[Nusantara] Solopos : Solo jadi sarang teroris? Ah, yang benar saja...

gigihnusantaraid gigihnusantaraid@yahoo.com
Fri Oct 4 08:12:14 2002


Solo jadi sarang teroris? Ah, yang benar saja...

Dalam beberapa hari ini, Kota Solo yang ayem tentrem kembali menjadi 
sorotan 
dunia internasional. Sejumlah ulama di Solo, dituding memiliki 
hubungan 
khusus dengan jaringan terorisme internasional Al-Qaeda, yang saat 
ini 
tengah diburu oleh Pemerintah Amerika Serikat (AS). Salah satu tokoh 
yang 
disebut-sebut memiliki hubungan itu adalah Ustadz Abu Bakar 
Ba'asyir, 
pengasuh Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki. Sejauh mana kebenaran 
tersebut 
dan ada maksud apa di balik itu? Berikut ulasan wartawan SOLOPOS, 
Farid 
Achmadi, yang diolah dari berbagai sumber.

Bermula dari laporan utama Majalah Time edisi 23 September 2002 
pekan 
lalu 
yang mengulas soal penangkapan Omar Al-Faruq oleh pemerintah Amerika 
Serikat, maka persoalan terorisme kembali mengusik masyarakat muslim 
Indonesia dan lebih khusus lagi warga Solo dan sekitarnya.
Seperti dikutip majalah terkemuka itu, Omar Al-Faruq kabarnya 
membeberkan 
soal beragam rencana teror di wilayah Asia Tenggara dan me-nyinggung 
nama 
Abu Bakar Ba'syir yang notabane wong Solo. Isu pun kemudian 
berkembang 
bahwa 
Solo dan sekitarnya adalah salah satu sarang teroris.
Cap seperti itu, tentu saja membuat sejumlah tokoh gerakan Islam di 
Indonesia, termasuk Kota Solo, dalam beberapa hari terakhir menjadi 
gerah. 
Sebab hal itu adalah untuk kali yang kesekian pemerintah Amerika 
Serikat 
mengeluarkan propaganda tanpa alasan, yang mengarah tudingan bahwa 
jaringan 
Al-Qaeda -yang dituduh menghancurkan menara kembar WTC dan Gedung 
Pentagon 
11 September 2001 silam- kini mulai masuk ke Indonesia.
Majalah internasional Time yang menurunkan pengakuan Umar Al-Faruq, 
seorang 
"tersangka teroris" yang diadili di AS tentang kegiatan Al-Qaeda di 
Indonesia itu bahkan disebut-sebut dua kali berniat akan membunuh 
Presiden 
Megawati Soekarnoputri. Atas bocoran interogasi CIA itu memang 
kemudian 
membuat pandangan dunia langsung disorotkan ke Indonesia, khususunya 
Kota 
Solo, karena salah satu tokoh Islam yang dituding itu berada di Kota 
Bengawan ini.
AS sudutkan Islam
Dalam pandangan anggota Dewan Syuro Front Pemuda Islam Surakarta 
(FPIS), 
Ustad Drs Warsito Adnan, tudingan itu hanya merupakan bagian dari 
skenario 
negara adikuasa itu untuk menyudutkan gerakan Islam di Indonesia, 
terutama 
gerakan yang selama ini dianggap fundamentalis.
Gerakan fundamentalis tersebut, jelas Warsito, adalah kelompok yang 
memiliki 
komitmen untuk menegakkan syariat Islam. "Tujuan utama mereka (AS) 
hanya 
untuk menghancurkan gerakan Islam, tidak hanya di Indonesia, tetapi 
di 
seluruh dunia," tegas Warsito.
Tuduhan memiliki jaringan dengan Al-Qaeda sendiri, lanjut dia, hanya 
trik-trik busuk AS dalam upaya mengarahkan tujuannya 
tersebut. "Mereka 
berusaha menghubung-hubungkan dengan berbagai alasan," lanjutnya.
Lantas mengapa Kota Solo yang menjadi sasaran? Warsito berpendapat 
bahwa hal 
itu karena beberapa sebab. Pertama, selama ini Solo memang paling 
gencar 
dengan gerakan-gerakan anti-AS, terutama kebijakan AS terhadap 
negara-negara 
Islam, mulai dari pendudukan di Palestina, penyerangan terhadap 
Afghanistan, 
Irak, dan lain-lain.
Dibanding kota lain, menurut Warsito, frekuensi gerakan yang 
dilakukan 
tidak 
sebanyak di Kota Solo. "Gerakan itu tidak hanya dilakukan di Kota 
Solo 
saja, 
tetapi juga di Ibukota negara RI, Jakarta. Sepanjang catatan, dalam 
satu 
tahun untuk FPIS saja tak kurang 78 aksi kami lakukan dan selalu 
dalam 
jumlah besar," kata dia seraya menyebut massa FPIS berjumlah tak 
kurang 
dari 
12.000 orang.
Alasan kedua, lanjutnya, Kota Solo merupakan kota yang memunculkan 
penerapan 
syariat Islam kali pertama. Beberapa aksi maupun tablig akbar yang 
dilakukan 
juga mendukung pelaksanaan syariat Islam itu.
Saat disinggung mengapa yang dituju selalu Ustad Abu Bakar Ba'asyir, 
Warsito 
berpendapat karena sosok Ba'asyir merupakan deklarator pelaksanaan 
syariat 
Islam di Indonesia. "Beliau juga yang pertama menentang asas tunggal 
Pancasila pada masa pemerintahan Orde Baru. Jadi, dengan alasan itu, 
mereka 
menuduh beliau mempunyai jaringan teroris. Padahal itu sama sekali 
tidak 
benar," ujarnya.
Analisis yang sama juga disampaikan oleh Imam Besar Front Pembela 
Islam 
(FPI) Jakarta, Ustad Habib Muhammad Rizieq Syihab. Saat menghadiri 
tablig 
akbar di Gedung Batari Rabu (25/9) lalu, Rizieq menyebut bahwa 
tuduhan 
itu 
merupakan rekayasa CIA untuk menghancurkan dunia Islam, termasuk 
rencana 
pembunuhan terhadap Presiden RI Megawati Soekarnoputri.
"Saat ini mereka sedang mengkondisikan isu tersebut hingga ke 
pelosok 
daerah, karena mereka melihat pendukung Megawati banyak di lapisan 
bawah," 
kata Rizieq.
Apabila isu itu sudah menguat, baru mereka merealisasikan rencana 
itu. 
"CIA 
punya banyak pasukan terlatih dengan dukungan persenjataan lengkap. 
Apa 
susahnya melaksanakan rencana itu," ujarnya.
Setelah terwujud, AS berharap ada perang saudara dan mereka akan 
membuat 
propaganda bahwa gerakan Islam di Indonesia memang harus ditumpas.
Cara terbodoh CIA
Sedang Achmad Abu Yazid, salah seorang tokoh gerakan Islam di Solo 
menilai 
tuduhan yang menyebut Kota Solo sarang teroris adalah cara terbodoh 
CIA 
untuk mendiskreditkan Islam. Menurut Amak, demikian dia biasa 
disapa, 
Kota 
Solo yang begitu kondusif dengan simbol Keraton Kasunanan dan Pura 
Mangkunegaran, sangat tidak mungkin digunakan sebagai sarang 
teroris. 
"Pemerintah AS sudah kehabisan akal untuk mencari cara bagaimana 
membungkam 
gerakan Islam di Indonesia, sehingga melontarkan isu murahan itu," 
kata 
Amak.
Amak yang juga salah satu pendiri FPIS itu menilai tuduhan Solo 
sebagai 
sarang teroris merupakan bukti ketakutan pemerintah AS setelah kabar 
adanya 
sweeping terhadap turis AS beberapa bulan lalu.
"Padahal saat itu sama sekali tidak ada sweeping dan hanya 
mendatangi 
hotel 
saja untuk mendata mereka. Ketakukan mereka kembali terulang dengan 
penutupan Kedubes AS di Jakarta ataupun Konjen di Surabaya," 
tandasnya. 
- 
wartawan SOLOPOS, Farid Achmadi,