[Nasional-m] Banyak Orang Madura, Maluku, Papua Kini Beralih ke Beras

Ambon nasional-m@polarhome.com
Wed Sep 18 01:24:08 2002


Media Indonesia
Rabu, 18 September 2002

Banyak Orang Madura, Maluku, Papua Kini Beralih ke Beras


BERAS sebagai makanan pokok di Indonesia, tampaknya sulit sekali digeser
oleh makanan pokok lainnya, kendati sebetulnya sudah sejak lama ada program
yang disebut diversifikasi pangan untuk mengatasi kelangkaan pangan,
khususnya beras. Tetapi, nyatanya peranan beras seakan tak pernah
tergantikan oleh bahan makanan pokok lainnya.
Pakar gizi dari Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga Fakultas
Pertanian IPB Ir Eddy Setyo Mudjajanto mengatakan bahwa beras cukup
'menyehatkan' karena mengandung gizi yang sangat dibutuhkan tubuh.
Berdasarkan penelitian, pada setiap 100 gr beras giling mengandung 360
kalori energi. Nutrisi lainnya adalah protein 6,8 gr, lemak 0,7 gr,
karbohidrat 78,9 gr, kalsium 6 mg, fosfor 140 mg, zat besi 0,8 mg, vitamin
B1 0,8 mg, dan air 13 gr.
Setelah dimasak menjadi nasi, setiap 100 gr nasi masih memiliki jumlah
energi 178 kalori, dengan kandungan protein 2,1 gr, lemak 0,1 gr,
karbohidrat 40,6 gr, kalsium 5 mg, fosfor 22 mg, zat besi 0,5 mg, vitamin B1
0,2 mg, dan air 57 gr.
Dosen IPB ini mengatakan bahwa untuk orang Indonesia, pemenuhan kebutuhan
protein rata-rata per hari sebagian besar masih berasal dari protein nabati,
terutama dari beras, sedangkan sebagian kecil lainnya berasal dari protein
kacang-kacangan, dan sebagian lainnya berasal dari protein hewani.
Menurut Eddy, sebetulnya secara prinsip beras dapat digantikan oleh makanan
sumber karbohidrat yang lainnya seperti singkong, sagu, ubi jalar, jagung,
kentang, atau ubi-ubian lainnya. "Hanya saja, kalau kita mau jujur, makanan
pengganti beras tersebut kualitas zat gizinya (terutama protein) tidak
sebanyak yang terdapat pada beras."
Sebagai contoh, pada kentang kadar proteinnya hanya 2% (2 gr per 100 gr
kentang). Selain itu, memasak nasi (dari beras) jauh lebih cepat dan lebih
sederhana dibanding mengolah bahan makanan pokok lainnya.
Dari hasil kajian, Indonesia sebenarnya sangat kaya dengan umbi-umbian,
bahkan dari inventarisasi yang telah dilakukan oleh staf jurusan GMSK
Faperta IPB itu ada sekitar 15 jenis umbi. "Hanya, permasalahannya, di
antaranya adalah untuk mengolah menjadi bahan yang siap santap membutuhkan
waktu dan proses yang cukup panjang," jelas Eddy.
Sebetulnya, terigu juga bisa menggantikan fungsi beras sebagai makanan
pokok. Kandungan proteinnya cukup tinggi, bahkan lebih tinggi dibanding
beras. Masalahnya, budi dayanya di Indonesia masih jadi kendala.
Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap beras pun sudah sedemikian
besar, maka ada pemeo 'Belum bisa disebut makan kalau belum makan nasi'.
Selain itu, pola makan suku bangsa lain di Indonesia juga berubah. Orang
Madura yang tadinya mengonsumsi jagung beralih ke beras. Demikian juga
dengan orang Maluku dan Papua yang dulu makan sagu, akhirnya banyak yang
beralih ke beras.
"Oleh karena itu, menurut saya, menganjurkan orang mengubah pola makan dari
beras ke makanan alternatif akan sangat sulit," jelas Eddy.
Bicara pangan pun jadi seakan tak bisa lepas dari beras. Namun, bicara
masalah bahan makanan pokok ini sepertinya sering kali tak ada
habis-habisnya. Ada kecurigaan bahwa membicarakan beras, berarti
membicarakan soal strategis. Pasalnya, beras anehnya sering selalu dikaitkan
dengan masalah sosial, politik, dan ekonomi. (Drd/V-1)