[Nusantara] Radikalisme Agama dan Problem Kebangsaan

Gigih Nusantara gigihnusantaraid@yahoo.com
Tue Nov 19 08:48:03 2002


Radikalisme Agama dan Problem Kebangsaan 
Oleh Mh Nurul Huda 
BANGKITNYA gerakan radikalisme agama dewasa ini,
secara historis sulit dilepaskan dari reaksi negatif
atas gelombang modernitas yang membanjiri
negara-negara Muslim pada awal abad ke-20. Pengaruh
modernitas ini bukan hanya pada dimensi kultural,
tetapi juga dimensi struktural-institusional, seperti
sains dan teknologi serta instrumen modern lainnya,
khususnya pandangan mengenai kesadaran kebangsaan yang
melahirkan konstruksi negara-bangsa modern. 
Reaksi tersebut muncul akibat ketidakmampuan kultur
masyarakat merespons nilai-nilai dan norma-norma baru
yang diusung gelombang modernitas ini. 
Tidak seperti di negara-negara Eropa Barat di mana
kesadaran nasional berakar, tumbuh, dan berkembang
dari perlawanan terhadap kekuasaan feodal dan negara
absolut, gelombang nasionalisme di Asia, Afrika, dan
negara-negara Muslim di Semenanjung Arab, Timur
Tengah, lahir justru dari perlawanan terhadap
kolonialisme Eropa. 
Situasi itu tentu saja membawa dampak traumatis
sehingga hadirnya ideologi nasionalisme di
negara-negara Muslim mengalami ketegangan yang tajam,
bahkan perlawanan dari unsur-unsur pembentuknya. Di
samping realitas masyarakatnya yang sangat plural,
dipertentangkannya konsepsi negara-bangsa sekuler
modern dengan universalisme tatanan berdasar agama,
telah mempertajam ketegangan dan benturan
politik-ideologis yang menghambat perkembangan
kesadaran kebangsaan. 
Akibatnya, konstruk negara-bangsa modern di
negara-negara Muslim umumnya mengalami delegitimasi
dan ancaman terus-menerus. Dan, kondisi ini diperparah
oleh krisis yang dialami negara-bangsa sendiri berikut
kelemahan-kelemahannya yang mendasar, serta kenyataan
akan minimnya basis kultural bagi terbentuknya civil
society modern dalam masyarakat. 
Krisis negara-bangsa umumnya dipicu oleh fakta bahwa
ia lebih berperan sebagai "Republic of Fear", meminjam
istilah Samir al-Khalil, yang melakukan pemaksaan dan
penyeragaman seluruh entitas etnis dan budaya lokal
dalam entitas lain yang bernama "identitas nasional",
hal mana telah mengakibatkan legitimasi negara-bangsa
begitu lemah. 
Demikian juga kenyataan sosial yang sangat plural dan
tanpa kesadaran berdemokrasi telah menciptakan
persaingan antar-etnis, dan sektarianisme yang tak
terelakkan untuk memperebutkan akses politik dan
ekonomi. Celakanya, civil society sebagai komunitas
politik di mana masyarakat membagi norma-norma dan
nilai-nilai guna membangun konsensus bersama atas
dasar kemajemukan, kebebasan, dan kesetaraan, ternyata
demikian rapuh. 
Konsekuensinya, ketidakmampuan negara-bangsa menyemai
kondisi-kondisi politik yang demokratis dan
menyelesaikan krisis ekonomi serta ketidakadilan
sosial telah membangkitkan frustrasi masyarakat.
Situasi demikian tak pelak ikut melahirkan gerakan
fundamentalisme agama yang lebih bersifat ideologis
dan politis untuk mendelegitimasi negara-bangsa dan
menggantikan tatanan maupun nilai-nilai demokrasi
"sekuler", yang dianggap sebagai biang berbagai krisis
tersebut, dengan tatanan Islam. (Bassam Tibi, 1998) 
*** 
RADIKALISME agama sebagai fenomena yang hangat
diperbincangkan akhir-akhir ini, terutama dengan
maraknya sejumlah "laskar" atau organisasi berlabel
agama yang diduga menciptakan kekacauan dan teror,
eksistensinya sulit dipisahkan dari faktor-faktor
tersebut di atas: krisis kebangsaan dan minimnya basis
kultural demokrasi. 
Krisis kebangsaan ini dibuktikan dengan kenyataan
bahwa kesadaran nasional mengenai "Indonesia" lebih
dominan dibangun oleh perekat politik ketimbang
perekat budaya. Negara (state) dalam hal ini demikian
memonopoli penciptaan idiom-idiom "identias nasional"
tanpa memberi ruang bagi budaya dan entitas lokal
untuk memaknai kebangsaannya. 
Pola penyeragaman demikian itu, khususnya pada masa
pemerintahan Orde Baru, telah mengebiri dan
memandulkan proses kreativitas dan emansipasi
kesadaran masyarakat. Lalu, ketika keran kebebasan dan
demokratisasi terbuka lebar, tuntutan akan
pemberdayaan dan partisipasi politik rakyat makin
membesar, dan seiring dengan itu muncul pula gerakan
penegasan identitas komunal masyarakat, seperti
etnisitas, budaya lokal, dan terutama gerakan
fundamentalisme agama. 
Meski demikian, ketidakadilan sosial dan krisis
negara-bangsa ini bukanlah faktor tunggal suburnya
gerakan-gerakan radikalisme agama. Ada faktor
terpenting yang tidak bisa diabaikan, sebagaimana
diutarakan Ketua PBNU, Hasyim Muzadi, beberapa hari
lalu (Kompas, 3/11/2002), yaitu penerapan
ajaran-ajaran agama yang mengabaikan aspek
sosio-kultural masyarakat setempat. 
Penolakan total terhadap tradisi lokal, sekaligus pada
perkembangan modernitas dengan tanpa mengadaptasikan
ajaran agama dengan kebutuhan sejarah dan konteks
sosial, pada akhirnya melahirkan sikap eksklusif dan
pandangan ekstrem dalam beragama. 
*** 
DALAM perspektif historis, radikalisme agama di Tanah
Air adalah warisan dari ketidakmampuan sebagian
kelompok Islam menegosiasikan dogma dan doktrin
keagamaannya dengan realitas sosial dan kebutuhan
masyarakat tentang pentingnya wawasan kebangsaan
sebagai entitas yang menjamin pluralisme. Antagonisme
politik dan ideologis antara Islam dan negara ini,
dapat ditelusuri dari masa pergerakan kebangsaan,
ketika elite politik terlibat dalam perdebatan tentang
kedudukan Islam di alam Indonesia merdeka. 
Kendati ada upaya mencari jalan keluar dari ketegangan
ini pada awal tahun 1970-an, kecenderungan legalistik,
formalistik, dan simbolistik masih berkembang pada
sebagian aktivis Islam pada dua dasawarsa pertama
pemerintahan Orde Baru. (Bahtiar Effendy, 2001) 
Namun demikian, tanpa mengabaikan arus transformasi
intelektualisme baru Islam dewasa ini, proses
"reproduksi" Islam radikal pun terlihat tidak pernah
surut. Hal ini terutama tampak pada tema-tema
ideologis yang diusung kalangan Islam radikal yang
"lebih vulgar", yang memfokuskan gerakannya pada empat
agenda utama: mendirikan negara Islam dan menegakkan
syariah, seraya menolak demokrasi dan kepemimpinan
perempuan. Hebatnya, gerakan para aktivis Islam
radikal ini telah memasuki ruang beberapa
partai-partai politik Islam di Tanah Air.(Lihat
penelitian Khamami Zada, Islam Radikal: Pergulatan
Ormas-ormas Islam Garis Keras di Indonesia, 2002) 
Di sini tampak jelas bahwa sebagian kalangan Islam
masih memosisikan secara dikotomis dan antagonistik
antara Islam dan kebangsaan, dan menolak sintesis yang
memungkinkan antara agama dan negara dalam kehidupan
politik. 
Selain itu, akibat dari pemahaman keagamaan yang
simbolistik ini, nilai-nilai universal demokrasi,
seperti: kebebasan, kesetaraan, pluralisme, dan hak
asasi manusia belum dipahami sebagai bagian inheren
dari pesan-pesan profetis agama. Sebagaimana hal ini
ditunjukkan secara tegas dari upaya mereka menuntut
formalisasi syariah dalam hukum dan perundang-undangan
negara. 
*** 
DEMIKIANLAH, sesungguhnya banyak faktor dan penyebab
yang memungkinkan suburnya gerakan radikalisme agama
di Tanah Air. Pemahaman keagamaan yang ekslusif,
skripturalis, dan miskinnya kesadaran sejarah dalam
penafsiran teks-teks kitab suci, telah mewariskan
sikap-sikap yang fanatik, dogmatik, dan intoleran
dalam menyikapi perkembangan global. 
Di sisi lain, ketidakpuasan terhadap kebijakan politik
negara-bangsa modern yang dominatif dan manipulatif,
berikut krisis yang diakibatkannya, telah menjadi
tempat persemaian paling strategis bagi gerakan ini. 
Akhirnya, dengan memahami kompleksitas masalah yang
melatarbelakanginya, kita sangat berharap gerakan
radikalisme agama dapat diatasi secara tegas dan
komprehensif tanpa mengorbankan proses demokratisasi
yang kini tengah berlangsung di depan mata. 
MH NURUL HUDA, Koordinator Bidang Kajian pada, Forum
Studi 164, Jakarta 

=====
Milis bermoderasi, berthema 'mencoba bicara konstruktif soal Indonesia' dapat diikuti di http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/
Tulisan Anda juga ditunggu di http://www.mediakrasi.com (jadilah editor untuk koran online ini)
Juga mampirlah untuk ketawa ala Suroboyoan di
http://matpithi.freewebsitehosting.com

__________________________________________________
Do you Yahoo!?
Yahoo! Web Hosting - Let the expert host your site
http://webhosting.yahoo.com