[Nusantara] Ba'asyir Akui Kenal Hambali
gigihnusantaraid
gigihnusantaraid@yahoo.com
Tue Oct 29 11:02:23 2002
Ba'asyir Akui Kenal Hambali
Adnan Buyung dkk Diberi Kuasa
LASKAR SANTRI: Pengawalan para anggota Laskar Santri terhadap Ustaz
Abu
Bakar Ba'asyir di RS PKU Muhammadiyah Solo masih tetap ketat. Seragam
mereka
pun bermacam-macam dan unik, ada yang mengenakan atribut persilatan,
rompi
doreng, bahkan yang terakhir kemarin mirip serombongan serdadu di
medan
perang. (Foto: Suara Merdeka/rtr-15)
SOLO - Ustaz Abu Bakar Ba'asyir mengaku mengenal Hambali, pria yang
kini
dituduh terlibat kasus pengeboman di Bali. Dia mengenal ketika
bertemu
di
Malaysia dalam sebuah majelis pengajian. Namun, sebagaimana pernah
diungkapkan dahulu, kenalnya sekadar sesama muslim yang sama-sama di
rantau.
Hambali dikenalkan kepadanya sebagai seorang pebisnis.
Hal itu dikemukakan pengacara kondang Dr Adnan Buyung Nasution SH
kepada
wartawan, seusai bertemu Ba'asyir sekitar 90 menit di ruang perawatan,
bangsal Firdaus No 9 RS PKU Muhammadiyah Solo, kemarin.
Dia hadir bersama pengacara senior asli Solo Mohammad Assegaf SH,
Ketua
YLBHI Munarman SH, dan Koordinator TPM Achmad Michdan SH. Mereka
sekaligus
mendapatkan surat kuasa dari Ba'asyir, bersama 35 pengacara lain,
untuk
mendampingi dalam proses pemeriksaan dan pengadilan nanti.
Kesempatan pertemuan pertama itu digunakan Buyung untuk memperoleh
informasi
tentang Ustaz, mulai rezim Soeharto yang menyia-nyiakan kehidupannya
dan
mengecap sebagai kelompok garis keras hingga dia dikejar-kejar
intelijen.
Dia kemudian memutuskan hijrah ke Malaysia.
"Di Malaysia itulah, dia menetap dan bekerja sebagai guru agama,
karena
kebetulan dia banyak dikenal orang di sana. Dalam sebuah kesempatan,
Ba'asyir bertemu dengan Hambali. Itu karena sesama perantau, sama-sama
senang mendalami ajaran agama, dan menjadi guru," ujar Buyung
menceritakan
pengakuan Ba'asyir.
Namun, perkenalan dengan Hambali sekadar sesama guru mengaji. Jadi,
tidak
pernah ada hubungan khusus di antara mereka berdua. "Termasuk tuduhan
mendirikan Jamaah Islamiyah (JI) itu. Organisasi tersebut tidak pernah
dikenal Ba'asyir. Mungkin organisasi tersebut rekaan yang dimunculkan
untuk
menyeret Ustaz dalam persoalan ini," kata Buyung.
Jamaah Islamiyah itu, kata dia menirukan Ustaz, pengertian yang
berarti
masyarakat Islam. "Lha, kalau itu, kan kita semua orang Islam
termasuk
dalam
Jamaah Islamiyah. Jadi, aneh kalau disebut organisasi teroris."
Tentang kelompok pengajian Ustaz Ba'asyir di Malaysia, tidak ada
namanya.
Namun, yang diajarkan kepada jamaah di Malaysia adalah ajaran suni
(sunah).
Saat ditanya wartawan Australia tentang informasi intelijen Australia
bahwa
Ba'asyir pernah pergi ke negeri Kanguru itu, Buyung mengatakan,
sebagaimana
pengakuan Ustaz, dia tidak pernah pergi ke Australia. Dia hanya ke
Malaysia
dan Singapura.
Soal tuduhan Hambali salah satu alumni santri Pondok Pesantren
Al-Mukmin
Ngruki, hal itu dibantah. "Sejak berdiri pada 1972, tidak ada nama
Riduan
Isamudin alias Hambali itu. Nama Riduan atau Hambali banyak, tetapi
tidak
ada yang fotonya atau wajahnya sama dengan Hambali yang dituduh
teroris
oleh
aparat itu," kata Ustaz Wahyudin, pengasuh pondok Ngruki.
Operasi Intelijen
Pada kesempatan itu Buyung juga mengatakan, selama ini informasi yang
digunakan menjerat Ba'asyir semua data hasil operasi intelijen.
Padahal,
data tersebut mestinya tidak bisa dijadikan alat bukti hukum.
"Harusnya informasi melalui data dari prosedur hukum yang normal. Ini
sangat
berbahaya, karena data intelijen bisa direkayasa. Anda punya teman di
negeri
asing, kemudian berbuat jahat dan menyebut Anda, bisa jadi Anda kena
juga.
Padahal, data informasi operasi intelijen itu tidak bisa
dipublikasikan.
Kalau dipakai alat bukti, sangat sulit dicek," tandas dia.
Sayang, dalam Perpu yang baru diundangkan pemerintah itu, data
intelijen
ternyata bisa digunakan sebagai alat bukti. "Ini yang saya tentang
keras.
Sebab, dengan dasar ini, pemerintah bisa main tangkap seenaknya,"
jelas
Buyung yang mengaku sangat paham soal intelijen.
Dalam soal Ba'asyir, Buyung menilai terjadi penyimpangan dalam proses
hukum,
sehingga dia tergerak meletakkan semua pada proporsinya. "Bagaimana
mungkin
kejadian yang sudah sangat lama, seperti bom Natal, bom Istiqlal,
tiba-tiba
polisi menuduh Ustaz. Kenapa tidak sejak dulu diproses, kalau memang
ada
indikasi Ustaz terlibat? Kok baru setelah Al Faruq bicara kepada CIA
dan
Amerika teriak-teriak soal teroris?"
Menjawab pertanyaan kemungkinan reaksi umat Islam pendukung Ba'asyir
jika
dibawa ke Jakarta, Buyung berharap sebaiknya para pendukung tidak
menuruti
hati panas. "Hati silahkan panas, tetapi kepala harus dingin.
Biarkanlah dan
percayakan Ustaz menghadapi seluruh persoalan ini secara hukum dan
prosedur
yang benar."
Jika semua panas, dikhawatirkan akan sama-sama terpancing, sehingga
terjadi
friksi antara pendukung Ustaz dan polisi. "Ini akan tidak baik
akibatnya.
Percayakan semuanya pada prosedur hukum yang ada," ujar dia.
Buyung juga bertemu dengan para wakil elemen Islam di Solo, antara
lain
dengan Ustaz Mudzakir dan Ustaz Mahyudin. "Kita sepakat sama-sama
menciptakan suasana sejuk, karena keberadaan santri-santri di rumah
sakit
memang membuat tidak enak. Kita minta pengertian aparat dan santri
agar
bisa
menciptakan suasana yang baik," ujar Mudzakir.
Supremasi Hukum
Sementara itu, menjawab pertanyaan tentang motivasi Buyung dkk
bergabung
dengan TPM, membela Ba'asyir, dia mengatakan, sejak lama dia
bersimpati
setelah melihat kasus yang tidak seimbang itu.
"Kami bergabung karena kami memiliki visi menegakkan supremasi hukum
di
negeri ini, yang dalam kasus Ustaz Ba'asyir ini terlihat menyimpang.
Kami
tidak mendasarkan pada ras, suku, agama, atau apa pun. Kami murni
bekerja
sesuai dengan profesionalisme," ujar dia.
Hal senada dikemukakan Michdan, sejak awal Adnan Buyung dkk memang
bersimpati terhadap nasib Ustaz Ba'asyir dan menawarkan bantuan.
Kebetulan
Tim Pembela Muslim (TPM) sekarang sangat sibuk, karena para Ustaz juga
terjerat persoalan hukum, antara lain Ja'far Umar Thalib yang
perkaranya
sudah masuk ke pengadilan, dan Habib Rizieq yang juga masih dalam
proses.
"Jadi kami sibuk sekali, tinggal saya. Karena itu, ketika ada bantuan
dari
Bang Buyung, kami sangat berterima kasih. Bahkan, kami menyerahkan
seluruh
koordinasi pendampingan kepada Bang Buyung," kata Michdan.
Mengenai gugatan praperadilan yang akan dilakukan Ba'asyir, Buyung
mengatakan untuk sementara ditunda, karena saat ini proses
penangkapan
dan
penahanan tidak dilakukan, karena dibantarkan setelah Ustaz sakit di
rumah
sakit.
"Jadi untuk masuk ke materi perkara, kami masih belum membicarakan
dengan
Ustaz. Kami baru sekadar mengajak bicara soal riwayat hidup beliau,
hingga
dituduh seperti ini. Jadi, kami meminta Ustaz bercerita lengkap
sehingga
kami mendapat gambaran utuh," kata Buyung.
Cerita ustaz harus berlangsung dua kali. Setelah pertama sekitar satu
setengah jam, sore hari sekitar pukul 15.00, Buyung dan kawan-kawan
datang
lagi dan mendengarkan cerita Ustaz sampai sekitar jam 17.00.
Sembuh
Diperkirakan 2 atau 3 hari lagi Ba'asyir akan sembuh. Tentu jika
kondisinya
bisa dipertahankan stabil terus seperti sekarang.
Hal itu dikatakan dr Fathoni SpJP, saat bersama tim dokter RS PKU
lainnya
serta Ketua Tim Dokter Polwil Surakarta Komisaris Polisi dr Budijono
memberi
keterangan pers seusai memeriksa Ba'asyir.
Saat ini kondisi Ustaz mulai bagus. Jantung, kolesterol, dan tekanan
darahnya sudah normal. Tinggal paru-parunya dan sistem respirasi
(pernapasan) yang masih menunggu normal, meski sudah menunjukkan
peningkatan
yang sangat baik.
"Selain itu, komunikasinya sudah mulai bisa lama, jadi diajak
berbicara
lumayan lama sudah kuat. Ini tentu perkembangan yang menggembirakan,"
tambah
dia.
Tim dokter kini sedang mengupayakan meningkatkan mobilitas Ustaz.
Pada
saat
ini Ustaz hanya bisa duduk dan ongkang-ongkang (duduk dengan kaki
digantung
di pinggir bed) dan berdiri sebentar.
"Nah, mungkin besok bisa berlatih berdiri lama, kemudian dilatih
berjalan
sambil rambatan, dan selanjutnya berjalan biasa. Kalau sudah kuat,
semua
normal, Ustaz baru kami nyatakan sembuh."
Selain itu, salah satu indikasi sehat juga dilepasnya seluruh alat
bantu
yang menempel di tubuh Ustaz. Misalnya, alat bantu oksigen yang
sesekali
mulai dilepas, infus, dan alat pacu jantung.
Menjawab pertanyaan kapan kira-kira dilakukan penyidikan, Budijono
mengatakan belum bisa memastikan. "Tugas kami hanya memantau
perkembangan
kesehatan Ustaz bersama tim dokter RS PKU. Laporannya kami buat
setiap
waktu
dan nanti yang memutuskan dimulai penyidikan atau tidak, itu pimpinan
di
pusat," ujar dia.
Apakah tidak dibawa ke Jakarta sambil menunggu recovery? "Kami
khawatir
jika
dipaksakan dibawa ke Jakarta, malah muncul gangguan kesehatan. Hal
itu
bisa
memperlama proses penyidikan."
Pernyataan Sikap
Sementara itu, Forum Solidaritas Al-Mukmin (Forsilam) yang terdiri
atas
para
alumni Pondok Pesantren Ngruki, wali santri, dan simpatisan
mengeluarkan
pernyataan sikap, siap membela dengan segenap kemampuan, jika Ba'asyir
diperlakukan tidak manusiawi, tidak adil, dan sewenang-wenang oleh
siapa
pun.
Mereka tidak terima atas tuduhan lewat media massa selama ini yang
menyudutkan Ustaz. Mereka mendesak polisi menuntaskan kasus bom Legian
secara jujur dan adil, transparan, jauh dari rekayasa dan bebas dari
tekanan
asing. (an,ae-29e)