[Nusantara] Bukti Terorisme Ada Di Indonesia
gigihnusantaraid
gigihnusantaraid@yahoo.com
Fri Oct 18 09:24:51 2002
Bukti Terorisme Ada Di Indonesia
Senin, 14 Oktober 2002
Presiden Megawati Soekarnoputri menyalami salah seorang korban
ledakan
bom
yang dirawat di RS Sanglah, Denpasar, Bali, Minggu (13/10).
(Antara/Setpres)
JAKARTA (Suara Karya): Aksi peledakan bom di depan Diskotek Sari Club
di
kawasan wisata Legian, Kuta (Bali) merupakan terbesar sepanjang
sejarah
perjalanan bangsa Indonesia. "Selain terbesar, ini aksi teror paling
biadab," kata Kapolri Jenderal Da'i Bachtiar ketika meninjau lokasi
kejadian
dan tempat penampungan jenazah para korban di RSUP Sanglah Denpasar,
Minggu
kemarin.
Karena itu, Ketua Umum DPP Partai Golkar Akbar Tandjung menyatakan
bahwa
Partai Golkar menyampaikan duka-cita mendalam terhadap para keluarga
korban
ledakan bom di Bali ini. "Kami mengutuk, sangat prihatin, bersedih,
dan
menyesalkan peristiwa yang sangat keji itu," katanya di Balikpapan,
kemarin.
Pernyataan senada juga dikemukakan Ketua DPP Partai Golkar Theo L
Sambuaga.
"Kita mengutuk keras tindakan teror yang membabi-buta dan telah
menghilangkan nyawa orang-orang yang tidak bersalah ini," ujarnya di
Jakarta, Minggu.
Menurut Kapolri, ledakan bom yang dia sebut sebagai dilakukan para
penjahat
dan teroris itu pernah terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Namun
yang
meletus di Bali Sabtu akhir pekan ini merupakan yang terbesar.
Ditanya tentang dugaan pelakunya, Kapolri menyebutkan bahwa itu jelas
aksi
teroris yang cukup terkoordinasi dengan matang. "Mengenai apakah itu
teroris
dalam negeri atau internasional, masih harus dilakukan penyelidikan
dan
penelitian lebih lanjut di lapangan," ujarnya.
Kapolri juga mengatakan bahwa munculnya peristiwa yang merenggut
ratusan
korban tewas dan luka-luka di Legian ini menunjukkan bahwa penilaian
yang
menyebutkan Indonesia bebas dari teroris adalah tidak benar.
Dalam kesempatan terpisah, Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono juga
menyatakan bahwa peledakan bom di Bali ini merupakan perbuatan teroris
biadab. "Karena korbannya tidak pandang bulu, luas, serta demikian
banyak,"
katanya di Bandung, kemarin.
Yudhoyono menyatakan bahwa begitu terjadi peristiwa mengerikan itu,
sistem
pemerintahan langsung bekerja. "Kami semua telah melakukan
langkah-langkah
yang harus dilakukan dan akan terus dilakukan," ujarnya.
Yudhoyono juga menjelaskan bahwa TNI akan melaksanakan langkah-langkah
membantu (back up) kepolisian mengamankan obyek-obyek vital di
seluruh
tanah
air, terutama pengamanan obyek energi. "Menurut informasi, obyek-obyek
energi itu akan menjadi serangan terorisme berikutnya. Mulai yang
paling
barat seperti proyek Arun sampai yang paling timur, yakni proyek
Freeport.
Juga proyek Total di Kalimantan dan lain-lain. Yang penting,
obyek-obyek
vital itu akan ditangani secara baik," katanya.
Menhan Matori Abdul Djalil juga berkeyakinan bahwa peristiwa pemboman
di
Bali ini dilakukan oleh teroris. "Saya yakin teroris ada di Indonesia,
setelah melihat berbagai fenomena - khususnya pemboman di Bali,"
katanya di
Bengkulu, Minggu kemarin.
Itu sebabnya, Menhan Mathori mengajak segenap kekuatan bangsa agar
bersatu-padu dalam menghadapi aksi teroris di Indonesia. Dia juga
mengharapkan agar semua pihak menghilangkan anggapan bahwa isu
terorisme di
Indonesia hanya rekayasa pihak tertentu untuk "menggoyang" bangsa.
"Buktinya
sudah ada dengan terjadinya pemboman biadab di Bali ini," ujarnya.
Matori meminta semua pihak memberikan kesempatan kepada aparat
keamanan
melakukan tindakan terhadap aksi teroris itu. "Kita harus
mempersiapkan
diri
lebih serius lagi dalam menghadapi aksi teroris ini. Salah satu
langkah
yang
diambil pemerintah adalah mengajukan UU Antiteroris," katanya.
Sementara itu, American Embassy Recreation Association (AERA) - tempat
rekreasi milik Kedubes AS - di Jalan Brawijaya IV No 20, Kebayoran
Baru,
Jakarta Selatan, Minggu kemarin mendapat ancaman bom. Menurut
Kapolsek
Metro
Kebayoran Baru Kompol Rudi Antariksawan, ancaman melalui telepon itu
diterima resepsionis dan langsung dilanjutkan ke bagian keamanan.
Pihak
keamanan melaporkan ancaman itu pada polisi.
"Ancaman bom terjadi saat AERA sedang dipenuhi pengunjung.
Selanjutnya
kami
melakukan evakuasi. Tim Gegana Mabes Polri langsung melakukan
penyisiran,
namun tidak ditemukan adanya bom," kata Rudi.
Sementara Akbar Tandjung menilai, pelaku pemboman di Bali adalah
orang-orang
profesional dan sangat mungkin terkait dengan tujuan politik
tertentu.
Dia
melihat banyaknya kasus pemboman di Indonesia, termasuk yang terakhir
di
Bali dan Manado, membuktikan bahwa tudingan Indonesia merupakan salah
satu
basis jaringan terorisme internasional adalah benar.
Aksi pemboman yang keji itu, ucap Akbar, sangat memukul dan
mempermalukan
bangsa Indonesia. Dia memastikan bahwa kasus tersebut akan berdampak
luas,
terutama di bidang ekonomi.
Karena itu, tandas Akbar, tidak ada alternatif lain bagi pemerintah
Indonesia kecuali sungguh-sungguh menyelidiki kasus ini. "Aparat
keamanan
harus serius lagi mengamankan negeri ini agar kasus serupa tak sampai
terjadi lagi," katanya.
Sementara Theo Sambuaga melihat, aksi teror bom di Bali dan Manado
memiliki
hubungan. "Apalagi Bali dan Manado selama ini dikenal sebagai daerah
yang
paling aman. Jadi, ada upaya-upaya untuk mengacaunya," kata Theo.
Aksi pemboman itu, menurut Theo, dimaksudkan untuk mengacau dan
memperburuk
wajah Indonesia di mata dunia. Itu sebabnya dia mengajak seluruh
masyarakat
meningkatkan kewaspadaan agar aksi teror tidak makin merajalela.
(Sat/J-2/S-20/KC-19/ KC-9/K-1/M-1)