[Nusantara] Bagian dari wawancara Arief Budiman

Gigih Nusantara gigihnusantaraid@yahoo.com
Mon Aug 26 11:22:08 2002


"A. Soeharto" <soeharto@t-online.de>
Bagian dari wawancara Arief Budiman 
 25 Aug 2002 22:38:56 +0200 
         
Rekan2 yth,
sebetulnya saya tidak bermaksud untuk menggubris
wawancaranya. Maksudnya, biarkan saja dia menikmati
sendiri "Nasionalisme dan NKRI ala Arief Budiman",
yang ditulisnya dimajalah Tempo yang lalu

Tetapi lama2 saya merasa berdosa apabila tinggal diam
dan membiarkan tulisannya yang saya kutip dibawah ini
meracuni perjuangan reformasi yang dari hari kehari
makin berat dan makin banyak yang menggerogotinya.

Pengantar.
Proses reformasi ditanah air sekarang ini, memang
lambat sekali, dan apakah kita setuju atau tidak
setuju, kita harus menghormatinya, karena ini adalah
hasil daripada pilihan rakyat Indonesia di Pemilu
1999, yaitu reformasi dan bukan revolusi.
Reformasi berarti, 
-- bahwa kekuatan politik Orba masih diperbolehkan
untuk turut main didalam permainan 
   politik hari ini, hari esok dan esoklusa.
-- bahwa politisi2 Orba masih diperbolehkan untuk
memilih dan dipilih didalam Pemilu.
-- bahwa "hanya jajaran Menteri2 dan jajaran penjabat
Direktorat Jendral, Inspektorat Jendral 
   dan Sekretariat Jendral" yang bisa diganti, tetapi
lapisan penjabat eselon satu, dua, tiga dan
   empat dan seterusnya, yang menjalankan roda
pemerintahan se-hari2, tetap saja dipegang
   oleh penjabat2 lama yang diangkat oleh Menteri2
atau Dirjen2 zaman Orba. Di golongan ini
   termasuk juga para Jaksa2 dan Hakim2 yang
menjalankan kekuasaan hukum di Indonesia !
-- bahwa hampir 100% semua kebijaksanaan proyek2
pemerintah, baik yang dibaiayai oleh
   anggaran dalam maupun luar negeri, masih tetap saja
dipegang oleh penjabat2 rutin di
   Departemen2 yang diangkat dizaman Orba ! Mereka
yang memegang anggaran proyek2
   tersebut !

Mereka2 ini adalah anggota2 MPR, DPR, DPRD dan
pegawai2 negeri yang tidak bisa dipecat begitu saja,
karena ada hukum perlindungan yang melindunginya.

Itulah sebabnya, mengetahui adanya ganjelan2 hukum2
seperti ini, maka diawal kekuasaannya, Orba segera
mengeluarkan ber-macam2 PP dan TAP MPR, yang
menganulir adanya hukum2 atau peraturan2 perlindungan
seperti tersebut diatas , dengan misalnya mengeluarkan
Peraturan "Screening Bersih Lingkungan", yang telah
memungkinkan, misalnya untuk 
-- melarang sebagian warganegara Indonesia untuk
memilih dan dipilih,
-- memecat penjabat2 (pegawai2 negeri) Departemen yang
"berbau Orla" dan digantinya
   dengan penjabat2 baru "kader2nya Orba", sehingga
roda pemerintahan se-hari2, baik
   dibidang proyek2 pemerintah maupun jaluran hukum,
bisa sepenuhnya mereka kuasai.
-- membentuk aparat2 keamanan baru yang bersih dari
"Orla", misalnya "Bakin", "Koppasus",
   "Bais", "Hukum Dar der dor pembunuhan" dan lain
sebagainya.

Hanya dengan cara yang efektiv seperti inilah, maka
awal kekuasaan Orba dibawah Jendral Soeharto bisa
"laju dan lancar", sehingga mereka sanggup bertahan 32
tahun !

Lain halnya dengan situasi sekarang ini sebagai hasil
Pemilu 1999, dimana MPR, DPR, DPRD masih tetap
dikuasai oleh sisa2 kekuatan Orba, demikian juga
dengan roda Aparat Pemerintahan se-hari2, yang masih
sepenuhnya dipegang oleh penjabat2 kader2 Orba. 

Itulah keluh kesahnya Ibu Mega yang tiba2 saja
meluncur dari ucapannya, yaitu: "saya memang mengambil
alih sampah2", artinya mengambil alih aparat
pemerintahannya yang berkwalitas sampah.

Lalu sampah itu mau diapakan ? 
Dibakar ? Berarti revolusi ! Rakyat Indonesia tidak
mau, karena yang dipilih di Pemilu 1999 adalah jalan
Reformasi. 
Ataukah di Recycling ? Berarti diambil satu demi satu,
dibersihkan dan dipakai lagi ? 
Wah, akan makan waktu berapa lama ? Ataukah ada jalan
keluar lainnya ?

Disinilah letak permasalahannya yang utama yaitu
mencari jalan keluar dari konstatasi2 tersebut diatas.
Apabila kita perduli dengan permasalahan tersebut,
maka kita diharuskan untuk turut membantunya secara
aktiv dan waspada, dengan berani memberikan kritik2
yang membangun, berani membongkar kejahatan2 yang
tertutup dengan bukti2nya yang jelas dan nyata (bukan
desas desus !) dan juga berani memberikan usulan2
jalan keluar yang konkrit dan realistis.

Itulah tugas kita kaum reformis, untuk bekerja sekeras
mungkin, supaya kekuatan reformasi sejati dari semua
golongan, bisa mendapatkan kemenangan dan kepercayaan
mutlak dari rakyat Indonesia di Pemilu 2004. Yakinlah,
bahwa hanya melalui kemenangan mutlak di Pemilu 2004,
maka reformasi bisa dijalankan sejalan dengan amanat
suara wong cilik rakyat Indonesia yang merindukan
persaudaraan, kedamaian, kemakmuran, keadilan,
kebebasan, keamanan, kesehatan, pendidikan dan seribu
satu macam impian lainnya.

Komentar terhadap satu bagian dari tulisannya sdr.
Arief Budiman
Dalam rangka ini pulalah saya akan menyoroti bagian
dari tulisannya sdr. Arief Budiman dibawah ini,
sebagai jawaban atas pertanyaan Majalah Tempo sbb.:

>Megawati, melalui Hari Sabarno, juga menjadi motor
yang anti-otonomi 
>daerah. Menurut Anda, mengapa?

>Megawati, dalam hal otonomi daerah dan negara
federasi, itu
>menunjukkan memang kapasitas intelektual dia terbatas
sekali.
>Sehingga dia hanya mewariskan bahwa negara Indonesia
itu Bung Karno
>dan negara kesatuan. Lalu dia tidak bisa terjemahkan
secara
>sophisticated sehingga dia menganggap otonomi daerah
akan memperkecil
>volume atau kualitas negara kesatuan. Kalau menurut
saya itu saja
>dasarnya. Saya kira Megawati tidak punya dasar yang
lebih canggih
>daripada itu. Bagi dia hanya ada negara kesatuan,
tidak boleh ada
>otonomi daerah, apalagi negara federal. Kalau dengar
negara federal
>dianggap sudah berkhianat. 

Wah, hebat sekali jawabannya, komplit, ada kritiknya,
ada tuduhannya, ada sok tahunya dan ada juga
penghinaannya dengan merendahkan status intelektual
orang lain. 
Bergunakah analisa semacam ini bagi penggalangan
kekuatan reformasi untuk memenangkan Pemilu 2004 ? 
Saya pastikan tidak, karena itikadnya meracuni
kekuatan reformasi.

Karena itu pertanyaan lainnya. Apakah orang2 semacam
ini, yang begitu berani memakai metode "remote
diagnostic" terhadap orang lain, untuk kemudian secara
yakin menetapkan kapasitas intelektual orang tersebut
, "bisa dipercaya status ke-intelektualan dirinya
sendiri" ?

Saya pastikan tidak. Karena mereka2 inilah yang
dinamakan "golongan sok intelek", akademisi2 yang
frustrasi yang tidak bisa menerima kenyataan, bahwa
bahwa diseberang sana, ada seorang "ibu rumah tangga
yang tidak selesai belajar di Universitas, tetapi
ternyata telah berhasil menjadi Presiden dan Ketua
Umum dari satu Partai yang menang Pemilihan Umum" ? 

"Apakah PhD" bisa dipakai sebagai jaminan ? Saya
pastikan tidak, itu bukan garansi apa2, karena banyak,
sudah tentu tidak semuanya, Universitas2 diluar negeri
yang memberikan kesempatan kepada kandidat untuk
memilih sendiri tema penulisan kertas kerja doktornya,
terutama dengan tematik dari negara asalnya sendiri.
Cara2 seperti ini banyak diberikan kepada orang2 yang
memang sudah "terkenal atau dikenal", atau orang2 yang
diharapkan "bakal menjadi penjabat" dinegaranya,
sehingga dengan "PhD" dikantongnya, kesempatan untuk
membuat karier sebagai penjabat tinggi menjadi terbuka
luas, yang tentu akan menguntungkan Universitasnya dan
negara dimana dia belajar.

Apakah pekerjaan sebagai "Dosen" bisa dipakai sebagai
jaminan ? Saya pastikan tidak, karena banyak pendapat
di negara2 industri maju yang mengibaratkan
Universitas sebagai tempat penampungan bagi para
akademisi2 yang gagal mendapatkan pekerjaan di luar
atau di Institut Ilmiah lainnya dengan levelnya yang
lebih tinggi. Sudah tentu ada juga Dosen2 yang serius
dan mempunyai jenjang karier untuk menjadi Profesor.
Tetapi ada perbedaannya, mereka2 ini serius dan tidak
ngawur sembarangan.

Kemudian Majalah Tempo menulis pula karakternya
sebagai berikut, saya kutip:

> Arief Budiman seperti tak pernah berhenti bersikap
kritis terhadap pemerintah. 
> Sosiolog yang kini mengajar di Universitas
Melbourne, Australia, ini sudah sejak masa Soekarno
> menjadi pengkritis kebijakan. Semasa Soeharto,
kabarnya ia mendapat perhatian khusus
> dari para intelijen karena khawatir pada sepak
terjangnya mengkritisi pemerintahan Orde Baru. 
> Demikian pula pada waktu pemerintahan diwariskan
pada B.J. Habibie, yang disebutnya
> sebagai perpanjangan Orde Baru. 

Apakah itu benar ? Ataukah hanya bagian dari
perjalanan hidupnya dalam usahanya mencari
"identifikasi dan personifikasi" dirinya sendiri yang
sampai umur setua sekarangpun masih belum juga
diketemukannya. Ataukah disebabkan oleh pilihan dan
maunya yang terlalu banyak ? Aktivis, patriotis,
nasionalis, federalis, globalis, kosmopolitanis,
humanis dan lain sebagainya. 

Untuk dapat mengenalnya, lihat saja perjalanan
keaktivannya, mati2an berjuang menjatuhkan kekuasaan
Soekarno, gigih memperjuangkan naiknya Jendral
Soeharto yang memakan korban jutaan manusai. 
Kemudian, entah sadar atau insyaf atas kekeliruannya,
tiba2 turun lagi ke jalan untuk mencuci maki Orba.
Katanya di-kejar2 intelejennya Orba, tetapi lucunya
yang lain ditangkap, tetapi dia tidak, malah
dipersilahkan untuk pelesiran keluar negeri.
Bukan itu saja, sampai sekarangpun kalau ada
kerusuhan2 ditanah air, maka besok lusa sudah muncul
di jalan2 di Jakarta, siap untuk dipotret atau
diwawancarai oleh "wartawan2 yang kebetulan ada
disitu". Dan beberapa hari atau beberapa minggu
kemudian sudah terbang kembali ke kandangnya di luar
negeri, yang kemudian diteruskannya dengan terbang
dari ujung dunia selatan ke ujung dunia Barat ke
"World Police Station USA" dan seterusnya dan
seterusnya. Tidak ada capek2nya. Banyak yang kagum dan
bangga dan menamakannya "Pakar Internasional" pembawa
amanat wong cilik rakyat Indonesia. 

Benarkah itu ? Dan untuk kepentingan siapa ?
Dan biayanya dari mana ? 
Kurang tahu ! 
Hanya memang luar negeri menyediakan dana besar
sekali, jutaan dollar, untuk orang2 yang diberi multi
tugas seperti ini. 

Wassalam,

Toton Soeharto


=====
Milis bermoderasi, berthema 'Mencoba Bicara Konstruktif Soal Indonesia', rangkuman posting terpilih untuk ikut berpartisipasi membangun Indonesia Baru, Damai, dan Sejahtera. http://nusantara2000.freewebsitehosting.com/index.html
Juga mampirlah untuk ketawa ala Suroboyoan di
http://matpithi.freewebsitehosting.com

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Yahoo! Finance - Get real-time stock quotes
http://finance.yahoo.com