[Nasional-m] "Daging Manusia Langu, tetapi Membuat Tenang"

Ambon nasional-m@polarhome.com
Fri Jan 17 10:36:03 2003


http://www.suaramerdeka.com/harian/0301/17/nas6.htm
Jumat, 17 Januari 2003  Berita Utama



Kanibalis dari Palumutan, Purbalingga (1)

"Daging Manusia Langu, tetapi Membuat Tenang"

TULANG MANUSIA: Sejumlah tulang-belulang manusia ditemukan di rumah Sumanto.
Pamapta III Ipda H Sutarno menunjukkan sebuah tulang berbentuk pipih yang
sudah mengering. (Foto: Suara Merdeka/F10-47t)

Terlihat pendiam. Sorot matanya tajam. Dan postur tubuhnya tak begitu kekar.
Itulah Sumanto (30), kanibalis dari RT 5 RW 5 Desa Palumutan, Kemangkon,
Purbalingga. Meski kini sedang diperbincangkan banyak orang karena ulahnya
yang nggegirisi, dia tetap tenang. Di wajahnya tak tergurat sedikit pun rasa
menyesal. Sebaliknya, dia terlihat bangga menceritakan kisahnya memakan
daging manusia, yang tak lain adalah sesamanya.

"Sampai hari ini, paling tidak saya telah memakan tiga orang. Dua orang
waktu saya bekerja di Lampung, sedangkan yang ketiga ya Bu Rinah itu,"
tuturnya tanpa ekspresi. Sementara Kapolres AKBP Drs Agus Sofyan Abadi SH
dan sejumlah wartawan bergidik mendengarnya, Sumanto tetap tenang bercerita,
Kamis kemarin.

Biasanya, demikian Sumanto, satu tubuh dihabiskan dalam sehari semalam.

Korban pertama adalah seorang lelaki yang akan membegal ketika dirinya
bekerja sebagai satpam di sebuah perkebunan tebu di kawasan Gunung Madu,
Lampung. Dalam pergulatan itu, begal bisa diringkusnya. Karena dia merasa
jengkel, begal itu dibunuh kemudian dikuliti. "Karena jengkel, ya saya bunuh
saja," tuturnya pelan.

Korban kemudian disayat kulitnya, diambil dagingnya, dan kemudian dimakannya
mentah-mentah. Seperti makan daging ayam, dia sayati lebih dulu paha kaki,
kemudian lengan, kemudian baru bagian lainnya. Sebenarnya langsung dimakan
lebih enak, segar, tetapi jika sudah beberapa saat bau anyirnya menyengat.

"Ya, kadangkala harus saya masak juga," tuturnya kalem.

Korban Kedua

Korban kedua yang diakuinya juga berusaha membegal, mengalami nasib yang
sama. Diambil dagingnya, sedangkan jeroan-nya dibuang di semak-semak. Kenapa
jeroan dibuangnya karena rasanya tidak terlalu enak, mungkin karena banyak
kotorannya.

Untuk menuntaskan seleranya, biasanya Sumanto juga menglamuti tulang-tulang
korban yang sudah dihabiskan dagingnya. Seperti lazimnya orang makan daging
ayam goreng, jika dagingnya habis, ya nglamuti tulangnya. "Terasa ada
nikmatnya," tuturnya, sambil tangannya memeragakan cara dia menyantap
korban-korbannya.

Sedangkan Ny Rinah (80) adalah korban ketiga. Tak ada alasan yang
dilontarkan Sumanto kenapa memilih mayat nenek itu. Tetapi, diakuinya,
setelah memakan daging korban, hatinya merasa damai dan tenang.

Mengapa mayat Ny Rinah tidak disantapnya sampai habis seperti korban-korban
sebelumnya, dia mengaku karena sudah terdengar azan subuh sehingga sisa-sisa
tubuh korban segera dikemasi. Seandainya subuh belum menjelang, mungkin
tubuh korban ketiga itu pun akan dihabiskan juga. "Habis, waktu menggali
cukup lama, sehingga kesempatan makan tinggal sedikit waktu saja," kata anak
dari pasangan Nuryadikarta dan Samen itu.

Karena waktunya habis, dia segera menguburkannya karena takut ketahuan
tetangganya. "Tetapi jangan khawatir, meski Ny Rinah sudah saya makan, dia
sudah saya hidupkan kembali di dalam diri saya. Bahkan, saat ini dia sedang
berjoget di dalam tubuh saya," katanya tetap tanpa ekspresi.

Terasa Langu

Meski mengaku sudah memakan tiga korban manusia, toh Sumanto mengakui bahwa
sebenarnya daging manusia itu tidak begitu enak. "Daging manusia itu rasanya
langu. Meskipun demikian membuat saya tenang," katanya kepada Suara Merdeka.
"Dan, lebih enak daging tikus, kucing, celeng, dan anjing. Daging manusia
itu lebih lembek, karena banyak minyaknya. Apalagi jika dimasak, seperti
airnya tak habis-habis. Anak tikus lebih enak. Saya olesi madu, kemudian ya
saya telan," kata dia yang mengaku suka makan daging binatang-binatang yang
disebutnya itu.

Lebih jauh Sumanto malah menuturkan perilakunya lain yang masih dekat-dekat
dengan ulahnya memakan mayat. Sudah menjadi kebiasaannya, sewaktu dirinya
ketagihan sering menggali kuburan untuk mencari tulang-belulang manusia.
Sudah beberapa kuburan dibongkarnya untuk mendapatkan sebanyak mungkin
tulang yang kemudian ditaruh di bawah tempat tidurnya.

Motifnya? "Saya ingin nembus nomor jitu. Biasanya kan orang cari nomer
buntutan di kuburan. Saya ambil jalan pintas saja, tulang-belulang manusia
itu saya kumpulkan, saya tiduri setiap hari, siapa tahu ada wisik dari arwah
mereka," kata Sumanto tanpa menjelaskan apakah sudah pernah nembus nomer
atau belum.

Setelah diamankan polisi, kini Sumanto meninggalkan gubuknya yang kecil dan
ringkih itu. Meski sudah diamankan, masih banyak pertanyaan tentang Sumanto,
apakah dia waras atau gila. Juga termasuk, benarkah dia sudah memakan tiga
korban, atau jangan-jangan lebih? (Arief Nugroho-16t