[Nasional-m] [Nasional] Massa Anti-Sutiyoso Diracun Pil Sianida

nasional-m@polarhome.com nasional-m@polarhome.com
Fri Sep 13 11:24:04 2002


-----------------------------------------------------------------------
Mailing List "NASIONAL"
Diskusi bebas untuk semua orang yang mempunyai perhatian terhadap
eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
-----------------------------------------------------------------------
STOP Exodus TKI !!  STOP Exodus bangsa kita  !!   STOP Exodus TKI !!
-----------------------------------------------------------------------
Sinar Harapan
12 Sept. 2002

Massa Anti-Sutiyoso Diracun Pil Sianida

Jakarta, Sinar Harapan
Polda Metro Jaya tengah berupaya mencari dan menangkap orang pembawa kardus
berisi kue beracun yang mengakibatkan puluhan pengunjuk rasa di gedung DPRD
Jakarta, Rabu (11/9) pingsan. Hasil sementara Puslabfor Mabes Polri
menyebutkan kue tersebut telah diberi sianida.
Menurut Kepala Dinas Penerangan Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Anton
Bahrul Alam yang dihubungi SH Kamis (12/9) pagi, pihaknya masih terus
melakukan penyelidikan kasus kue beracun tersebut.
Dia mengatakan, untuk mengetahui identitas pembawa kardus berisi makanan
beracun, Polda sudah memeriksa sedikitnya sembilan pengunjuk rasa sebagai
saksi. Beberapa pengunjuk rasa masih akan diperiksa lagi.
”Kami masih menunggu hasil penelitian Balai POM di samping dari Puslabfor
Mabes Polri. Tetapi upaya lain menemukan para pelaku juga sudah kami
upayakan, seperti memeriksa saksi yang melihat langsung orang yang
meletakkan bungkusan kardus di atas mobil Toyota Kijang,” ujar Anton.
Sementara itu, Kepala Pusat Laboratorim Forensik (Puslabfor) Mabes Polri,
Brigjen Hamim Suryaadmaja yang dihubungi SH menduga bahwa di dalam kue dadar
gulung dan kue pisang yang dimakan puluhan mahasiswa saat berunjuk rasa
menjelang pemilihan gubernur Jakarta, diduga kuat terkandung racun jenis
sianida.
”Lebih jelasnya memang belum bisa saya uraikan, tetapi kami menduga racun
yang terkandung dalam kue dadar gulung tersebut jenisnya sianida,” ujarnya.
Dia menjelaskan, racun jenis sianida ini dikategorikan sebagai racun yang
mematikan. Racun jenis ini dikemas dalam bentuk bundaran kecil sebesar
kacang kedelai berwarna putih dan ditemukan di dalam kue dadar gulung dan
kue pisang.
”Efek racun ini kalau tidak sakit, ya mati. Kalau sakit, berarti kandungan
racunnya sedikit, kalau mati sangat banyak,” tambah Kepala Puslabfor Mabes
Polri tersebut.
Seperti diketahui, dalam aksi menolak Sutiyoso, sebagai Gubernur DKI
mahasiswa yang berdemo di depan gedung DPRD Jalan Kebon Sirih dan di depan
Balai Kota Jakarta menerima pasokan kue dadar gulung dan kue pisang dari
seorang laki-laki tak dikenal.
Kue itu diletakkan di atas mobil Toyota Kijang yang membawa sound system
untuk berorasi. Di dalam kardus itu berisi sedikitnya 50 kue dadar gulung
dan kue pisang yang diletakkan secara terpisah.

Sebagian di Jalan Merdeka Selatan, dan sebagian lagi di Jalan Kebon Sirih.
Ibarat durian runtuh, para pengunjuk rasa langsung melahap kue-kue tersebut.
Kira-kira 10 menit kemudian, puluhan mahasiswa merasa mual-mual, dan mengaku
kepalanya pusing, lalu tidak sadarkan diri.
Berdasarkan catatan SH, di Jalan Kebon Sirih sedikitnya 30 pengunjuk rasa.
Sedangkan di Jalan Medan Merdeka Selatan sekitar 20 orang yang pingsan
setelah memakan kue yang diracuni tersebut, diantaranya .M Fauzi, Agus
Parman, R Bambang, Suwarno, Wawan, Jaka, Zainudin, Taufik Iko, M. Farid,
Sahardi, Tri, Supri, Sardi, Kusnadi, Ecep, Zulfikar, Noki dan Tohid.

Proyek Basa-basi
Sementara itu menanggapi kesempatan uji publik yang diberikan panitia
pemilihan gubernur Jakarta atas pasangan Sutiyoso – Fauzi Bowo yang telah
terpilih dalam rapat paripurna DPRD Jakarta, Rabu (11/9) sore, salah seorang
pengurus LBH Jakarta Tubagus Haryo dan Ketua UPC Wardah Hafidz yang
dihubungi SH, Kamis pagi mengatakan, uji publik yang diharapkan dapat
membongkar praktik politik uang dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
DKI Jakarta hanya proyek basa-basi.


Tubagus Haryo menjelaskan, dasar penilaian itu selain soal waktu yang sangat
terbatas, hanya tiga hari terhitung mulai Kamis (12/9) s/d Sabtu (14/9),
panitia juga tidak mampu memberikan perlindungan kepada orang yang berani
mengungkapkan adanya praktik politik uang tersebut.
”Keadaan ini sengaja dikondisikan oleh panitia pemilihan, karena mereka tahu
bahwa kemungkinan untuk melaporkan adanya politik uang dalam proses
pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta sangat kecil. Dugaan ini
sudah diestimasi sebelumnya oleh panitia pemilihan,” ujar Tubagus.
Kalaupun ada yang melaporkan bahwa ada politik uang dalam pemilihan
tersebut, lanjut Tubagus, pengakuan itu tidak bisa langsung diterima, tetapi
masih harus dibuktikan dulu. Proses pembuktian ini yang membutuhkan waktu
lama.
Kendala lainnya, tidak adanya perlindungan saksi. ”Siapa yang akan
melindungi keselamatan jiwa orang tersebut, jika dia benar-benar ingin
mengungkapkan adanya praktik politik uang. Di Indonesia ini Undang-undang
Perlindungan Saksi belum ada, kecuali orang tersebut siap menjadi target
pemeriksaan dari berbagai pihak,” kata pengurus LBH Jakarta tersebut.
Soal anggota dewan yang suaranya dibeli Rp 3 miliar, Tubagus mengakui
praktik ini bisa terjadi kalau moral anggota dewan sudah bobrok. ”Tetapi
kasus pemilihan ini merupakan proses pembelajaran bagi warga Jakarta, agar
pada pemilihan mendatang tidak lagi mencalonkan orang-orang yang moralnya
rendah,” tegasnya
Sedangkan menurut Wardah, siapapun orangnya yang berani melaporkan bahwa
telah disuap oleh tim sukses pasti orang tersebut tidak waras. Alasan
Wardah, karena orang tersebut harus siap menghadapi berbagai pertanyaan dari
panitia dan aparat keamanan. ”Supaya tidak jadi target sasaran, orang
tersebut harus membawa bukti dan saksi,” ujarnya.

Ketika ditanya soal politik uang, Wardah mengungkapkan hal tersebut pasti
ada, hanya saja praktik semacam ini sangat sulit untuk dibuktikan. Karena,
setiap orang pasti tidak akan berani mengungkapkan kalau dia kena suap.
Isu money politics atau politik uang berhembus kencang seiring terpilihnya
Sutiyoso sebagai Gubernur DKI periode 2002-2007. Sutiyoso, yang berpasangan
dengan Fauzi Bowo, dikabarkan menggunakan kekuatan uang untuk bisa terpilih
kembali sebagai orang nomer satu di ibu kota.
Sebuah sumber seperti dilansir Detik.com, Kamis (12/9) pagi ini menyatakan,
duet Sutiyoso-FauziBowo harus mengeluarkan kocek Rp 141 miliar untuk
mendapatkan 47 suara. Artinya tiap suara dihargai Rp 3 miliar. Nilai itu
belum termasuk biaya akomodasi dan transportasi selama proses lobi
berlangsung. ”Ini bukti kuatnya politik uang dan jual beli suara,” katanya
di Jakarta, Kamis(12/9).

Sumber itu menuturkan tim lobi Sutiyoso yang dibentuk jauh hari sebelum
pemilihan gubernur dilaksanakan sangat aktif mensosialisasikan dan
memberikan iming-iming berupa uang agar suara mereka diberikan ke Sutiyoso.
Lobi-lobi pun dilaksanakan di hotel-hotel berbintang di sekitar kantor DPRD
DKI Jakarta.

Setiap anggota DPRD yang telah bertemu dengan tim lobi, pulangnya membawa
amplop berisi uang cash antara Rp 30-50 juta sebagai persekot. Jika suaranya
diberikan ke Bang Yos, panggilan akrab Sutiyoso, dan jika menang akan
ditambah hingga Rp 3 miliar.
Soal tudingan money politic Sutiyoso menanggapinya sebagai hal yang biasa.
Apalagi, lanjut dia, di saat-saat pemilihan seperti ini. ”Money politics
pastilah pembicaraan yang menjadi prasangka apa lagi saat pemilihan seperti
ini,” tuturnya. (sat/dre/rhu/han/nor)




-------------------------------------------------------------
Info & Arsip Milis Nasional: http://www.munindo.brd.de/milis/
Nasional Subscribers: http://mail2.factsoft.de/mailman/roster/national
Netetiket: http://www.munindo.brd.de/milis/netetiket.html
Nasional-m: http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-m/
Nasional-a: http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-a/
Nasional-f:http://www.polarhome.com/mailman/listinfo/nasional-f
------------------Mailing List Nasional----------------------