[Nasional-m] Bendera RDTL mulai berkibar di PBB

Ambon nasional-m@polarhome.com
Sat Sep 28 02:48:00 2002


Suara Timor Lorosae
27/9/2002

Bendera RDTL mulai berkibar di  PBB

DILI --- Walaupun berjalan dengan agak tertatih di antara kabut harapan dan
putus-asa menuju proses demokrasi, Timor Leste pada hari ini secara resmi
akan diterima sebagai negara anggota badan perdamaian dunia, PBB, yang
ke-191.  Dengan diterimanya Timor Leste menjadi anggota PBB, bendera RDTL
juga akan mengangkasa bersama dengan bendera-bendera ke-190 negara anggota
PBB lainnya di depan markas besar PBB di Lakes Success, New York (AS).
Diterimanya wilayah yang baru merdeka lebih dari empat bulan ini merupakan
suatu upaya yang menggembirakan banyak kalangan, baik di dalam maupun di
luar negeri Timor Leste.
Di hadapan Sidang Umum PBB, presiden RDTL akan menyampaikan ucapan terima
kasih atas keterlibatan masyarakat internasional dan PBB yang menjalankan
pemerintahan transisi di Timor Leste hingga negeri ini mencapai
kemerdekaannya pada 20 Mei 2002 lalu.
Xanana Gusmão juga dijadwalkan akan menyampaikan haluan-haluan penting masa
depan yang sangat menentukan haluan sejarah politik Timor Leste.
Xanana yang mengepalai sebuah delegasi dari Timor Leste yang terdiri dari PM
Mari Alkatiri, Menlu dan kerjasama José Ramos Horta dan Wamenlu serta duta
besar TL untuk PBB José Luís Guterres akan menyaksikan dikibarkannya bendera
Timor Leste di antara ke-190 negara-negara  anggota PBB.
Uskup Belo juga akan hadir di dalam acara tersebut karena diundang secara
resmi oleh PBB. Pemimpin umat Katholik Dili tersebut beberapa hari lalu
mengimbau kepada masyarakat Portugal untuk memberikan bantuan kepada Timor
Leste di bidang pendidikan, pekerjaan dan pengajaran bahasa Portugis.
Dihadiri Durão Barroso
Selain itu, PM Portugal juga akan hadir menyaksikan peristiwa maha-penting
tersebut.  Agar dapat mengambil tempat di dalam acara tersebut, Perdana
Menteri Portugal Durão Barroso telah meninggalkan Portugal dan dilaporkan
telah tiba di New York sejak kemarin.
Selasa silam di Stamburg Durão Barroso mengatakan bahwa Timor Leste
membutuhkan bantuan sambil menjelaskan bahwa negara baru tersebut
membutuhkan bantuan masyarakat.
Kemarin, Durão Barroso mengadakan jamuan makan malam di kediaman dubes
Portugal untuk PBB bersama  Xanana Gusmão dan tiga orang pemenang Hadiah
Nobel Perdamaian masing-masing, Uskup Belo,  Ramos Horta dan Sekjen PBB,
Kofi Annan.
Tetap butuh bantuan masyarakat internasional
Sementara itu, Menteri Luar Negeri dan Kerjasama RDTL, José Manuel
Ramos-Horta mengatakan bahwa perdamaian Timor Leste yang masih rapuh akan
tetap bertahan jika masyarakat internasional tetap memberikan bantuan dan
tidak meninggalkan negeri ini.
"Perdamaian di negeri kami merupakan suatu kenyataan, tetapi perdamaian itu
rapuh. Jika komunitas donor meninggalkan negeri itu sekarang negeri tersebut
bisa berabe," tegas Jose Ramos-Horta yang berbicara pada suatu diskusi
publik mengenai tantangan yang bakal dihadapi oleh negeri Timor Leste.
Timor Leste yang menyatakan kemerdekaannya pada 20 Mei 2002 dari Indonesia
melalui suatu jajak pendapat yang diawasi oleh PBB di tahun 1999 dewasa ini
tergolong sangat miskin dan sangat tergantung pada bantuan asing.
Ramos-Horta mengatakan bahwa lebih dari 45 persen penduduk Timor Leste yang
berjumlah sekitar 850.000 jiwa sangat miskin dan lebih dari 50 persen
penduduk berumur di bawah 20 tahun, dan sangat membutuhkan pendidikan dan
pekerjaan. Horta juga mengatakan bahwa didirikannya suatu sistem peradilan
hingga ke tingkat penjara merupakan perkembangan yang sangat diperlukan oleh
Timor Leste.
"Jika kami tidak merespons isu-isu peradilan, seluruh isu hukum dan
ketertiban mendapat masalah," jelasnya, sambil menambahkan bahwa tawaran
untuk membantu mengirimkan 20 ahli hukum ke wilayah ini merupakan suatu hal
yang akan diterima dengan baik.
Kendatipun memiliki hubungan yang pahit dengan Indonesia pada masa silam,
Timor Leste yang merdeka terus berupaya untuk menjalin hubungan baik dengan
Indonesia. Indonesia yang merupakan negara tetangga terbesar Timor Leste
menginvasi koloni Portugis ini pada tahun 1975 dan pendudukan tangan besi
Indonesia atas Timor Leste baru dapat diakhiri melalui suatu jajak pendapat
yang diselenggarakan oleh PBB di tahun 1999.
Ramos-Horta, yang memenangkan Hadiah Nobel untuk Perdamaian di tahun 1996
atas upayanya mendesak perhatian dunia terhadap masalah Timor Leste, kembali
menghimbau masyarakat donor untuk tidak melupakan Timor Leste pada saat
terjadi banyak konflik baru di dunia.
"Timor Leste bisa saja tidak dihiraukan oleh media dan masyarakat donor, hal
itu merupakan suatu hal yang tragis karena hal itu akan melunturkan dan
meremehkan segala komitmen, serta segala sumber daya yang dibawa ke dalam
Timor Leste selama beberapa tahun terakhir," katanya. (ap/lusa/jof)