[Nusantara] PROPEST---PORBEST----korban mencari korban, Lalu---?
Ra Penak
edipur@hotmail.com
Fri Aug 30 09:07:11 2002
"Ki Denggleng Pagelaran" <fukuoka@indo.net.id>
29 Aug 2002 23:32:28 +0900
PROPEST---PORBEST----korban mencari korban, Lalu---? :Re: [indonesia_damai]
Kita jadikan yang Plus yuk! --->Re: Omelan Seorang Pemimpi - Augustusan (2)
Uraian ada di bawah sanaaaa!
----- Original Message -----
From: sidikpamungkas
To: indonesia_damai@yahoogroups.com
Sent: Thursday, August 29, 2002 7:14 PM
Subject: [indonesia_damai] Kita jadikan yang Plus yuk! --->Re: Omelan
Seorang Pemimpi - Augustusan (2)
Uraian tentang agribisnis sangat jelas kang, namun ini ada temen yang
mulai uring2an deg-deg an tentang another bisnis 'harta karun' yang
berjudul Pro Best, sepertinya dia ikutan invest disono dan mulai
meriang panas dingin mikirnya. Katanya kantor Pro Best yang baru (kl.
satu dua tahun ini) di jl. Gn Sahari Jakarta, yang suangat suangat
besar dan cukup mewah, promosinya juga suangat2 gencar dan gemerlap.
Tolong dong siapa yang tahu ... gimana isi perut Pro Best itu, agar
informasinya dapat bermanfaat buat kita semua. Qurnia atau bencana?
Tabib ... eh tabik juga
SP
--------------------->
KDP:
Weeee alaaaaah....
Aku ini termasuk orang yang serba sial dalam memiliki
account 'asing' Indonesia: fukuoka@indo.net.id ini.
Apa pasal?
Yaaaa karena pakai nama 'fukuoka' itu sering dianggap orang
Jepang beneran. Akibatnya hampir sehari 3 messages
undangan bergabung dengan group-group dolanan duit
(money-game) semacam PRO-best itu masuk mail box.
Ada yang minta cuman 25 USD, bahkan 5 USD untuk
disetor via Credit Card, mintanya khusus lagi...
VISA-CARD... lho?
Tapi yaaa berhubung sedikit tahu lah dengan model-model
begituan, beberapa tak baca habis. Menuruti anjuran
si pengirim. "Read Carefully", "Spend your little time to read"
dan lain-lain.. (hehehe.... takut dibaca buku-biru-buku-biru
oleh Cak Gih... hahaha.. tapi ndak pakai dasi dan kursi lho)
Beberapa malah mengundang dengan message berbahasa
Indonesia dengan jumlah investasi yang sungguh kecil...
Rp. 55.000,- tetapi dengan janji hasil Rp 125.000.000
per bulan... weleh.. padahal di message itu dijelaskan
bahwa 'investor' tinggal kirim modal, tengok-tengok suatu
website, menawarkan kepada yang lain, melalui e-mail
berantai.... setelah mencapai cantolan korban sejumlah
tertentu, maka memperoleh 'predikat' atau pangkat finansial
tertentu seperti layaknya jabatan perbankan, ada juga yang
menjadi presiden... hehehee.. enak lho jadi presiden bergaji
Rp 125.000.000/bulan... niscaya waktu kerja bisa jauh
melebihi presiden MW yang konon cuman 16 jam per minggu...
hitungan di Universitas 16 SKS... padahal untuk jadi sarjana
betulan perlu minimal 19 SKS dan paling optimal 25 SKS.
:) ben ae ndak nyambung....
Tak cuman lewat surat setrum, saudara-saudara, ketika baru
pulang dulu ada yang bertanya di kantorku, seorang staf
administrasi yang membuat aku salah dengar tak sangka
FORBES... heheee.. maklum yang bilang orang yang terbiasa
dengan logat Sunda:
"Pak Denggleng ndak ikutan Porbest...?"
Lhaaah... kalau majalah FORBES kan biasa pinjem Profesor tah
aku ini.... ya tak jawab 'ikut bacaa...' hehehe.. si Akang langsung
'menjerit'.. "Awas Pak.... itu nyolong.... bukannya nolong
itu main duit semacam arisannya Ongko dulu itu lho..."
Ada lagi yang nawarin dengan jualan barang juga. Tapi blas
berbeda dengan yang pernah ditawarkan oleh rekan Jepang-ku
dulu yang terus terang, begini: "Denggleng San, mau ikutan
beli barang diskon tetapi dapat bonus marketing? Kalau mau
ikut nih bisnis saya"... terus bla-bla-bla dia menjelaskan prinsip
network-purchasing-nya. (hehehee sekarang aku ikut beneran
dengan network purchasing itu... itung-itung mengkonsumsi
produk hemat dan mahal... hahahaa... lha witikna, wong
bisa dimanfaatkan untuk macem-macem keperluan. Termasuk
memberi wawasan tonggo-teparo sampai mahasiswa/wi tentang
bisnis-bisnis aneh bin ajaib itu, agar ndak keblasuk).
***
Kombali ke masalah PROBEST dan bisnis sejenis. Baik yang
ada barang dan jasanya maupun yang uang 'hungkul'. Sebenarnya
sih System yang digunakan adalah netral. Bahkan terbukti positif.
Buktinya di beberapa majalah marketing dan bisnis di US konon
disiarkan bahwa orang-orang kaya (atau berpenghasilan tahunan
tinggi) di US 20% adalah para network marketers dan network-
purcasher.... Majalah marketing di sini pun beberapa waktu lalu
melansir catatan serupa.
Buktinya lagi beberapa temanku yang aktif menjadi member
berbagai Multi Level Marketing dan Network Marketing semacam
CNI, Sofy & Martin (apa gitu...), dan beberapa yang lain,
ndak apal aku namanya.. juga dengan ceria dan bangga
melakukannya. Termasuk beberapa produk kesehatan
seperti yang pakai saluran Direct-TV, Herbalife, Javanony
dan lain-lain terus berkibar.
Rahasianya?
MLM atau NM yang berjalan dan sehat-sehat saja itu adalah
memiliki etika bisnis dan sistem yang secara matematis masuk
akal dan punya jaminan 'ketersediaan' barang dan jasa. Rahasia
lain adalah adanya progresif bonus yang masuk di akal. Kunci
pokok lainnya adalah fairly business system dalam penyebaran
'keuntungan' dan penghargaan prestasi kerja. Lho?
Iya.. MLM dan NM yang tetap eksis pasti mengandung kerja.
Karena kerja itulah yang dihargai sebagai gantinya biaya reklame,
pergudangan dan 'garansi' barang dan jasa yang ditawarkan.
(lha Media Indonesia, Gatra, Indonet, Lippo dan beberapa
yang lain, termasuk berbagai produsen Garment dan Fashion
saja ikutan masuk ke sistem itu untuk memasarkan produk
dan jasanya, kok). Member yang bekerja membangun jaringan
dan jaringannya menghasilkan 'transaksi' jual-beli ya pasti dapat
reward, tak iya? Sama lah dengan para pekerja giat dan
para profesional yang mengandalkan keahlian serta tenaganya
untuk mendapatkan gaji, upah dan honorarium....
Honor nulis dan ceramah (meskipun provokasi) termasuk
di dalamnya. Bila anda berhenti nulis dan ceramah... ya
mandek kan?
Nah masalahnya apa dengan PROBEST (atau ada lagi yang
dengan emas (Golden-apaaa gitu lho)? Sistem yang digunakan
mah sama dengan MLM atau NM. Bedanya adalah tidak adanya
atau sangat terbatasnya products & services yang ditawarkan.
Pendeknya, 'manfaat' langsung bagi member tidak ada atau
terbatas untuk sejumlah uang yang diinvestasikan.
Kalau MLM kan prinsipnya dari suatu korporasi atau kelompok
korporasi bergabung dalam satu sistem direct-selling corporation
(DSCS) memasarkan produk dan jasanya tanpa iklan dan
pergudangan ataupun penjajaan... kepada distributor-distributor.
Distributor-distributor itulah yang menjadi 'out-let' bagi DSCS.
Sebetulnya sih prinsipnya mirip dengan outlet KFC atau McDonald
atau PizaHut itu. Hanya berbeda barang dan skala investasinya.
Beberapa DSCS menciptakan model transaksi dalam bentuk NM,
lha ini sering disebut Network Purcashing (Jejaring belanja).
Itungan gampangnya.... pada sistem direct selling murni,
seorang memborong barang (misalnya 1000 unit), kemudian
menjualnya langsung. Jadi 1 orang jualan 1000 unit, dapat
diskon retailing. Nah pada model MLM, berkembang menjadi
lebih ringan kerjaannya, karena yang jadi pemborong 'semu'
adalah DSCS-nya kemudian merekrut distributor misalnya 10
outlet-bergerak (kayak pemasaran SUSU MURNI NASIONAL
atau SUSU KPBS itu lho....). Jadi dari seorang pembelanja
yang mendapat diskon pembelian mendelegasikan penjualannya
kepada 10 orang dengan diskon bonus penjualan sejumlah
tertentu, sehingga 10 orang masing-masing jualan 100 unit dapat
bonus tertentu dan menyetor 'royalti' kepada pembeli diatasnya.
Kalau pembeli ikut juga jualan, berarti dia dapat keuntungan
dobel, dari diskon belanja, bonus jualan pribadi dan bonus
jualan 'group'-nya.
Sekarang kita kembangkan lagi dengan seandainya ke-sepuluh
outlet lapis pertama itu merekrut sub-outlet masing-masing 10
lagi, jadi ada group 'piramid' beranggotakan 10 main-outlets,
masing-masing 10 sub-outlets, dus ada 100 orang pembeli/penjual.
Penyebaran bonusnya yaaa tetap si pembelanja awal yang
paling besar. Biasanya nilai bonus akan membesar dengan
meningkatnya jumlah penjualan pada masing-masing lapisan,
nah.... siapa yang paling untung? Hahaha sayang bukan si
penjual langsungnya, melainkan lapisan-lapisan yang di
atas, yang sumbernya adalah para produsen produk dan jasa.
Pada model NM ada lagi yang mengubah prinsip piramid
itu dengan nilai bonus maksimum dan setelah itu royalty.
Yang royalty itu dibayarkan dengan batas-batas pula.
Misalnya setelah sampai kedalaman lapisan outlet tertentu
hilang, diganti dengan sepersekian persen total transaksi
perusahaan induk. Misalnya bonus maksium 20% dicapai
untuk omset group/pribadi Rp 10.000.000. Maka seorang
distributor (A) hanya dapat menerima bonus maksimum 20%
ketika omset pemasarannya (ada pula yang belanja group)
mencapai Rp 10.000.000. Otomatis lapisan diatasnya
yang sebelumnya mendapat bonus 20% kan menjadi habis
untuk omset grup A yang mencapai 10.000.000. Nah sebagai
'penghargaan' untuk sponsor A yang anak buahnya mencapai
20%, dia diberi royalty sejumlah tertentu dari omset A, baik
dia tetap aktif berbelanja dan membangun jaringan-2 baru,
atau menyatakan pensiun (asal keanggotaannya tetap berlaku).
Itulah sistem MLM yang agak piramid.
NM yang lebih fair mengembangkan lagi bukan sebagai jaringan
penjualan, tetapi jaringan pembelian. Anggota jaringan diperbesar
misalnya setiap anggota hanya beli satu unit. Jadi perlu ada 1000
pembeli (termasuk si network builder-nya). Anggota yang 1000
itu tidak harus piramid. Bisa saja dari builder yang hanya punya
beberapa anggota, kemudian anggota-anggota itu dapat memiliki
anggota yang bervariasi jumlahnya baik vertikal maupun horisontal.
Kalau anggota paling bawah ingin mencapai peringkat atas, yaa
dia harus aktif membangun jadingan. Bisa membentuk kaki-2
baru, atau membantu memperbesar anggota kaki-kakinya....
****
Sekarang kita lihat bisnis PRO-best. Prinsipnya sama dengan
MLM, yaitu mengandalkan DUPLIKASI. 1 menjadi 2 menjadi
4 menjadi 8 dan seterusnya. Permasalahannya adalah itu main
duit, tanpa barang dan jasa. Ada yang menggunakan sistem
arisan ada pula (dan ini yang terbanyak dan jelas-2 menipu,
mirip dengan praktek QSAR yang membagikan uang investor
dianggap keuntungan itu) bersistem BINER.
Maksudnya begini. Kang Sidik menyetorkan sejumlah uang,
misalnya 40 juta repis... nah yang separuh langsung menjadi
kepunyaan sponsornya (misalnya Denggleng), separuh lagi menjadi
milik group Kang Sidik. Jadi Kang Sidik musti cari teman paling
tidak seorang untuk menyempurnakan miliknya utuh kembali men-
jadi 40 juta. Kenapa? Karena Kang Sidik memiliki 20 juta sisa
dari Denggleng dan mendapat 20 juta dari 'korban' berikutnya,
misalnya Gigih. Grup gigih mencari lagi 2 korban, nah separuh
melayang menjadi milik Sidik dan Denggleng masing-masing
25% milik Sidik dan 75% milik Denggleng... lha dengan kepemilikan
denggleng yang 20 juta dari Sidik dan 75% dari gruopnya Gigih
kan bisa menjadi dewa dermawan.... misalnya sesekali memberi
bonus kejutan kepada Gigih atau anggota Gigih atau ke anggota
anggotanya anggota Gigih kan? Karena semakin dalam lapisan
group itu, uang yang mengalir ke Denggleng akan semakin tak
terbatas. Sebaliknya kalau Gigih ingin seperti Denggleng baru,
dia harus mencari korban lagi atau membantu anggotanya me-
nambah korban..... terruuuuus begitu. Masalahnya ya itu tadi.
Permainan Denggleng ini kan tidak menjanjikan apa-apa untuk
kemanfaatan langsung dari investasi setiap 'investor korban baru'
selain hanya: janji bonus, hadiah kejutan, giliran arisan dan
'pemaksaan' agar Gigih terus mencari korban baru dan
memperdalam lapisan korbannya. Lapisan terbawah? Yaaa
cuman setor duit. Apalagi kalau dia tidak juga mau menduplikasi
'UPLINE-nya' mencari korban baru..... Wis dong?
Atau secara sederhana begini lah:
Denggleng - setor 40 juta
Sidik1 + Sidik 2 -- masing-masing setor 20 juta ke denggleng
| \
| \
Gigih1a + Gigih1b Gigih2a + Gigih2b @ setor 20 juta ke Sidik-->
| | \ \ 75% lari ke D,
25% masuk ke S
| | \ \
H1aa+H1ab H1ba+H1bb H2aa+H2ab H2ba+H2bb
Teruuuuuuuus begitu entah sampai kapan. Pokoknya
prinsipnya KORBAN mencari KORBAN lah.
Dah ya kang Sidik.... dan man teman yang lain...
mudah-mudahan uraian ini dapat membantu. Siapa
tahu ada yang berminat juga menjadi member suatu
jaringan DSCS yang dekat dengan tempat tinggal anda
masing-masing atau cocok dengan 'persepsi' anda
masing-masing. (yaa terus terang saja karena
aku jadi member salah satu DSCS yang dalam
persepsiku masuk akal dan terbukti ada yang berhasil,
maka aku berani menulis ini semua)
KDP
------------
TIP evaluasi suatu DSCS:
1. Berapa biaya untuk menjadi member?
2. Bagaimana jaminan mutu barang yang ditawarkan?
3. Bagaimana kemudahan penjualan produk dan jasanya?
4. (harusnya ini di depan): Ada tidak barang dan jasanya?
5. Situasi perusahaan:
a. bagaimana skala usaha dan manajemen perusahaan?
b. bagaimana jenis, mutu, dan ketersediaan barangnya?
c. bagaimana sistem garansi barangnya?
d. bagaimana hubungan DSCS dengan distributor?
e. BERAPA pendapatan yang dijanjikan?
----> bila 1 s.d 5 tetap masuk akal... tak ada salahnya anda
bergabung! karena:
6. Adakah potensi lain dari keterlibatan anda dalam group
untuk membangun jaringan relasi antar manusia positif dan
dapatkah dengan jaringan itu wawasan anda berkembang?
Mampukah jaringan tersebut menembus berbagai pembatas
geografis dan SARA? atau membentuk persahabatan bisnis
kecil-kecilan nasional, regional dan international?
_________________________________________________________________
Join the world’s largest e-mail service with MSN Hotmail.
http://www.hotmail.com