[Nusantara] Soal Keterlibatan TNI Yang Makin Sulit Disangkal
reijkman
reijkman@excite.com
Wed Nov 13 12:12:20 2002
--EXCITEBOUNDARY_000__350fc25b7384bda499fea055d5751b7f
Content-Type: text/plain; charset="us-ascii"
Content-Transfer-Encoding: 7bit
Soal Keterlibatan TNI Yang Makin Sulit Disangkal
Intro: Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto tampak makin sibuk sibuk saja membantahi berita bahwa beberapa orang jenderal terlibat peledakan di Bali. Bantahan yang dikemukakan Jenderal Endriartono kedengarannya menarik. Kalau dulu ia meminta supaya jenderal yang disinyalir ada di Bali ditembak saja, maka sekarang dia bicara tentang gudang senjata yang kebobolan pencuri. Sulit untuk dipastikan apakah rangkaian bantahan ini bisa mengusir kecurigaan masyarakat bahwa TNI memang punya peran yang tidak diketahui umum.
Koresponden Syahrir mengirim laporan berikut dari Jakarta:
Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto mengakui bahwa amunisi milik Amrozi yang ditemukan di hutan Dadapan, Lamongan, Jawa Timur adalah sejenis amunisi yang digunakan TNI. Walau begitu Panglima menyangsikan amunisi tersebut berasal dari PT Pindad. Tim investigasi kasus bom Bali sementara itu telah menemukan ribuan amunisi dan senjata laras panjang di hutan tersebut. Barang-barang itu diduga keras milik tersangka kasus peledakan bom di Bali, Amrozi. Panglima TNI yang selama ini berusaha keras membantah adanya unsur keterlibatan TNI, akhirnya karena sudah tersudut, tak bisa mengelak lagi. Endriartono langsung mempersalahkan kondisi gudang-gudang TNI yang tidak layak pakai dan mengakibatkan pencurian. Jenderal ini tidak menjelaskan soal dugaan polisi bahwa oknum-oknum Kopassus terlibat dalam tragedi kemanusiaan di Bali.
Endriartono: Memang gudang-gudang kita barangkali sudah tidak layak lagi untuk gudang. Karena anggaran selama ini terbatas. Kondisi ini mungkin memudahkan terjadinya pencurian dan sebagainya begitu. Kalau di Pindad saya yakin tidak terjadi kebocoran. Barangkali lebih, contohnya kemarin kejadian hilangnya sekian ribu butir di Batujajar. Itu karena memang penggudangan yang sangat tidak layak.
Sementara itu, hingga kini Amrozi, penduduk desa Tenggulun, Kecamatan Pasiran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur masih menjadi sorotan sentral. Ia dituduh polisi sebagai pimpinan operasional pengeboman Kuta, Bali. Amrozi disebut-sebut dekat dengan Pesantren Al-Islam, satu-satunya pesantren di Lamongan yang mewajibkan santri perempuannya menggunakan cadar ala Taliban. Menurut seorang tokoh Muhammadiyah asal Jawa Timur yang enggan disebut namanya, pesantren ini pernah didatangi Abu Bakar Ba'asyir yang kini ditahan Mabes Polri berkaitan dengan tuduhan rencana pembunuhan Megawati dan peledakan sejumlah gereja serta Masjid Istiqlal. Oleh karenanya pesantren ini tidak begitu disukai oleh Muhammadiyah dan NU, karena menerapkan ajaran Islam yang konservatif dan kaku.
Amrozi sendiri disebut-sebut pernah belajar di Pesantren Ngruki, Jawa Tengah. Setelah tamat dari Ngruki, Amrozi melanjutkan pendidikannya ke Pakistan. Pulang dari Pakistan Amrozi berjihad ke Ambon. Setelah dari Ambon Amrozi pulang ke kampungnya. Ia memiliki bengkel dan mobil Mitsubishi L-300. Namun berita bahwa Amrozi berasal dari pesantren Al-Islam dibantah oleh Ustadz Zakaria pemimpin Pondok Pesantren tersebut. Memang Amrozi sering sholat Jamaah di masjid pesantren. Tapi dia sama sekali tidak ada kaitan dengan Pesantren yang ingin menerapkan ajaran Islam seasli-aslinya seperti yang dilakukam oleh Taliban di Afghanistan. Namun Ustadz Zakaria mengakui bahwa Amrozi berkenalan dengan Ba'asyir di pesantrennya.
Ustadz Zakaria: Kalau ada di rumah ya sering ke pesantren untuk ikut sholat berjamaah. Bertepatan Ustadz Ba'asyir datang ke pesantren, kebetulan waktu itu Amrozi ada di rumah jadi dia ikut. Waktu selesai ceramah, salaman biasa.
Abubakar Ba'asyir sendiri yang dibela oleh pengacara Adnan Buyung Nasution, bersikukuh bahwa ia tidak mengenal Amrozi. Namun paling tidak, bila benar apa yang dikatakan narasumber tokoh Muhammadiyah asal Jawa Timur tadi, berarti memperkuat dugaan adanya jaringan Jama'ah Islamiyah di Asia Tenggara. Selama ini Jamaah Islamiyah hanya dianggap sebagai stigma oleh kalangan yang dirugikan oleh pemberitaan ini. Murdjoko, seorang tokoh Majelis Mujahidin Indonesia, Jawa Timur, menjelaskan,
Murdjoko: Ya, Front Pembela Islam, sebenarnya adalah pergerakan Islam yang ada di Indonesia. Yang di sini berdiri sendiri, yaitu FPI. Laskar Jihad juga berdiri sendiri dan punya pemimpin sendiri. Dan Majelis Mujahidin Indonesia merupakan aliansi yang dipimpin oleh Ustadz Abu Bakar Ba'asyir. Jadi Laskar Jihad tidak sama dengan Laskar Mujahidin, dan Laskar Mujahidin tidak sama dengan FPI begitu.
Muslim Abdurahman, seorang intelektual Islam asal Lamongan, berpesan janganlah pemerintah Indonesia terjebak skenario Barat yang ditunggangi oleh kepentingan Yahudi, dengan menyamaratakan semua umat Islam sebagai teroris. Kalangan fundamentalis Islam Indonesia, pun tidak percaya bahwa dampak pembomannya luar biasa, karena bisa jadi bukan Amrozi yang merakitnya. Amrozi dan kawan-kawannya mungkin hanya memarkir mobil L-300 yang digunakan untuk meletakkan bom. Mereka hanya mengira dampaknya *censored*a ledakan kecil, seperti yang terjadi di Gedung Bundar Kejaksaan, dan di gereja-gereja. Setelah tahu bahwa korban tewas mencapai ratusan mereka kebingungan.
Beberapa tokoh PDI-Perjuangan curiga bahwa semua ini tidak terlepas dari permainan pasukan khusus TNI-AD. Bisa jadi pula CIA membiayai tentara Indonesia untuk melakukan pematangan situasi dengan menjalin kerja sama dengan Islam garis keras di Indonesia.
Kerja sama antara militer Indonesia dan kalangan Islam garis keras dapat ditelusur sejak naiknya Jenderal Hartono, sebagai KSAD dan terakhir kali Jenderal Wiranto yang memprakarsai berdirinya Pam Swakarsa, sejenis milisi sipil yang organ-organnya terdiri dari sejumlah kalangan Islam garis keras. Pam Swakarsa dipercaya banyak kalangan sebagai embrio Laskar Jihad yang kemudian dikirim ke Ambon untuk melakukan perang agama.
Bagian Pam Swakarsa yang lain berubah menjadi Front Pembela Islam yang mengkhususkan diri pada masalah memerangi kemaksiatan di kota-kota besar. Merekalah yang semula diorganisir untuk membela Habibie dan menentang Megawati. Kini banyak Jenderal, kecuali mantan Kepala Bakin ZA Maulani, ramai-ramai cuci tangan.
Sedangkan ZA Maulani masih aktif melakukan penggalangan di kalangan Islam garis keras. Terakhir dia membentuk Laskar Mujahidien di Cirebon dan tegas menyatakan bahwa Laskar-Laskar Islam tidak bisa dihapuskan selama umat Islam merasa terancam.
Apa beda Laskar Jihad yang dibina militer dengan Laskar Mujahidin? Seorang aktivis majelis Mujahidin menjelaskannya.
Aktivis Majelis Mujahidin: Saya kira sudah putus hubungan dalam arti Ustadz karena waktu itu santrinya banyak, di Ngruki dan terpencar-pencar di seluruh Indonesia, setelah Ustadz kembali ke Indonesia dan memimpin Majelis Mujahidin hubungan itu putus jadi Ustadz bukan lagi membina Jamatul Islam tapi Majelis Mujahidin di Indonesia.
Apapun yang mau dikatakan orang, kenyataannya sekarang di kalangan masyarakat sudah ada keyakinan bahwa kalangan Islam garis keras, TNI dan CIA terlibat pemboman di Bali belum lama ini.
_______________________________________________
Join Excite! - http://www.excite.com
The most personalized portal on the Web!
--EXCITEBOUNDARY_000__350fc25b7384bda499fea055d5751b7f
Content-Type: text/html; charset="us-ascii"
Content-Transfer-Encoding: 7bit
<table cellpadding=10 cellspacing=0 border=0 width=100% bgcolor=white><tr height=200><td width=100%><font size=2 color=black>Soal Keterlibatan TNI Yang Makin Sulit Disangkal
<br />
<P>Intro: Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto tampak makin sibuk sibuk saja membantahi berita bahwa beberapa orang jenderal terlibat peledakan di Bali. Bantahan yang dikemukakan Jenderal Endriartono kedengarannya menarik. Kalau dulu ia meminta supaya jenderal yang disinyalir ada di Bali ditembak saja, maka sekarang dia bicara tentang gudang senjata yang kebobolan pencuri. Sulit untuk dipastikan apakah rangkaian bantahan ini bisa mengusir kecurigaan masyarakat bahwa TNI memang punya peran yang tidak diketahui umum.
<br />
<P>Koresponden Syahrir mengirim laporan berikut dari Jakarta:
<br />
<P>Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto mengakui bahwa amunisi milik Amrozi yang ditemukan di hutan Dadapan, Lamongan, Jawa Timur adalah sejenis amunisi yang digunakan TNI. Walau begitu Panglima menyangsikan amunisi tersebut berasal dari PT Pindad. Tim investigasi kasus bom Bali sementara itu telah menemukan ribuan amunisi dan senjata laras panjang di hutan tersebut. Barang-barang itu diduga keras milik tersangka kasus peledakan bom di Bali, Amrozi. Panglima TNI yang selama ini berusaha keras membantah adanya unsur keterlibatan TNI, akhirnya karena sudah tersudut, tak bisa mengelak lagi. Endriartono langsung mempersalahkan kondisi gudang-gudang TNI yang tidak layak pakai dan mengakibatkan pencurian. Jenderal ini tidak menjelaskan soal dugaan polisi bahwa oknum-oknum Kopassus terlibat dalam tragedi kemanusiaan di Bali.
<br />
<P>Endriartono: Memang gudang-gudang kita barangkali sudah tidak layak lagi untuk gudang. Karena anggaran selama ini terbatas. Kondisi ini mungkin memudahkan terjadinya pencurian dan sebagainya begitu. Kalau di Pindad saya yakin tidak terjadi kebocoran. Barangkali lebih, contohnya kemarin kejadian hilangnya sekian ribu butir di Batujajar. Itu karena memang penggudangan yang sangat tidak layak.
<br />
<P>Sementara itu, hingga kini Amrozi, penduduk desa Tenggulun, Kecamatan Pasiran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur masih menjadi sorotan sentral. Ia dituduh polisi sebagai pimpinan operasional pengeboman Kuta, Bali. Amrozi disebut-sebut dekat dengan Pesantren Al-Islam, satu-satunya pesantren di Lamongan yang mewajibkan santri perempuannya menggunakan cadar ala Taliban. Menurut seorang tokoh Muhammadiyah asal Jawa Timur yang enggan disebut namanya, pesantren ini pernah didatangi Abu Bakar Ba'asyir yang kini ditahan Mabes Polri berkaitan dengan tuduhan rencana pembunuhan Megawati dan peledakan sejumlah gereja serta Masjid Istiqlal. Oleh karenanya pesantren ini tidak begitu disukai oleh Muhammadiyah dan NU, karena menerapkan ajaran Islam yang konservatif dan kaku.
<br />
<P>Amrozi sendiri disebut-sebut pernah belajar di Pesantren Ngruki, Jawa Tengah. Setelah tamat dari Ngruki, Amrozi melanjutkan pendidikannya ke Pakistan. Pulang dari Pakistan Amrozi berjihad ke Ambon. Setelah dari Ambon Amrozi pulang ke kampungnya. Ia memiliki bengkel dan mobil Mitsubishi L-300. Namun berita bahwa Amrozi berasal dari pesantren Al-Islam dibantah oleh Ustadz Zakaria pemimpin Pondok Pesantren tersebut. Memang Amrozi sering sholat Jamaah di masjid pesantren. Tapi dia sama sekali tidak ada kaitan dengan Pesantren yang ingin menerapkan ajaran Islam seasli-aslinya seperti yang dilakukam oleh Taliban di Afghanistan. Namun Ustadz Zakaria mengakui bahwa Amrozi berkenalan dengan Ba'asyir di pesantrennya.
<br />
<P>Ustadz Zakaria: Kalau ada di rumah ya sering ke pesantren untuk ikut sholat berjamaah. Bertepatan Ustadz Ba'asyir datang ke pesantren, kebetulan waktu itu Amrozi ada di rumah jadi dia ikut. Waktu selesai ceramah, salaman biasa.
<br />
<P>Abubakar Ba'asyir sendiri yang dibela oleh pengacara Adnan Buyung Nasution, bersikukuh bahwa ia tidak mengenal Amrozi. Namun paling tidak, bila benar apa yang dikatakan narasumber tokoh Muhammadiyah asal Jawa Timur tadi, berarti memperkuat dugaan adanya jaringan Jama'ah Islamiyah di Asia Tenggara. Selama ini Jamaah Islamiyah hanya dianggap sebagai stigma oleh kalangan yang dirugikan oleh pemberitaan ini. Murdjoko, seorang tokoh Majelis Mujahidin Indonesia, Jawa Timur, menjelaskan,
<br />
<P>Murdjoko: Ya, Front Pembela Islam, sebenarnya adalah pergerakan Islam yang ada di Indonesia. Yang di sini berdiri sendiri, yaitu FPI. Laskar Jihad juga berdiri sendiri dan punya pemimpin sendiri. Dan Majelis Mujahidin Indonesia merupakan aliansi yang dipimpin oleh Ustadz Abu Bakar Ba'asyir. Jadi Laskar Jihad tidak sama dengan Laskar Mujahidin, dan Laskar Mujahidin tidak sama dengan FPI begitu.
<br />
<P>Muslim Abdurahman, seorang intelektual Islam asal Lamongan, berpesan janganlah pemerintah Indonesia terjebak skenario Barat yang ditunggangi oleh kepentingan Yahudi, dengan menyamaratakan semua umat Islam sebagai teroris. Kalangan fundamentalis Islam Indonesia, pun tidak percaya bahwa dampak pembomannya luar biasa, karena bisa jadi bukan Amrozi yang merakitnya. Amrozi dan kawan-kawannya mungkin hanya memarkir mobil L-300 yang digunakan untuk meletakkan bom. Mereka hanya mengira dampaknya *censored*a ledakan kecil, seperti yang terjadi di Gedung Bundar Kejaksaan, dan di gereja-gereja. Setelah tahu bahwa korban tewas mencapai ratusan mereka kebingungan.
<br />
<P>Beberapa tokoh PDI-Perjuangan curiga bahwa semua ini tidak terlepas dari permainan pasukan khusus TNI-AD. Bisa jadi pula CIA membiayai tentara Indonesia untuk melakukan pematangan situasi dengan menjalin kerja sama dengan Islam garis keras di Indonesia.
<br />
<P>Kerja sama antara militer Indonesia dan kalangan Islam garis keras dapat ditelusur sejak naiknya Jenderal Hartono, sebagai KSAD dan terakhir kali Jenderal Wiranto yang memprakarsai berdirinya Pam Swakarsa, sejenis milisi sipil yang organ-organnya terdiri dari sejumlah kalangan Islam garis keras. Pam Swakarsa dipercaya banyak kalangan sebagai embrio Laskar Jihad yang kemudian dikirim ke Ambon untuk melakukan perang agama.
<br />
<P>Bagian Pam Swakarsa yang lain berubah menjadi Front Pembela Islam yang mengkhususkan diri pada masalah memerangi kemaksiatan di kota-kota besar. Merekalah yang semula diorganisir untuk membela Habibie dan menentang Megawati. Kini banyak Jenderal, kecuali mantan Kepala Bakin ZA Maulani, ramai-ramai cuci tangan.
<br />
<P>Sedangkan ZA Maulani masih aktif melakukan penggalangan di kalangan Islam garis keras. Terakhir dia membentuk Laskar Mujahidien di Cirebon dan tegas menyatakan bahwa Laskar-Laskar Islam tidak bisa dihapuskan selama umat Islam merasa terancam.
<br />
<P>Apa beda Laskar Jihad yang dibina militer dengan Laskar Mujahidin? Seorang aktivis majelis Mujahidin menjelaskannya.
<br />
<P>Aktivis Majelis Mujahidin: Saya kira sudah putus hubungan dalam arti Ustadz karena waktu itu santrinya banyak, di Ngruki dan terpencar-pencar di seluruh Indonesia, setelah Ustadz kembali ke Indonesia dan memimpin Majelis Mujahidin hubungan itu putus jadi Ustadz bukan lagi membina Jamatul Islam tapi Majelis Mujahidin di Indonesia.
<br />
<P>Apapun yang mau dikatakan orang, kenyataannya sekarang di kalangan masyarakat sudah ada keyakinan bahwa kalangan Islam garis keras, TNI dan CIA terlibat pemboman di Bali belum lama ini. <BR><BR><BR><BR><BR></P><br></font></td></tr></table><p><hr><font size=2 face=geneva><b>Join Excite! - <a href=http://www.excite.com target=_blank>http://www.excite.com</a></b><br>The most personalized portal on the Web!</font>
--EXCITEBOUNDARY_000__350fc25b7384bda499fea055d5751b7f--