[Nusantara] Lukman Hadibroto: Mega-Hamzah Bermain Isu Terorisme

Gigih Nusantara gigihnusantaraid@yahoo.com
Fri Oct 4 06:01:12 2002


Mega-Hamzah Bermain Isu Terorisme
Oleh Lukman Hadibroto *

Jika kita amati seksama, Presiden Megawati dan Wakil
Presiden Hamzah 
Haz
memiliki perbedaan yang kontras dan tajam dalam
menyikapi isu terorisme 
yang
dilontarkan AS.

Megawati diam seribu bahasa bahkan menuai kecaman dari
kalangan Islam 
yang
menuding putri Bung Karno itu sengaja menjual
bangsanya untuk kaki 
tangan
Amerika. Sebaliknya, Hamzah bersikap garang pada isu
terorisme.

Hamzah bahkan sangat keras terhadap AS. Dia
terang-terangan menyatakan 
tidak
akan menangkap pimpinan Majelis Mujahiddin Indonesia
(MMI) Abu Bakar 
Ba’
asyir yang dituduh AS sebagai teroris tanpa bukti yang
jelas. Ketua 
umum PPP
itu akan pasang badan jika AS memaksa menangkap
Ba’asyir. "Tangkap saya 
dulu
jika mau menangkap Ba’asyir," kata Hamzah.

Beda yang lain antara presiden dan Wapres ialah jika
Megawati belum 
pernah
menerima kedatangan tokoh-tokoh Islam yang dituduh AS
sebagai kaki 
tangan Al
Qaidah, Hamzah justru sebaliknya. Hamzah tanpa beban
dan tanpa rasa 
takut
apa pun menerima kehadiran Ba’asyir, Ja’far Umar
Thalib, dan 
lain-lainnya.

Mana Sikap Pemerintah?

Dengan seabrek perbedaan antara Presiden Megawati dan
Wapres Hamzah 
dalam
menyikapi isu terorisme yang dilontarkan AS itu, akan
muncul 
pertanyaan,
yang mana sikap pemerintah? Diam seribu bahasa
-cenderung membiarkan AS
mengobok-obok RI dengan tudingan sebagai negara sarang
teroris- yang
diperlihatkan Megawati ataukah sikap garang membela
kalangan Islam 
legal
yang ditunjukkan Hamzah?

Jawaban atas pertanyaan ini ialah dua-duanya -sikap
diam Megawati dan 
sikap
garang Hamzah- bukan representasi sikap resmi
pemerintah. Sikap 
pemerintah
cenderung diwakili Menko Polkam Susilo Bambang
Yudhoyono yang amat
hati-hati. Seperti diketahui, dalam kehati-hatiannya,
Susilo menyikapi 
isu
terorisme cenderung moderat. Tak menolak begitu saja
tudingan AS, 
tetapi tak
serta merta membebek AS untuk begitu saja menangkap
tokoh-tokoh Islam 
yang
dituduh teroris.

Sikap diam Megawati sesungguhnya mencerminkan kehendak
partainya, PDIP, 
yang
dengan diam itu bermotif "sekali mendayung dua-tiga
pulau terlampaui."

Dengan kata lain, sikap diam Megawati terhadap isu
teroris yang 
ditiupkan
AS, di satu pihak, memang berarti membiarkan isu "made
in Washington" 
itu
berkembang sistematis menerpa kelompok-kelompok Islam
formal dan legal.
Tujuannya tentu saja agar kelompok-kelompok Islam
tersebut secara 
politik
menjadi termarginalisasi.

Mengapa? Kelompok-kelompok Islam yang dituduh AS
sebagai kaki tangan Al
Qaidah pimpinan Usamah Bin Laden di Asia Tenggara itu
selama ini 
dikenal
sebagai kelompok garis keras dalam menentang
kepemimpinan Megawati.
Menjelang SU MPR Oktober 1999 untuk memilih presiden,
Ba’asyir, Habib
Risieq, Ja’far Umar Thalib, dan Zainuddin M.Z. -kini
mendirikan PPP
Reformasi sebagai sempalan PPP pimpinan Hamzah-
bau-membahu dengan 
sikap
resmi PPP menentang keras pencalonan Ketua Umum PDIP
Megawati (sebagai
pemenang pemilu) menjadi presiden.

Seperti diketahui, mereka menentang pencalonan
Megawati dengan dalih
syariat. Yakni, perempuan tidak boleh menjadi presiden
dalam negara 
yang
mayoritas penduduknya muslim.

Di pihak lain, dengan sikap diam yang membiarkan isu
teroris menerpa
kelompok Islam, maka jika mereka (kelompok Islam itu)
menjadi 
terlemahkan
secara politik, hal itu akan melapangkan jalan bagi
Megawati untuk
mempertahankan kekuasaannya melalui Pemilu 2004.

Tim sukses Megawati sadar betul -tanpa meremehkan
kekuatan politik 
lain-
kelompok Islam-lah yang secara ideologis menjadi
penghadang serius 
upaya
presiden mereka untuk meneruskan kekuasaannya pada
periode kedua 
melalui
Pemilu 2004.

Jadi, jika disimak, sesungguhnya dengan sikap diam
terhadap isu teroris 
itu,
Megawati memang ingin meraih keuntungan politik untuk
mewujudkan agenda
politiknya, yakni terpilih kembali menjadi presiden RI
pada 2004.

Sikap Keras Hamzah

Sikap keras Wapres Hamzah Haz juga bukan sikap resmi
pemerintah, akan 
tetapi
merupakan representasi agenda politik ketua umum PPP
itu menuju Pemilu 
2004.
Pembelaan mati-matian Hamzah terhadap
kelompok-kelompok Islam formal 
dan
legal -oleh AS disebut Islam radikal- yang dituduh
teroris itu pada 
dasarnya
merupakan kehendak dia dan partainya, PPP, untuk
memperkuat ikatannya 
dengan
salah satu konsituennya.

Bagaimana pun perolehan suara PPP sehingga menjadi
partai pemenang 
ketiga
dalam Pemilu 1999, salah satunya berasal dari massa
organisasi Islam 
formal
dan legal itu.

Karena itu, sangat tidak produktif bagi PPP jika,
misalnya, Hamzah
ikut-ikutan diam terhadap isu terorisme yang
dilontarkan AS. Jika kelak
massa kelompok Islam yang dituduh AS teroris itu
kecewa terhadap 
Hamzah,
salah satu kantong suara PPP akan lepas.

Dalam konteks ini, menarik untuk memberikan catatan
terhadap perbedaan
sangat tajam antara Megawati dan Hamzah dalam
menyikapi isu terorisme.
Intinya ialah presiden dan Wapres itu sesungguhnya
tengah bersaing 
memainkan
bola panas isu terorisme menurut versi kepentingan
masing-masing untuk
meraih keuntungan politik sendiri-sendiri. Megawati
ingin 
mempertahankan
kekuasaannya. Sebaliknya, Hamzah ingin merebutnya:
menjadi presiden 
keenam
RI melalui Pemilu 2004.
*. Lukman Hadibroto MSc, kandidat doktor ekonomi
politik di Universitas
California, Berkeley, AS


=====
Milis bermoderasi, berthema 'mencoba bicara konstruktif soal Indonesia' dapat diikuti di http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/
Juga mampirlah untuk ketawa ala Suroboyoan di
http://matpithi.freewebsitehosting.com

__________________________________________________
Do you Yahoo!?
New DSL Internet Access from SBC & Yahoo!
http://sbc.yahoo.com