[Nusantara] ”Amerika nggebyah uyah...”

gigihnusantaraid gigihnusantaraid@yahoo.com
Fri Oct 4 08:12:23 2002


"Amerika nggebyah uyah..."




Pengamat masalah politik dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Drs H 
Totok 
Sarsito MA SU, menyebut tudingan yang dilontarkan Amerika Serikat 
(AS) 
mengenai teroris di Indonesia sejauh ini baru berdasar asumsi.

Hal itu muncul akibat dari rasa takut berlebihan negara itu terhadap 
bayangannya sendiri yang bersikap tidak adil terhadap Islam.
Dosen Politik Internasional yang juga Pembantu Rektor III UNS ini, 
Kamis 
(26/9) mengatakan bahwa sejak peristiwa 11 September 2001 silam ada 
ketakutan yang luar biasa pada diri masyarakat AS, termasuk para 
pemimpinnya. "Mereka begitu khawatir bahwa peristiwa seperti itu 
akan 
terulang," katanya.
Celakanya, lanjut dia, yang dipahami oleh AS pelakunya adalah 
orang-orang 
Arab yang beragama Islam dan mempunyai rasa antipati terhadap 
Amerika. 
"Nah 
dengan asumsi seperti itu, mereka kemudian nggebyah uyah (memukul 
rata) 
bahwa orang Islam yang benci AS pasti mendukung para teroris dan 
harus 
dimusnahkan," papar Totok Sarsito.
Totok mengatakan, fakta memang menunjukkan bahwa orang Islam banyak 
yang 
tidak suka kepada AS karena sikapnya sangat tidak adil kepada Islam.
"Kebijakan politik AS yang berstandar ganda dalam masalah Palestina, 
Irak, 
Iran maupun Afghanistan membuat masyarakat Islam memang tidak suka 
kepada 
AS. Pembelaan mereka terhadap Israel juga semakin mengukuhkan 
kebencian 
masyarakat muslim kepada sepak terjang mereka," papar Totok.
Kebencian terhadap AS, lajut dia, sebenarnya bukan berarti seseorang 
harus 
mendukung atau menjadi teroris. "Nah di sinilah letak kekeliruan AS 
dalam 
menilai seseorang, pergerakan atau kelompok muslim," paparnya.
Dosen di FISIP UNS ini juga mengatakan bahwa sekarang ini ada 
kecenderugan 
intelejen AS dalam memberikan informasi berkait dengan terorisme 
tidak 
akurat.
"Informasi yang mereka sampaikan setengah-setengah dan mereka juga 
tidak 
mempunyai pemahaman yang benar terhadap Islam itu sendiri. Mereka 
tidak 
tahu 
persis komunitas Islam serta hakikat Islam itu bagaimana. Dengan 
kondisi 
seperti itu, mereka kemudian cepat sekali menarik kesimpulan 
sehingga 
menurut saya apa yang mereka sampaikan menjadi keliru," lanjut Totok 
Sarsito.
Ditanya soal tudingan AS terhadap Abu Bakar Ba'asyir yang juga 
dianggap 
sebagai orang yang tahu dan terkait dengan jaringan Teroris, Totok 
sekali 
lagi menyebut itu sebagai kelemahan intelijen AS. Selama ini, kata 
dia, 
Abu 
Bakar Ba'asyir memang memperlihatkan kecenderungan yang anti-AS.
"Tetapi sekali lagi saya tegaskan, orang yang anti-AS itu bukan 
berarti 
pendukung atau teroris. Dalam hal sepertti itu, mestinya AS 
mempunyai 
bukti 
yg konkret tidak sekadar asumsi-asumsi."
Berkait dengan tudingan AS itu, Totok kemudian mengatakan, 
seharusnya 
aparat 
keamanan di Indo-nesia melakukan konfirmasi dan cross check.
"Apa iya di dalam unsur masyarakat kita ada orang-orang yang 
digolongkan 
sebagai teroris? Buktinya apa?"
Namun Totok meminta agar penjelasan atas semua itu tidak berdasar 
pada 
asumsi-asumsi, tapi harus ada tindakan dan bukti-bukti konkret.
Selain langkah seperti itu, menurut Totok, Pemerintah RI harus 
proaktif, 
artinya tidak membiarkan tuduhan-tuduhan yang dilontarkan AS itu 
berlalu 
begitu saja. "Harus ada sanggahan-sanggahan dan penjelasan kepada 
AS," 
paparnya.
Menurut Totok, jika AS terus saja membuat pernyataan atau bahkan 
propaganda-propaganda yang memojokkan umat Islam maka hal itu akan 
justru 
akan semakin berbahaya dan bisa menjadi bumerang bagi AS.
"Karena rasa keadilan umat Islam akan terusik dan jika sudah terjadi 
demikian, hal itu bisa berbalik merugikan AS sendiri dan akibatnya 
akan 
semakin tidak baik,"katanya.
Pada bagian lain, Totok memuji langkah Majelis Ulama Indonesia (MUI) 
yang 
telah melakukan pendekatan kepada AS untuk berdialog sehingga ada 
persepsi 
yang sama.
"Paling tidak Dubes bisa memberi penjelasan kepada pemerintahnya 
bahwa 
Islam 
itu tidak seperti yang mereka gambarkan atau bayangkan selama ini." -
 
mul