[Nusantara] CUEK--->Re: NASIONALISME JAMAN INI

gigihnusantaraid gigihnusantaraid@yahoo.com
Fri Oct 25 04:03:54 2002


CUEK--->Re: NASIONALISME JAMAN INI 
Date: Mon, 21 Oct 2002 18:56:23 +0900 
         
 


----- Original Message ----- 
From: "Oki DZ" <okidz@pindad.com>
Nanti 2004 targetnya berapa...? Apa masih 70% itu?
(Segitu saja, kasihan yang lain... :-)
 > Nah, mumpung masih ada orang edan, maka inilah tawaran
> terakhir untuk tetap mempertahankan NKRI melalui
> penguatan nasionalisme tadi.
Sebenarnya NKRI tidak kuat di mananya sih...?
Timor Timur lepas, apa iya karena persatuan kurang kuat?
Kalau Golkar mampu "mengkuningkan" Indonesia, sebenarnya apa sulitnya
berbuat hal yang sama di Timtim?
Oki
--------------------------

Maaf, saudara-saudara kalau mail ini telat..

Saya tertarik dengan pertanyaan Oki DZ ini
perihal TimTim dihubungkan dengan persatuan
dan kesatuan NKRI dan keberhasilan Golkar
mengkuningkan Indonesia.

Terus terang saja kalau pandangan saya dalam
hal ini singkat saja, sama dengan nama samaran
seorang netter di FID, yaitu karena sikap CUEX!
Ya, bangsa ini memang sangat cuek menanggapi
hal-hal yang mereka rasakan di luar kepentingan diri-
nya sendiri.

3 hari yll saya ke Solo ke rumah seorang teman,
Dosen UNS. Koran Solo Pos yang telah tersaji
di meja memajang besar-besar berita hasil pemilihan
BUPATI KARANGANYAR dengan RINA MENANG,
calon FPDIP TUMBANG; Rekomendasi Megawati
diabaikan! 

Ini meskipun kesannya negatif untuk diri
Megawati sebagai pimpinan umum partai pemenang
pemilu merangkap presiden, saya anggap sebagai
satu contoh sikap CUEK tadi. Betapa tidak,
dari 50 orang anggota DPRD Karanganyar, 26-nya
adalah dari FPDIP. Kemudian fraksi itu memajukan
sepasang calon. Logika kesolidan partai tentunya 
calon itu bakal menang dengan suara dari fraksi
yang mengajukannya saja. Tetapi yang terjadi justru 
pasangan dari FPDIP hanya meraih 11 suara, dan 15 
suara lainnya mendukung pasangan RINA. 

Sementara itu di luaran tersiar kabar bahwa RINA ini
adalah seorang guru SD yang kaya-raya. Lho guru SDN,
naik baby-baez kalau kuliah (dia ambil Ilmu Pendidikan
di S2 UNS) gonta-ganti apa ndak heboh? Kabarnya pula
'suaminya' banyak. Lebih sadis lagi ada yang berkomentar,
dari pada pilih yang dari FPDIP, meskipun sama-sama
dapat 'uang beselan', mendingan pilih RINA, siapa tahu
dapat tambahan bonus 'kue apem'-nya.... Mau nyebut
apa lagi kita?
----------

Ketika saya diantar ke kampus UNS, maka di setiap
perempatan, teman saya itu harus mengeluarkan
cepekan (Rp 100) untuk para pengamen jalanan yang
hanya bermodalkan 'cuk' dan sebatang paku. Tak tanya,
"Lho, Pak, apa setiap kali harus ngasih yang begitu?"
"Kalau ndak ngasih ya beret semua Pak, mobilku ini!"
---
Kita lihat sekarang, bukankah kebiasaan itu gampang di
lihat mata. Pengamen memegang sebatang paku, untuk
apa gunanya? Tetapi adakah kita baik sipil mapupun
petugas memperhatikannya? Adakah kepedulian kita
semua tentang hal ini? Itu sekedar cuek kecil-kecilan
yang akibatnya meluas di akar rumput. Bahwa pengamen
adalah gejala umum dan harus mendapat ceperan duit
receh Rp 100,- meskipun di kala lampu merah, bisa
sampai 4 atau 5 kali pengamen begituan menghampiri
jendela-jendela mobil.
---------

Tentang TIMTIM, ini adalah wujud kecuekan kelas 
tinggi dari bangsa ini. Bangsa yang di luar negeri seharusnya
diwakili oleh para duta-duta besar berkuasa penuh di
negara-negara sekitar Portugal kala itu. 

Menurut cerita seorang mantan menteri Orde Baru, betapa
kala itu baik Dubes maupun staf-nya di negara-negara
dekat Portugal, tidak menguasai benar kondisi di TIMTIM.
Mereka lebih banyak sibuk bertanya-tanya bagaimana
caranya bisa mendatangkan mobil-2 mewah 'built-in'
dari Eropa ke Jakarta. Sementara itu Ramos Horta,
bahkan Uskup Belo, sempat berkoar di tataran internasional,
tidak ada satupun counter-opini dari pihak bangsa ini,
melalui dubes-dubes di sekitar Portugal.

Apalacur?
Horta dan Belo memenangi NOBEL perdamaian, sedang
nagara ini?

Nah, jadi cuek-cuek itu masihkah terus dipelihara?

KDP
-----