[Nusantara] Indonesia, Makin Ancur-ancuran

Gigih Nusantara gigihnusantaraid@yahoo.com
Tue Nov 26 04:24:09 2002


Indonesia, Makin Ancur-ancuran

Negeri yang katanya memiliki penduduk yang
ramah-tamah, baik budi bahasanya, santun dalam
bertingkahlaku, menjunjung tinggi ajaran agama, tidak
menyukai kekerasan, toleransi dengan simbol Bhineka
Tunggal Ika, ternyata menyimpan bakat mengerikan. Dan
inilah negeri yang entah begitu tega untuk
menghancurkan dirinya sendiri.

Bom Bali, yang disebut pelakunya, si Imam Samudra,
sebagai perjuangan suci (sigh !), melengkapi deaftar
panjang dari perilaku biadab yang sama sekali jauh
dari perikemanusiaan, yang bisa dicatat bagi bangsa
ini sepanjang sejarahnya. Peristiwa pembunuhan
besar-besaran pada peristiwa Gestapu, lalu diikuti
dengan peristiwa 'petrus' yang meninggalkan
korban-korbannya di sembarang tempat, hanya dengan
label kertas bertali yang diikatkan di jempol kaki
korban. Meski banyak yang tewas adalah para
bromocorah, tetapi saat itu juga merupakan kesmepatan
untuk menyingkirkan lawan.

Gambar-gambar biadab, seperti kepala yang terlepas
dari tubuh dan ditusukkan di pagar rumah, atau
ditenteng sepanjang jalan keliling kota, menambah
kengerian yang melihat, seraya menambah cap bagi
bangsa ini sebagai negara yang biadab.

Penggunaan lambang-lambang agama, untuk saling
bertikai dengan korban ribuan orang semakin membuat
orang tak habis pikir, dan mengerti, apa nian semangat
yang ada di dalam sanubari warga bangsa yang sudah
bobrok ini gerangan. Pun serangkaian perampokan yang
sangat kejam, dan berujung di serangkaian teror bom
sepanjang 2-3 tahun belakangan ini, semakin melengkapi
julukan sebagai bangsa biadab saja. Manakah bangsa
yang pernah menyebut dirinya sebagai bangsa yang
ramah-tamah, baik budi bahasanya, santun dalam
bertingkahlaku, menjunjung tinggi ajaran agama, tidak
menyukai kekerasan, toleransi dengan simbol Bhineka
Tunggal Ika

Gambaran buruk mengenai bangsa ini telah menambah
beban yang semakin berat, untuk sebuah negara yang
compang-camping seperti saat ini. Ketidaktaatan kepada
hukum formal sedemikian mengemuka, sehingga orang tak
tau pasti akan menggunakan standar yang manakah untuk
bisa berkomunikasi dengan bangsa ini.

Gambaran buruk bangsa ini juga semakin diperparah
dengan kasus-kasus korupsi yang bahkan semakin besar
justru di tengah kampanye anti KKN berlangsung.
Beberapa tokoh bahkan melakukan 'money game', dengan
menggunakan suara dan pengaruhnya untuk berpendapat
yang keras, melawan, hanya untuk menaikkan 'nilai
tukar' mereka. Siapa yang suaranya paling keras akan
memperoleh 'uang diam' yang lebih besar. Maka
berlombalah mereka bersuara saling keras-mengerasi.

Indonesia memang berhasil memperoleh liputan luas di
media-media luar negeri, tetapi itu bukanlah sebuah
public-relation yang menguntungkan bangsa ini. Sebab
yang muncul adalah berita-berita buruk, tak bermoral,
biadab, dan bangsa yang tidak taat hukum. Jika
Ingggris terkenal dengan semboyannya yang 'rules the
waves', maka Indonesia sangat pantas untuk berjuluk
'waves the rules'.

Toleransi, yang seharusnya merupakan pengejawantahan
semboyan negeri ber-Pancasila ini, 'Bhineka Tunggal
Ika', ternyata kosong di tataran penerapannya. saling
sikut, dan mengabaikan hak-hak pihak lain, lebih
mengedepankan kepentingan diri sendiri (dan
kelompoknya) senantiasa muncul sebagai berita
(makanan) sehari-hari. Bahkan hingga masuk ke ruang
privat, persoalan agama. Ruang di mana itu adalah
tempat kita berkontemplasi dengan Khalik secara
pribadi telah diusik dengan suara-suara keras,
hardikan, makian, dan pengkafiran. Toleransi adalah
omong kosong, ternyata.

Di tengah keterpurukan ekonomi saat ini, harga manusia
Indonesia memang semakin murah. Hanya dengan
iming-iming senilai 10-20 ribu saja, sudah bisa
memperoleh ratusan massa yang siap bergerak, dan
melakukan apa saja sesuai order yang membiayainya.
Bahkan salah satu perusahaan milik Tommy, dengan
enteng mengeluarkan uang sampai 12-milyar rupih, hanya
karena marah kepada Gus Dur ketika menjadi presiden,
dengan anggapan telah menyengsarakan boss-nya.
Bayangkan, dengan harga hanya 10-20 ribu, bisa dapet
berapa untuk melakukan demonstrasi, yang notabene
tidak mereka mengerti tujuannya itu?

Lucunya, Indonesia juga menjadi pemasok massa
demonstran hingga ke luar negeri, seperti di Malaysia
beberapa waktu lalu, di mana massa demonstran
pendukung Anwar Ibrahim dan Mahathir bertemu, dan
saling menyapa, karena mereka bertentanggaan di
Jakarta. Dengan alasan itu pula, bagaimana beberapa
kalangan meminta penundaan pemilu yang baru lalu,
karena kuatir terjadinya pembelian suara yang
gila-gilaan. Lumayan, 10 ribu, hanya untuk nyoblos
partai tertentu.

Sudah begitu, temperamen panas dan asal njeplak ini
juga sudah banyak menular, karena banyak elite bangsa
ini yang juga suka menebar omongan racunnya, yang
gilanya malah memperoleh porsi besar oleh kalangan
media masa. bangsa yang cepat naik darah ini juga
sangat anti kritik. Siapa saja yang tidak segaris,
maka mereka adalah musuh.

Dengan kondisi seperti itu, entah sampai kapan bangsa
ini berhasil membangun negaranya. Kepercayaan pihak
lain hanya setipis kulit bawang, dan itu pun sudah
koyak di sana-sini. Jika kita hentikan semua itu saat
ini saja, masih perlu waktu 1 generasi lagi untuk
benar-benar bangkit, sebab generasi yang hidup saat
ini sudah sangat berat kontaminasinya. Juga generasi
bangsa lain yang sudah terlanjur tidak percaya kepada
bangsa ini. Itu jika kita menyadari dan menghentikan
semuanya saat ini. Bagaimana kalau masih akan terus
berlarut, sampai 5-10 tahun ke depan? Atau makin
parah, misalnya? Entahlah...

PS. Khusus untuk milis ASU saya tambahi dengan 'Yok
opo rek.....' supaya tidak dikritik sama Risyanto

=====
Milis bermoderasi, berthema 'mencoba bicara konstruktif soal Indonesia' dapat diikuti di http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/
Tulisan Anda juga ditunggu di http://www.mediakrasi.com (jadilah editor untuk koran online ini)
Juga mampirlah untuk ketawa ala Suroboyoan di
http://matpithi.freewebsitehosting.com

__________________________________________________
Do you Yahoo!?
Yahoo! Mail Plus - Powerful. Affordable. Sign up now.
http://mailplus.yahoo.com