[Nusantara] Salah Tafsir Ajaran Agama, Bisa Memicu Konflik

Gigih Nusantara gigihnusantaraid@yahoo.com
Tue Aug 27 12:36:02 2002


"He-Man" <fokus@bdg.centrin.net.id> 
26 Aug 2002 17:48:24 +0700 
Salah Tafsir Ajaran Agama, Bisa Memicu Konflik 
         
SUARA PEMBARUAN DAILY

Salah Tafsir Ajaran Agama, Bisa Memicu Konflik 

JAKARTA - Sebenarnya tidak ada yang mau mengubah
agama, tetapi yang 
sering terjadi adalah menafsirkan ayat-ayat kitab
suci. Itulah yang 
kadang disalahartikan, bahkan tidak jarang
masing-masing kelompok 
merasa bahwa penafsirannya adalah yang paling benar
sehingga terjadi 
semacam pemaksaan agar pihak lain mengikutinya. Jika
masing-masing 
pihak tidak bisa mengendalikan diri, buntutnya adalah
konflik 
berkepanjangan.

Hal itu dikatakan Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid
kepada Pembaruan di 
sela-sela seminar nasional "Suara Perdamaian Perempuan
di Wilayah 
Konflik" yang diselenggarakan Yayasan Jurnal Perempuan
di Jakarta, 
Sabtu (24/8).

Dikatakan, hingga kini, masih ada suatu hal konstan
yang dimiliki 
masyarakat Indonesia, yaitu kekenyalan adat dan
tradisi. 

Sehingga, meskipun secara performance terjadi
perubahan terus-
menerus, secara substansial adat masyarakat lokal
Indonesia masih 
tetap ada. 

"Artinya, secara performance, struktur dan bentuk luar
masyarakat 
Indonesia hidup dalam kultur modern, namun secara
substansial, roh, 
cara pandang, pola pikir, dan etos kerja yang berlaku
adalah adat dan 
tradisi lokal," katanya.

Menurut dia, di arena politik yang tanpa aturan, penuh
intrik, 
rekayasa, emosional, dan paternalistik, juga tercermin
pola permainan 
yang bersumber pada adat lokal dengan perangkat sosial
tradisional. 
Kesenjangan sosial menjadi sangat ketara dalam isu
politik, yang 
tanpa disadari membawa masyarakat Indonesia menjadi
rentan konflik 
karena tidak mendudukkan perangkat sosial secara
proporsional.

"Ada kontaminasi residu adat dan kultur luar yang
destruktif. 
Misalnya mengenai masalah agama. Di tempat asalnya,
baik Islam maupun 
agama-agama lain disertai mekanisme sosial untuk
menciptakan 
peradaban manusia. Agama-agama itu pada dasarnya
adalah cermin 
ketinggian peradaban suatu masyarakat," ujarnya.

Dia menjelaskan, sayangnya, ketika masuk ke Indonesia,
semua agama 
itu mengalami distorsi sedemikian rupa, seperti
distorsi politik dari 
tempat asalnya maupun kultural ketika bersentuhan
dengan adat lokal. 

Akibatnya, agama yang pada awalnya adalah sesuatu yang
mulia, menjadi 
destruktif, pemecah belah, dan sumber konflik.
Akhirnya, agama pun 
kehilangan cahaya dan tidak lagi menjadi petunjuk bagi
manusia, 
tetapi sekadar menjadi bundelan ritual, upacara, dan
dogma-dogma.


Kekerasan Fisik

Sementara itu, Zohra Andi Baso dari Yayasan Lembaga
Konsumen Sulawesi 
Selatan mengatakan jika terjadi konflik di suatu
daerah, perempuan 
akan menjadi pihak yang paling merasakan dampaknya. 

Apalagi jika dikaji lebih jauh, perempuan juga
dijadikan alat untuk 
menjatuhkan semangat perlawanan dari lawan. 

Sebagai contoh, perempuan sering dimanfaatkan untuk
meneror lawan, 
yakni dengan tindakan kekerasan terhadap perempuan,
seperti pelecehan 
seksual, perkosaan, dan penyiksaan secara fisik
lainnya.

"Perempuan di daerah konflik seperti di Ambon, Poso,
atau Aceh, 
hingga konflik mereda mereka akan tetap rentan
kekerasan. Dalam ranah 
publik, setelah konflik di Ambon, misalnya, banyak
perempuan yang 
bekerja sebagai pedagang asongan, baik di kapal maupun
pasar-pasar 
umum. Tetapi, di situ pun mereka masih rentan
pelecehan seksual 
karena kehadiran mereka justru sering 'dimanfaatkan'
aparat," katanya.

Zohra menjelaskan, di Ambon kini ditemukan lebih dari
30 perempuan 
yang hamil tanpa bisa menuntut siapa yang harus
bertanggung jawab. 
Hal sama, atau bahkan lebih mengerikan, mungkin saja
terjadi di Poso, 
Aceh, Papua, dan di daerah konflik lainnya.

"Semua itu menunjukkan bahwa kasus-kasus kekerasan
terhadap perempuan 
masih dianggap sebagai pelanggaran biasa. Diskriminasi
hak asasi 
perempuan dianggap sebagai hal wajar yang bisa terjadi
pada siapa 
saja sehingga cenderung diabaikan pemerintah. Karena
itulah, para 
feminis di seluruh dunia kian gencar memperjuangkan
hak-hak 
perempuan, terutama untuk merasakan kebebasan dan rasa
aman," 
katanya. (HD/L-2)


=====
Milis bermoderasi, berthema 'Mencoba Bicara Konstruktif Soal Indonesia', rangkuman posting terpilih untuk ikut berpartisipasi membangun Indonesia Baru, Damai, dan Sejahtera. http://nusantara2000.freewebsitehosting.com/index.html
Juga mampirlah untuk ketawa ala Suroboyoan di
http://matpithi.freewebsitehosting.com

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Yahoo! Finance - Get real-time stock quotes
http://finance.yahoo.com