-kios yang memudahkan para penghuni kios menurunkan
dan mengangkat barang-barang ke kendaraan yang merapat ke pinggiran
masing-masing kios. Setiap penghuni kios bisa dengan mudah mengawasi
dinaikkan dan diturunkannya barang-barang ke kendaraan yang ada. Tower air
yang cukup kecuali untuk membersihkan pasar, juga menjamin tempat-tempat
pencucian bagi beberapa kios makanan mencuci piring dan keperluan lainnya.
Dengan kebijaksanaan dan pola pengelolaan itu PT Selarasgriya Adigunatama
mulai berhasil. Dalam kasus di Pasar Induk Tangerang, dia berhasil
menggairahkan pasar yang dibangun dengan modal swasta itu. Setiap siang
mulai berdatangan truk-truk pengangkut dari sumber daerah asal pertanian.
Menjelang malam sampai tengah malam berdatanganlah pembeli secunder dari
pasar-pasar di Tangerang sampai ke wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Pusat
sampai ke Jakarta Utara, mungkin juga bahkan ke seluruh Jakarta. Akses ke
pasar itu sangat mudah karena bisa melewati jalur tol ke Bandar Udara
Soekarno Hatta yang memudahkan hubungan antara Tanggerang dan Jakarta
sekitarnya. Kalau eksperimen yang sungguh sangat menarik ini berhasil, PT
Selarasgriya Adigunatama akan memperluas usahanya ke Palembang dan Surabaya
dengan pola yang sama. Pola ini tidak lain adalah menyadiakan pasar modern
yang dikelola dengan cara terbuka, profesional dan sangat memperhatikan
penghuninya lengkap dengan segala kebutuhannya.
Semoga makin banyak perusahaan yang peduli terhadap petani, usaha kecil dan
menengah di Indonesia karena kesejahteraan mereka adalah kesejahteraan kita
bersama juga.
(Prof Dr Haryono Suyono, pengamat masalah sosial kemasyarakatan