[Nusantara] Imam Akui Pelaku Pengeboman di Bali

Gigih Nusantara gigihnusantaraid@yahoo.com
Sun Nov 24 10:00:37 2002


Imam Akui Pelaku Pengeboman di Bali 

Dana Peledakan dari Merampok Toko Emas 

JAKARTA - Banyak hasil yang diperoleh dari pemeriksaan
awal Abdul Aziz (35) alias Imam Samudera alias Kudama
yang ditangkap di Pelabuhan Merak, Serang, Banteng,
Kamis (21/11). Di antaranya, dia mengakui terlibat
dalam peledakan bom Bali, bom malam Natal tahun 2000,
bom di Plaza Atrium Senen. 

Dia juga mengaku kenal dengan Amrozi dan Dulmatin
(perancang bom). Namun hanya satu yang dia tak
sebutkan namanya, yaitu Abu Bakar Ba'asyir. Hal itu
diungkapkan Kapolri Jenderal Pol Da'i Bachtiar, Jumat
kemarin, saat mendatangi Mapolres Cilegon sekaligus
memeriksa tersangka Imam Samudera. '

'Imam Samudera mengakui dirinya bertanggung jawab atas
bom Bali. Dia juga mengaku kenal dengan Amrozi,
tersangka bom Bali. Tugas Samudera adalah mengatur
lokasi dan waktu pengeboman,'' jelasnya kepada puluhan
wartawan media cetak dan elektronik. 

Seusai keterangan pers Kapolri, wartawan diminta
keluar dari aula karena petugas akan mempertemukan
dengan Imam Samudera. Namun ternyata pertemuan hanya
berlangsung sekitar 20 detik, dan berlangsung tanpa
tanya jawab. Pertemuan Imam Samudera dengan para
wartawan terjadi hanya dalam hitungan detik. Begitu
keluar dari pintu aula, puluhan pewarta foto belum
sempat memotret tiba-tiba terdengar teriakan "Allahu
Akbar", dari adik Imam Samudera, Lulu Jamaluddin. 

Teriakan takbir dari Lulu Jamaluddin tersebut,
langsung disambut Imam Samudera yang ada di dalam
aula. Keadaan sempat tegang, sehingga polisi menarik
Imam Samudera kembali ke dalam ruang Mapolres Cilegon.
Abdul Aziz yang mengenakan kaos biru dongker dengan
gambar bintang dalam kotak putih dan celana panjang
warna krem, tampak tenang ketika masuk aula. Namun,
tiba-tiba terlihat tegang saat mendengar pekik Allahu
akbar dari adiknya. Kejadian tersebut sempat membuat
kesal puluhan wartawan karena tidak diberikan
kesempatan untuk bertanya kepada Imam Samudera. 

Ketika para wartawan bertanya kepada Lulu Jamaluddin
apakah benar orang tersebut adalah kakaknya, tanpa
berkomentar, Lulu hanya menganggukkan kepalanya.
Disebutkan Kapolri yang mengutip keterangan Imam
Samudera, setelah melakukan pengeboman gereja di
Jakarta pada malam Natal 2000, Samudera pergi ke
Malaysia. Lalu tahun 2002 kembali lagi ke Indonesia. 

''Dia berniat melakukan jihad lagi. Selama di
Malaysia, dia berkomunikasi dengan berbagai orang dan
bertemu dengan Amrozi. Sebelumnya juga pernah bertemu
dengan Amrozi di Malaysia,'' jelas Kapolri. 

Setelah kejadian bom Bali, pada hari Minggu (13/10)
pukul 01.00 WITA, Samudera pulang ke Surabaya. Dari
Banyuwangi ke Surabaya naik kereta. Dan selama dalam
perjalanan, Samudera sering singgah ke warnet untuk
berkomunikasi dengan pemimpinnya dan orang yang punya
pandangan yang sama. '

'Tapi dia belum menyebutkan siapa. Kemudian dia pergi
ke Banten dengan rencana pergi ke Palembang,'' papar
Da'i. Seperti diketahui, di Banten itulah Samudera
kemudian tertangkap. 

'Kata temannya, di Palembang ada tempat yang aman.
Rencananya, dari Palembang dia mau ke Malaysia, tapi
setelah situasi aman,'' jelas Da'i yang mantan Kapolda
Jatim ini. Perakit Bom Bali Di samping itu, Imam
Samudera juga menjelaskan rekannya yang bernama
Dulmatin alias Amar Usman. Menurutnya, Dulmatin yang
punya nama asli Joko Pitono itu dikatakan sebagai
perakit bom Bali. 

''Pembagian tugasnya adalah Amrozi membeli mobil dan
bahan-bahan. Dia (Samudera) juga kenal dengan Dulmatin
yang bertugas untuk merakit bom. Idris yang mengurus
akomodasi di Bali. Ali Imron sebagai korlapnya,''
ungkap Kapolri. Dulmatin diketahui beralamat di
Pemalang, Jateng. Dia dikenal jago elektronik sejak
SMP. Polisi menuduh dia sebagai peledak bom dengan
detonator SMS handphone. 

Lebih lanjut dipaparkan Da'i, sesuai dengan pengakuan
Samudera, bom yang ada di Paddy's, Legian, Bali,
diletakkan oleh Iqbal. Iqbal menjadi korban bom di
Paddy's. 

''Tak menutup kemungkinan sengaja Iqbal melakukan itu
sebagai bom bunuh diri,'' katanya. Sedangkan tugas
Samudera adalah menyurvei lokasi dan waktu pengeboman.


''Dia mengaku bertanggung jawab atas bom Bali dan itu
adalah bom mobil, tapi teknisnya bagaimana dia tidak
tahu,'' kata Da'i. Sedangkan bom yang meledak di
Renon, lanjut Da'i, Samudera mengaku tidak tahu. 

''Dia hanya tahu yang di Paddy's dan Sari Club. Dia
bilang mungkin itu (bom di Renon) teknis pengembangan
di lapangan,'' katanya. Sedangkan mengenai bahan
peledaknya, Imam Samudera tak tahu persis. 

'Imam hanya tahu bahannya TNT yang dibawa Amrozi,
sedangkan bahan lainnya secara terperinci dia mengaku
tidak tahu.'' Nama Ba'asyir Imam memberikan penjelasan
kepada tim penyidik dalam pemeriksaan awal di Mapolres
Cilegon, tapi dia tidak menyebut-nyebut nama pimpinan
Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Abu Bakar Ba'asyir.
''Dia hanya sering berkomunikasi dengan para pemimpin
yang punya niat sama, tapi dia tidak menyebut nama Abu
Bakar Ba'asyir.'' 

''Dia belum mau cerita siapa pun selain Jabir. Dan
memang itulah tokoh yang sangat diikuti dia,''
katanya. Seperti diketahui, Jabir adalah pelaku
pengeboman di Bandung pada malam Natal 2000. Jabir
juga tewas dalam pengeboman tersebut. Menurut Kapolri,
pengakuan Imam Samudera disampaikan kepada dirinya
tanpa ada tekanan dari polisi. 

''Ini wawancara saya dengan Abdul Aziz (nama asli Imam
Samudera), karena saya bukan penyidik. Dan hasil
pemeriksaan Abdul Aziz sama dengan Amrozi,''jelasnya. 

Buronan Malaysia 

Sementara itu, Ketua Tim Investigasi Bom Bali Irjen
Pol I Made Mangku Pastika mengatakan, Iman Samudera
yang merupakan dalang dari aksi peledakan bom di
Legian Kuta, juga tercatat sebagai buronan polisi
Malaysia. ''Imam Samudera menjadi buronan polisi
Malaysia setelah diduga terlibat dalam beberapa aksi
kejahatan, termasuk teror di negeri jiran itu,''
katanya. 

Barang bukti yang disita dari Imam, kata Pastika,
antara lain berupa sebuah paspor baru atas nama Faiz
Yunzar, yang diduga nama lain dari Abdul Azis.
''Paspor dengan nama palsu itu, diduga akan dipakai
Abdul Azis untuk kabur ke luar negeri. Namun sebelum
niatnya terlaksana, dia keburu ditangkap petugas di
Merak, Banten,'' ungkap Pastika. 

Ditanya tentang daerah atau kantor tempat paspor palsu
itu diterbitkan, Pastika tidak bersedia mengungkapkan
karena masih harus dirahasiakan terkait dengan
kepentingan penyelidikan. Namun, dari sumber Suara
Merdeka diperoleh informasi, paspor tersebut
dikeluarkan oleh Kantor Imigrasi Pekanbaru. 

Mengenai laptop yang katanya sering dijinjing Imam,
Pastika mengatakan, masih dalam upaya pencarian
petugas. ''Kita belum berhasil menyita laptop itu.''
Mantan Kapolda NTT dan Irian Jaya itu menduga, jika
laptop milik Imam bisa disita, diduga akan dapat
diperoleh banyak informasi tentang aksi kejahatan yang
dia lakukan selama ini bersama kawan-kawannya. Karena
itu, tim investigasi akan berupaya keras untuk dapat
menyita perangkat elektronik milik pria kelahiran
Serang itu. 

''Untuk pengusutan lebih lanjut, Imam Samudera kini
masih ditahan di Mabes Polri Jakarta, dan belum ada
kepastian tentang kapan dibawa ke Bali.'' Hasil
Rampokan 

Sementara itu, mengenai dana peledakan bom Bali, Imam
mengakui, dana itu diperoleh dari hasil rampokan toko
emas di Serang. ''Dana bom Bali diperoleh Samudera
dengan cara merampok toko emas di Serang. Tapi dia
bilang bukan merampok, hanya mencari dana. Tapi itu
kan bahasa dia, kalau bahasa polisi ya merampok,''
ungkap Kapolri. 

Menurutnya, toko emas yang dirampok adalah Toko Emas
Lita di Serang. Perampokan terjadi awal Oktober lalu.
Imam sebelum meledakkan bom Bali mengajak Rauf dan
Yudi serta dua orang lainnya melakukan perampokan
dengan cara meledakkan sebuah bom low explosive di
depan toko tersebut. Dari toko itu, mereka merampok 6
kg emas senilai Rp 400 juta. Hasil rampokan itu
diserahkan ke Imam Samudera. Imam membawa uang itu ke
Bali ditemani Yudi pada 9 Oktober. Rauf dan Yudi sudah
ditangkap di Serang pada Selasa dan Rabu minggu ini. 

Samudera Menghilang 

Setelah diwawancarai Kapolri, Imam Samudera tiba-tiba
menghilang. Kemungkinan dia dipindahkan dari Polres
Cilegon. Namun belum diketahui ke mana otak bom Bali
itu ditempatkan. ''Tadi keluar lewat pintu belakang,
dibawa mobil Kijang. Carlo Tewu ada,'' ungkap seorang
petugas di Mapolres Cilegon. Carlo Tewu adalah perwira
Polda Metro Jaya yang juga mengurusi penyelidikan bom
Bali. 

Kemungkinan Imam Samudera dibawa ke Mabes Polri untuk
selanjutnya bisa juga dibawa ke Polda Bali untuk
pengembangan pemeriksaan dengan sejumlah tersangka
lainnya, termasuk Amrozi. Namun Waka Divisi Humas
Polri Brigjen Edward Aritonang menyatakan, Imam
Samudera belum akan dibawa ke Mabes Polri atau ke
Polda Bali dalam waktu dekat ini. Sebab, pria yang
memiliki nama alias Kudama masih dibutuhkan polisi
untuk mencari tersangka lain dan melakukan
penyelidikan tempat-tempat yang pernah disinggahi
sebelum ditangkap. 

''Yang bersangkutan masih sangat dibutuhkan untuk
mengembangkan kasus ini, seperti mencari tersangka
lain. Makanya masih dibutuhkan keberadaannya di
Banten,''ungkapnya. Hal senada juga dikatakan Pastika,
tersangka Imam akan dibawa ke Mapolda Bali Kamis pekan
depan, namun singgah dulu di Mabes Polri. Benar Abdul
Aziz 

Sementara itu, keluarga Abdul Aziz alias Imam Samudera
makin penasaran dengan keberadaan orang yang ditangkap
polisi yang diklaim sebagai Samudera. ''Kami cuma
ingin memastikan, benarkah dia itu Abdul Aziz.''
Demikian disampaikan kuasa hukum keluarga Samudera,
Qadar Faisal kepada wartawan di Mapolwil Banten
sebelum bertemu dengan Imam di Mapolres Cilegon. 

Rasa penasaran keluarga Samudera bukan tanpa alasan.
Sebab, polisi bersikap rahasia dan misterius. Wajah
orang yang ditangkap yang diklaim sebagai Samudera
belum pernah diperlihatkan. Bahkan sekarang, lokasi
penahanan masih jadi tanda tanya besar. ''Kami hanya
ingin mengecek saja. Saya sudah berusaha menghubungi
polisi agar bisa bertemu dengan Abdul Aziz (nama asli
Imam Samudera). Tapi hingga saat ini belum ada
jawaban,'' keluh Qadar. 

Namun pada siang harinya, Qadar Faisal yang didampingi
Lulu Jamaludin, adik kandung Abdul Aziz, sempat
terkejut setelah polisi memperlihatkan tersangka itu
dari balik jendela kepada puluhan wartawan yang juga
penasaran ingin melihat wajah Imam Samudera. ''Sekitar
lima menit Lulu menatap dari kejauhan, dan dia
mengatakan benar bahwa lelaki itu adalah kakaknya. Dia
sempat kaget karena tidak menyangka (kakaknya) menjadi
tersangka kasus peledakan bom di Bali,'' ungkap Qadar
yang sudah secara resmi menjadi pengacara Imam
Samudera. 

Ungkap Pelaku 

Sementara itu, Wakil Presiden Hamzah Haz berharap
dengan ditangkapnya Imam Samudera akan menjadi kunci
untuk mengungkap keberadaan Jamaah Islamiyah (JI) di
Indonesia dan siapa sesungguhnya pelaku peledakan bom
Bali. Sebab, selama ini Samudera diduga sebagai aktor
utama di balik peledakan bom 12 Oktober yang
menewaskan lebih dari 80 orang. Hamzah yang dicegat
usai memimpin rapat DPP Partai Persatuan Pembangunan
(PPP) di Jakarta, Jumat (22/11), menyambut baik
ditangkapnya Samudera di Merak, Jawa Barat, Kamis
(21/11) petang. S

ecara pribadi dia menyampaikan penghargaan kepada
polisi yang berhasil menangkap orang yang
disebut-sebut sebagai dalang peledakan bom Bali dan
bom malam Natal 2000 tersebut. ''Kita berikan
appreciate pada kepolisian yang telah berhasil
menangkap Imam Samudera. Peranan Imam ini sangat
penting sekali. Diharapkan dari tertangkapnya Samudera
dapat mengungkap jaringan-jaringan yang memang
berkaitan dengan Jamaah Islamiyah. Itu yang perlu,''
ujarnya. 

Walaupun demikian, dia mengingatkan, tugas polisi
hanya sampai pada tahap penyelidikan dan penyidikan.
Salah-benarnya nanti akan terbukti di pengadilan.
''Karena selama ini yang dianggap menjadi aktornya
adalah Samudera, maka dengan tertangkapnya dia, kita
pegang kuncinya,'' tandas Hamzah. 

Hanya 80 Persen 

Sementara itu, Ketua MPR Amien Rais menyatakan 80
persen percaya bahwa pelaku pemboman di Legian, Kuta,
Bali adalah Imam Samudera yang saat ini telah
ditangkap polisi. "Delapan puluh persen saya percaya,
tetapi sisanya skeptisisme," kata Amien Rais menjawab
pers usai membuka seminar ekonomi di Gedung MPR/DPR,
Jumat. 

Ia mengatakan, sikap skeptis perlu ditekankan agar
polisi betul-betul bersungguh-sungguh karena tugas
polisi itu juga berat. "Coba bayangkan kalau setiap
pemboman mulai dari Poso, Jakarta, hingga Medan tidak
pernah ketemu pelakunya, nah sekarang ini mudah
sekali," katanya sambil berharap segera dapat
dilakukan pengusutan terhadap pelaku peledakan bom
Bali yang keji dan biadab itu. "Sekarang jangan
berburuk sangka pada polisi. Yang perlu diminta adalah
agar Kapolri betul-betul transparan dalam penyelidikan
ini, publik harus diberi hak informasi sepenuhnya,"
kata Amin menegaskan. 

Fitnah 

Sementara, mantan Kepala Badan Koordinasi Intelijen
Nasional (Ka Bakin), Letjen (purn) Zaeni Ashar (ZA)
Maulani, menilai peledakan bom di Legian, Kuta, Bali,
12 Oktober lalu merupakan bentuk fitnah dari negara
lain. Bertujuan untuk mengingatkan Indonesia bahwa di
negeri ini ada teroris. Selain itu untuk memaksa
Indonesia bersikap tegas terhadap gerakan terorisme.
Juga untuk mendesak Indonesia masuk organisasi
bangsa-bangsa untuk memerangi teroris internasional. 

Sementara itu Amerika Serikat, menurut tokoh yang
lahir 6 Januari 1939 itu, menganggap kaum teroris
adalah ormas-ormas Islam yang fundamentalis. Tujuan
lain dilakukannya pengeboman untuk mengukuhkan
pengaruh dan kekuasaan AS di Indonesia. Ternyata, kata
dia, melalui stimulasi peledakan bom di Bali itu
pancingan AS berhasil. Terbukti saat ini banyak
pejabat yang mengeluarkan pernyataan bahwa di negara
kita ada teroris. Padahal sebelumnya pejabat Indonesia
menyatakan bahwa di Indonesia tidak ada teroris maupun
jaringan Al Qaedah. 

Sebagai bukti lain keberhasilan teror bom Bali,
pemimpin Pondok Pesantren Al-Mukmin, Ngruki,
Sukoharjo, Ustaz Abu Bakar Ba'asyir ditangkap. Kecuali
itu beberapa pondok pesantren juga diobok-obok. ''Ini
semua untuk memfitnah kita. Karena sebenarnya Islam
melarang umatnya membunuh orang lain,'' tegasnya. ZA
Maulani memaparkan hal itu ketika memberi ceramah umum
tentang terorisme di Auditorium Universitas
Muhammadiyah Purworejo (UMP), Kamis ((21/11). 

Tinggal di Australia 

Sementara itu, Pemerintah Australia Jumat kemarin
menyatakan, seorang pria Indonesia yang punya kaitan
dengan kelompok militan Jamaah Islamiyah (JI) kini
tinggal di Australia. Philip Ruddock, juru bicara
Kementerian Imigrasi, mengatakan, sepuluh orang yang
punya kaitan dengan kelompok radikal Asia Tenggara
tersebut meminta suaka pada 1990-an lantaran mereka
akan dihukum di Indonesia, tetapi sembilan ditolak dan
seorang diterima tinggal di Australia. Orang itu
diberi jaminan tempat tinggal permanen dan hidup di
Australia secara sah. 

Beberapa saat sebelumnya Pemerintah Australia
menyatakan, dua dari pencari suaka yang gagal itu
masih berkeliaran di Australia. Mereka telah melebihi
batas waktu visa dan sedang dicari oleh para petugas
Imigrasi Australia. Namun Ruddock kemudian mengatakan,
catatan yang ada menunjukkan semua kecuali salah
seorang dari sepuluh orang tersebut telah meninggalkan
Australia antara 1997 dan 2001. 

''Petugas telah memeriksa semua nama dan menegaskan
hanya satu orang yang tetap tinggal di Australia.
Orang itu punya visa tinggal,'' kata juru bicara
tersebut pada Reuters. Bulan lalu Australia memasukkan
JI ke dalam daftar ''organisasi teroris'' terlarang.
Setiap aktivitas melatih, mendanai, merekrut, atau
menjadi anggota kelompok tersebut dikategorikan
sebagai tindakan kriminal. 

Kelompok itu, yang diyakini punya kaitan dengan
jaringan Al Qaedah pimpinan Usamah bin Ladin, diduga
terlibat dalam pengeboman Bali 12 Oktober. Ruddock
mengatakan, pria itu tidak memperoleh status suaka,
tetapi dikualifikasi mendapat ''amnesti tak resmi''
karena mempunyai kemampuan dasar, termasuk kemampuan
berbahasa Inggris. Dia mengatakan, ada kemungkinan
Imigrasi mendeportasi pria tersebut jika dia dipandang
berisiko bagi keamanan Australia. ''Penilaian buruk
dari segi keamanan dapat mengarah pada pembatalan
status kependudukannya, namun itu bukan wewenang
kami,''kata dia. 

Organisasi Intelijen dan Keamanan Australia (ASIO)
bertugas menilai apakah seseorang yang tinggal di
Australia berbahaya bagi keamanan. Menlu Alexander
Downer mengatakan, Australia masih khawatir
jangan-jangan ada orang-orang Jamaah Islamiyah yang
tinggal di Australia. ''Kami tetap khawatir beberapa
orang yang tinggal di Australia punya hubungan dengan
Jamaah Islamiyah dan melalui Jamaah Islamiyah juga
mungkin berhubungan dengan Al Qaedah,'' kata dia
kepada wartawan. 


=====
Milis bermoderasi, berthema 'mencoba bicara konstruktif soal Indonesia' dapat diikuti di http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/
Tulisan Anda juga ditunggu di http://www.mediakrasi.com (jadilah editor untuk koran online ini)
Juga mampirlah untuk ketawa ala Suroboyoan di
http://matpithi.freewebsitehosting.com

__________________________________________________
Do you Yahoo!?
Yahoo! Mail Plus – Powerful. Affordable. Sign up now.
http://mailplus.yahoo.com