[Nusantara] Batutulisgate - Tempo, Agustus 2002

Gigih Nusantara gigihnusantaraid@yahoo.com
Mon Aug 26 11:39:04 2002


"Ubes Hartoni Ing. 01" <hubes@vozp.cz> 
Batutulisgate - Tempo, Agustus 2002 
26 Aug 2002 09:34:11 +0200 
         
Terantuk Harta Gaib Prabu Siliwangi 
Gara-gara bertindak sembrono, karir Menteri Said
terancam lumat.
Presiden Mega marah besar. Siapa sebenarnya yang
membisiki penggalian
harta mistik itu? 

Said Agil Husin Al Munawar tak biasanya berjalan
tergopoh-gopoh. Ia
memang harus bergegas karena diperintahkan menghadap
Presiden Megawati
di Istana Negara, Senin pekan lalu. Menteri Agama itu
rupanya tak
diundang sendirian. Ikut duduk di sampingnya Menteri
Kebudayaan dan
Pariwisata I Gde Ardika. Bicara soal penting, agaknya.
Seminar 
kerukunan
antarumat beragama? Menggagas festival kidung umat
Hindu yang 
dirutinkan
seperti Musabaqah Tilawatil Quran? 
Ternyata bukan. Pembicaraan dengan Presiden menyangkut
perkara yang 
lagi
marak dan menyita perhatian publik. Dua menteri itu
kebetulan punya
kompetensi berimpit: penggalian "harta karun" di dekat
situs Batutulis,
Bogor, yang menjadi cagar budaya. Idenya berasal dari
Menteri Said, 
yang
sudah ia laksanakan secara diam-diam. Kebetulan letak
situs itu di
kawasan yang berseberangan dengan Istana Batutulis.
Ini pesanggrahan
bersejarah milik keluarga Soekarno, yang biasa dipakai
Mega 
beristirahat
seraya bernostalgia dan menikmati panorama Gunung
Salak di kejauhan. 
Penggalian tersebut memang mengundang polemik. Menteri
kelahiran
Palembang 48 tahun lalu itu bukan saja dihujat
lantaran memimpikan 
benda
pusaka yang tak masuk di akal sehat. Beberapa hari
sebelumnya, kepada
pers ia mengaku berniat menggali pusaka yang dia
yakini tak ternilai
harganya. Bentuknya? Tak jelas betul, tapi ada banyak
versi. Ada yang
menyebut berupa lantakan emas, yang lain bilang berupa
seabrek 
perhiasan
tinggalan Prabu Siliwangi. Tapi sampai kini Said
enggan menyebut
wujudnya seperti apa-karena sifatnya yang "gaib", jadi
maaf saja, harus
serba dirahasiakan. 
Bukan soal ini yang jadi perkara. Apalagi niatnya
luhur: harta temuan
yang bernilai triliunan itu akan digunakan untuk
menuntaskan utang
Republik. Bisa menambal ekonomi negeri yang lagi
morat-marit. Kalau
ternyata isapan jempol, vonisnya tak begitu berat:
paling-paling dia
dianggap Menteri Agama yang hafidz, penghafal Quran,
doktor ahli hadis,
kok ya, percaya klenik. Angin surga, pepesan kosong,
kok ya, diomong.
"Dia menteri yang seharusnya menjaga tauhid, anehnya
malah mengagungkan
mistik dan paranormal," begitu kritik seorang menteri,
tak habis pikir.
Ia berpesan agar namanya disamarkan untuk urusan
sensitif menyangkut
koleganya ini. 
Kesalahan lain menyangkut Istana. Ini jelas lebih
fatal. Said dituding
membawa-bawa nama Presiden untuk urusan yang kini jadi
bahan tertawaan
orang ini. Ia pernah mengaku sudah diizinkan Bu Mega
untuk melaksanakan
"megaproyek spiritual" ini. Padahal bos besar tak
pernah memberi restu.
Tegas-tegas menyatakan "oke laksanakan" juga tidak,
apalagi sampai
meneken keputusan presiden segala. Karena namanya
dicatut, Presiden 
Mega
marah besar dalam pertemuan yang berlangsung selama
sejam itu. 
"Sepulang
dari ruangan Presiden, Pak Said wajahnya muram, jauh
dari biasanya yang
murah senyum," kata menteri koleganya. 
Said bukannya sama sekali tanpa bekal. Kisahnya
bermula seusai sidang
kabinet tiga pekan lalu. Sang Menteri Agama, yang
profesor fikih dari
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Ciputat
ini, mendekati
Presiden Megawati yang tengah berjalan keluar dari
ruangan rapat di
Sekretariat Negara. Sambil berjalan, ia berbisik ke
telinga Presiden.
"Mbak, ada amanat dari Ustad ...." Ia menyebut satu
nama tapi tak jelas
terdengar. Ia juga menyinggung ihwal harta karun di
bawah Prasasti
Batutulis, Bogor. "Amanatnya apa juga belum
tersampaikan dengan jelas,"
kata Pramono Anung, Wakil Sekjen PDI Perjuangan. 
Mega, konon, sama sekali tidak menanggapi. Tapi
rupanya, sesuai dengan
keyakinan agamanya, ndilalah, Said Agil menganggap
diamnya seorang
wanita adalah isyarat setuju. "Begitu juga diamnya
Mega di mata Said
Agil saat itu," kata sumber TEMPO di kabinet. 
Karena itulah, ia berketetapan hati untuk membawa
paranormal dan tukang
gali tanah ke Batutulis di Bogor. Ini jelas langkah
blunder, apalagi
sikap bos besar ternyata sebaliknya. "Mbak Mega bilang
secara sekilas
bahwa itu tidak betul. Beliau tak pernah memerintahkan
secara langsung
maupun tak langsung," kata Pramono, yang khusus diberi
tugas
mengklarifikasi sikap ketua umum partainya itu. 
Tolakan si bos rupanya belum sampai ke telinga Said.
Apalagi penggalian
telanjur dijadwalkan-yang ditentukan secara mistis.
Sabtu tiga pekan
lalu, pagi hari, tiba-tiba Menteri Said datang ke
Kantor Kelurahan
Batutulis. Aparat kelabakan, apalagi Pak Lurah Taspin
terlambat masuk
kantor. Pejabat setempat juga dikontak. Mereka
mendampingi sang Menteri
ke lokasi yang dimaksud, persis di depan Istana
Batutulis Hing Puri 
Bima
Sakti. "Katanya hendak melakukan renovasi situs," ujar
seorang pamong
desa. 
Said datang dengan kendaraan dinas sedan Volvo
bernomor B 31. Di
belakangnya turut sebuah mobil Kijang Grand dengan
pelat E (Cirebon)
berpenumpang empat orang. " Mereka inilah yang
kelihatan agresif dan
aktif, lebih dari Pak Menteri," kata sumber TEMPO.
Empat orang
ini-kabarnya paranormal-mengaku asal Indramayu tapi
tinggal di Jakarta.
Salah seorang yang ditokohkan bernama Syaipudin,
dipanggil Kang Udin.
Usia keempat orang ini sebaya, sekitar 40 tahun. 
Mereka bertemu dengan juru kunci situs, Maemunah.
"Situs Batutulis akan
direhab," kata Lurah Taspin kepada Maemunah. Saat itu
perempuan berumur
62 tahun ini menyarankan agar minta izin lebih dulu ke
Dinas
Purbakala-sebagai pemilik situs. " Tidak usah," kata
Taspin. Penggalian
baru dilakukan pada Rabu pekan berikutnya. Said datang
terlambat sejam
dari rencana penggalian pada waktu duha saat itu.
Delapan tukang gali
upahan sudah disiapkan. "Dia banyak diamnya," kata
seorang pamong
tentang Pak Menteri. 
Pagar luar ditutup dengan tripleks. Maksudnya agar tak
mencolok mata.
Kang Udin sibuk memberi perintah untuk menggali
sepanjang sisi yang
sejajar dengan dua menhir tempat tambatan kuda sedalam
satu meter 
lebih.
Setelah tergali sedalam dua meter dan tak ditemukan
apa-apa, penggalian
kemudian dilanjutkan dengan membuat terowongan
melintang di bawah
menhir. Hasilnya tetap nihil. Penggalian dihentikan
setelah magrib.
Said, yang ketika mengawasi sering minum air aqua
gelas, keburu pulang.
Namun para pekerja masih terus membereskan lokasi
sampai dini hari. 
Rencananya penggalian akan diteruskan Sabtu pekan itu,
tapi batal 
karena
keburu diramaikan media. Kenapa hartanya tak ketemu?
Kenapa "ekspedisi
situs gaib" ini gagal? Sayang seribu sayang, seperti
pernah disampaikan
Said, jangan kaget dengan dalih ini: ada empat di
antara para penggali
itu yang hatinya tidak ikhlas. Mereka bicara tentang
pembagian rezeki
kalau pusaka ditemukan, sehingga harta karun berupa
emas itu menghilang
begitu digali. Padahal, "Dalam lubang terowongan
banyak kembang aneka
rupa," kata Eka Prajanti, warga setempat yang sempat
mengintip galian. 
Kompleks Prasasti Batutulis itu seluas 17x15 meter.
Terletak di Desa
Batutulis, Kecamatan Bogor Selatan, lebih kurang 2
kilometer dari pusat
Kota Bogor. Kalau lancar, bisa ditempuh satu jam
perjalanan dari
Jakarta. Batu prasasti dan benda-benda lain
peninggalan Kerajaan
Pajajaran terdapat dalam kompleks ini. Pada batu ini
berukir kalimat
dengan huruf Sunda Kawi, yang konon diukir oleh Prabu
Surawisesa pada
tahun 1533 Masehi. Maksudnya untuk memperingati jasa
ayahandanya, Sri
Baduga Maharaja (memerintah 1482-1521) atau yang lebih
dikenal dengan
nama Prabu Siliwangi yang sakti. 
Sejatinya, kejadian seperti ini bukanlah yang pertama.
Pada zaman
Soeharto sampai Abdurrahman Wahid tempo hari, pernah
beredar cerita 
soal
timbunan duit di luar negeri yang sering disebut
sebagai Dana Revolusi.
Kiprah Said Agil kali ini memang di luar kebiasaan.
Pasalnya, ayah enam
anak ini sebelumnya dikenal jauh dari hal mistik
apalagi klenik. 
Namanya
sebagai intelektual cukup semerbak. Mantan qari
nasional yang suaranya
bagus ini getol mempromosikan Islam yang inklusif,
rasional, dan
toleran. La kok, tiba-tiba nyleneh? Ada apa dengan
Said? 
Ternyata penggalian ini merupakan obsesinya yang
dipendam selama 13
tahun. Saat itu dia bertemu dengan sese-orang yang
mengabarkan bahwa
sebongkah harta berharga tersimpan di Prasasti
Batutulis. Kabar itu
disampaikan kepada Said Agil karena dia dianggap orang
yang jujur dan
bisa mengemban amanat. Tentu Said tak mau percaya
begitu saja. Ia
melakukan kontak dengan kiai-kiai ahli mukasyafah
(yang mampu 
menyingkap
tabir atau misteri) di Banten. Sumber lain menyebut
kontaknya dengan
Pesantren Buntet, Cirebon. "Tak betul itu, Buntet tak
ada kaitan dengan
mistik beginian," kata Ustad Wawan, juru bicara
Buntet. Toh, hasil
teropong para kiai, kata Said, harta itu memang ada. 
Nah, kebeneran dong. Pelan tapi pasti, ia getol melobi
Megawati. "Ibu
Mega menyuruh saya untuk menindaklanjuti," katanya
kala itu. Merasa
sudah mendapatkan lampu hijau, Said Agil pun langsung
bergerak. Namun,
menurut sumber di Istana, hal itulah yang membuat Mega
sewot. Presiden
langsung pasang aksi menjauh. Selasa pekan lalu,
seusai melakukan rapat
di Lenteng Agung, melalui Wakil Sekjen PDIP, Pramono
Anung, dia
membantah pengakuan Said Agil. Menurut Anung, mengutip
Mega, kalaupun
dirinya mengetahui ada harta karun di sana, pasti akan
memburu sendiri
dan tidak akan menyuruh orang lain. Mega memang sempat
melihat
penggalian itu, Ahad lalu. "Beliau cuma ingin
membuktikan," kata
Pramono. 
Sejak itulah, mulut Said Agil langsung mengatup. Tak
ada lagi koar-koar
tentang beking dari sang bos. Ia lebih memilih diam
seribu bahasa. Ia
memohon beribu ampun atas tindakannya itu. Seorang
tokoh di Nahdlatul
Ulama (NU) yang mengenal Said secara dekat mengaku
sulit mempercayai
jika sang Menteri berani bertindak gegabah dalam
penggalian situs tanpa
ada lampu hijau dari bosnya. "Said Agil itu orangnya
lugu, dia tidak
akan berani bertindak sejauh itu bila tak ada izin
atasannya," kata
seorang pengurus NU ini. Pula, "Said masih hijau dalam
ilmu gaib
beginian." 
Said Agil memang apes. Perburuan yang dilakukannya
sama sekali tak
beroleh hasil. Malah, yang terjadi ia diguyur amarah.
Salah satunya 
dari
karuhun atau leluhur orang Sunda. Boleh percaya atau
tidak. Menurut
Maemunah, kuncen tempat keramat ini, beberapa hari
setelah penggalian
itu tiba-tiba angin bertiup kencang di Kota Hujan itu.
"Itu sama dengan
ketika Istana Bogor dipakai pesta," katanya. Menurut
perempuan yang
menjadi kuncen sejak tahun 1990 ini, bila Kota Bogor
diusik, biasanya
muncul kejadian yang sulit dipahami logika. 
Bukan hanya angin yang pasang aksi. Sejumlah forum
yang mengatasnamakan
masyarakat Sunda mengutuk perbuatan sang Menteri.
Mereka juga menuntut
agar Said dipecat. Orang-orang yang terlibat diusut
dan dihukum.
Berbagai elemen masyarakat Sunda mengadakan rapat
akbar di Kebun Raya
Bogor, Sabtu pekan lalu. Menurut Endang
Kosasih-budayawan Sunda yang
juga Ketua DPRD Kabupaten Bogor-tindakan Said Agil
tidak bisa 
ditolerir.
"Apa pun motivasinya, tindakan ini salah secara hukum
karena melanggar
UU No. 5/92 tentang Cagar Budaya. Secara budaya juga
salah, karena
menyakiti masyarakat Sunda. "Masyarakat Sunda dan
Bogor akan mengajukan
class action," katanya. 
Bagi masyarakat Sunda, Prasasti Batutulis merupakan
salah satu tempat
yang sangat dihormati. Di sinilah, salah satunya,
mereka bisa
berinteraksi dengan bubuyut (leluhur) mereka. Selain
itu, pihak
kepolisian menyatakan proses hukum buat sang Menteri
belumlah menjadi
salah satu agendanya. Menurut Kepala Kepolisian Resor
Kota Bogor, Ajun
Komisaris Besar Polisi Setyo Wasisto, pihaknya masih
memeriksa para
saksi. "Kita belum menentukan siapa tersangkanya,"
katanya. Polisi 
butuh
saksi ahli arkeolog untuk menentukan benar tidaknya
telah terjadi
perusakan situs. 
Kini pintu ke situs sudah digrendel dan dipasangi
garis kuning polisi.
Ketika TEMPO melongok ke dalam lokasi, bekas galian
memang sudah
tertutup. Namun sekumpulan papan dan kayu usuk serta
tripleks tampak
berserakan. Juga keranjang tempat kembang, lampu
teplok, dan sapu lidi.
Bekas gelas aqua plastik bertebaran. Menurut tokoh di
sana, memang ada
cerita turun-temurun tentang harta karun di lokasi
Batutulis. "Tapi 
yang
bisa melihat hanya orang yang benar-benar bersih,"
tuturnya. Harta gaib
itu berupa baju kebesaran, mahkota, tombak, dan keris.
Anda penasaran? 
WM, Irfan Budiman, Arif A. Kuswardono, Tomi Lebang,
Tjandra 
Tentang Kompleks Batutulis 
Lokasi Prasasti Batutulis terletak 2 kilometer di
bagian selatan Kota
Bogor, persis di depan Istana Batutulis, Bogor, milik
keluarga Sukarno. 
Di kompleks Batutulis terdapat 15 jenis batu terasit,
yakni batu yang
terdapat di sepanjang aliran sungai Cisadane: 
Enam buah batu di dalam cungkup. Prasasti ini dibuat
untuk melakukan
upacara penobatan raja-raja Pajajaran di bawah
kekuasaan Prabu
Siliwangi. 
Keterangan: Prasasti Batutulis merupakan peninggalan
Kerajaan 
Pajajaran.
Isi prasasti ini tentang kehebatan Sri Baduga Maharaja
atau Prabu
Siliwangi. 
Sebuah batu di luar teras cungkup. 
Dua buah batu dan enam buah di serambi dan halamannya.
Dari berbagai sumber 

Opini 
Akibat Pergaulan Gaib 
Kisah penggalian harta karun di Prasasti Batutulis,
Bogor, sebenarnya
menarik untuk dipentaskan Ketoprak Humor. Materi
cerita cukup lucu. 
Lagi
pula banyak sudut pandang (angle) yang bisa
ditampilkan. Tentang
keputusasaan karena tak mampu membayar utang. Tentang
mimpi-mimpi
bagaimana memperoleh harta dengan cara gampang.
Tentang klenik mengenai
lempengan emas, bahkan disebut-sebut kereta kencana
emas. Lalu, tentang
petinggi negeri yang keilmuannya tidak diragukan
tetapi tiba-tiba saja
menjadi konyol. Pepatah lama bilang: "panas setahun
dihapuskan hujan
sehari". Dan tentu saja ending cerita, petinggi negeri
itu meminta maaf
dan seluruh pemimpin negeri ini meminta dengan hormat
kepada kawulanya
untuk tidak lagi membesar-besarkan kasus itu. Jika
perlu jangan
diomongkan lagi, karena persoalannya sudah selesai.
Uenaaak tenan,
begitulah kira-kira komentar Timbul, pimpinan Ketoprak
Humor, jika
sempat ditanya. 
Persoalan "klenik Batutulis" (sebagai pengganti kata
berbau politik:
Batutulisgate) justru baru dimulai di sini, ketika
kasus penggaliannya
sendiri dianggap selesai. Pertanyaan yang muncul dan
perlu dijernihkan
adalah siapa pemain utama dari lakon "Harta Karun
Batutulis" itu. 
Apakah
cuma seorang Menteri Agama Prof. Dr. Said Agil Husin
Al Munawar, M.A.?
Bagaimana dengan Presiden Megawati sendiri, apakah
juga aktris dari
lakon ini atau memang tak tahu apa-apa? Begitu pula
dengan Menteri
Negara Kebudayaan dan Pariwisata I Gde Ardika, apakah
bintang tamu,
figuran, atau sekadar penonton? 
Babak pertama "ketoprak" ini dimulai dengan niat
mahamulia Sang Menteri
Agama untuk membayar utang Indonesia yang besarnya
lebih dari seribu
triliun rupiah. Beliau diberi tahu seorang
paranormal-kemudian berubah
menjadi ustad-tentang adanya harta karun di bawah
Prasasti Batutulis.
Sebagai seorang profesor, Said Agil tentunya bisa
melakukan sedikit
riset, apakah masuk akal Kerajaan Pajajaran yang
miskin data sejarah 
ini
punya harta demikian banyak. Rupanya, Said Agil tak
membutuhkan kajian
rada ilmiah, karena beliau merasa dapat amanat sebagai
orang yang jujur
dan polos, yang akan menerima harta karun itu.
Modalnya cuma niat yang
tulus. Namun, ketika penggalian sudah dilakukan, dan
Sang Menteri
menunggunya dengan niat yang tulus itu, harta karun
tak ditemukan. Kata
Said Agil kemudian, ada yang tidak tulus sehingga
harta karun itu raib. 
Babak pertama yang sangat kocak. Kalau kita sebagai
penonton boleh
kritis, untuk apa menggali situs cagar budaya itu,
jika semuanya
bersumber pada niat tulus? Kan tinggal bersemadi saja
di situs, harta
karun akan datang dengan sendirinya. Bahkan kalau
semadinya kuat dengan
niat yang lebih tulus lagi, jangan-jangan harta karun
itu langsung
melesat ke rekening pemerintah di Bank Indonesia.
Kalau lebih-lebih
tulus lagi, langsung masuk ke rekening IMF dan
bank-bank kreditor 
tempat
kita berutang di luar negeri. Tiba-tiba utang kita
langsung distempel:
lunas. Lo, iya kan? Kalau ada harta karun bisa raib
karena niat tidak
tulus, mestinya ada harta karun yang muncul tiba-tiba
kalau semua orang
berniat tulus. 
Gong berbunyi, pertanda babak kedua. Masyarakat
Pajajaran protes karena
situsnya digali tanpa izin. Para cerdik pandai maunya
juga protes, tapi
telat karena masih terheran-heran, kok urusan klenik
masuk ke
pemerintah. Pada babak ini Said Agil masih percaya
cerita mengenai 
harta
karun itu, cuma ia mengaku tidak tahu bahwa menggali
situs harus ada
izin. Nah, tampillah Menteri Ardika dan berkata,
penggalian diteruskan
untuk menata situs itu, bukan mencari harta karun.
Bagi penggemar
ketoprak, banyolan seperti ini sudah rutin, menggali
tapi menata.
Sebenarnya Ardika ingin menyelamatkan koleganya,
tetapi di sisi lain
ingin juga meneruskan niat koleganya, jangan-jangan
betul harta karun
itu ada. Sayang, "penonton" lebih pintar dan minta
supaya cerita
dihentikan. 

Dan inilah babak penutup, Said Agil meminta maaf.
Presiden menegur Said
Agil dan, menurut Menko Kesra Jusuf Kalla, teguran itu
"sifatnya 
keras".
Cuma ukuran keras itu tidak dijelaskan, apakah semacam
kartu kuning 
atau
kartu merah pada pertandingan sepak bola. Maklum,
urusan irasional
begini tidak ada keppresnya. 
Apakah Megawati betul-betul tidak tahu penggalian ini?
Prasasti
Batutulis dan Istana Batutulis bersebelahan. Mega
sering berkunjung ke
sana. Begitu lancangkah Said Agil menggali di tempat
Megawati sering
datang? Banyak orang ragu. Apalagi Said Agil sudah
pernah menceritakan
harta karun itu kepada Megawati, meskipun tidak
ditanggapi. Ini sebuah
lakon lain lagi, tentang Megawati yang suka diam. Ada
yang
mengartikan-termasuk Menteri Agama kita-diam itu
pertanda setuju. Siapa
sangka ada arti sebaliknya. Kalau begitu, bagaimana
jika dalam urusan
yang berkaitan dengan bangsa dan negara-bayar utang
luar negeri itu kan
urusan bangsa-memakai bahasa yang jelas: kalau tidak
tersirat, ya,
tersurat. 
Seandainya Said Agil dicopot dari jabatannya sebagai
Menteri Agama,
orang mungkin lebih bisa percaya bahwa Megawati
benar-benar tidak tahu.
Namun soal ini bisa jadi serius, "klenik Batutulis"
bisa berubah 
menjadi
"Batutulisgate". Padahal diseriuskan atau dikonyolkan,
kasus seperti
ini-dengan lakon versi lain-akan tetap ada. Dulu ada
disebut Dana
Revolusi, Dana Bung Karno, Dana Nusantara, Dana
Majapahit, dan sejumlah
mimpi lain tentang harta yang tak jelas sumbernya.
Padahal, kalau saja
pemerintah serius menggali harta karun, ada cara tanpa
perlu bantuan
paranormal dan bukan klenik. Lelang harta konglomerat
yang makan uang
rakyat dalam kasus BLBI, usut kekayaan pejabat dan
mantan pejabat Orde
Baru-termasuk bosnya. Kalau pemerintah berani, rakyat
pasti berniat
tulus. 



=====
Milis bermoderasi, berthema 'Mencoba Bicara Konstruktif Soal Indonesia', rangkuman posting terpilih untuk ikut berpartisipasi membangun Indonesia Baru, Damai, dan Sejahtera. http://nusantara2000.freewebsitehosting.com/index.html
Juga mampirlah untuk ketawa ala Suroboyoan di
http://matpithi.freewebsitehosting.com

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Yahoo! Finance - Get real-time stock quotes
http://finance.yahoo.com