[Nusantara] Fwd: Pengakuan Al Farouk sebagai Agen Al-Qaeda

gigihnusantaraid gigihnusantaraid@yahoo.com
Tue Oct 29 11:06:42 2002


Pengakuan Al Farouk sebagai Agen Al-Qaeda
(Dari Media Indonesia Online)

PENGANTAR
PENGAKUAN Umar Al Farouk kepada Central Intelligence
Agency (CIA) yang menyeret Abu Bakar Ba'asyir masih
mengundang kontroversi. Media kemarin mendapat
ringkasan pengakuan Farouk yang dituduh sebagai agen
Al-Qaeda itu. Ketua Tim Mabes Polri yang
menginterogasi Farouk, Brigjen Aryanto Sutadi,
mengatakan bahwa pengakuan itu mirip dengan apa yang
disampaikan Farouk kepada tim Mabes Polri. ''Itu
memang betul, mirip,'' ujar Aryanto ketika dimintai
konfirmasinya oleh Media di kantornya, Jakarta,
kemarin. Berikut ringkasan pengakuan Farouk yang
diterjemahkan dari dukumen berbahasa Inggris.
REDAKSI

KETIKA diinterogasi pada 9 September 2002, Farouk
mengatakan bahwa ia adalah perwakilan senior Al-Qaeda
di kawasan Asia Tenggara yang dikirim oleh Abu
Zubaydah dan Ibn Sheik Al Libi. Di wilayah ini Farouk
diberi tugas merencanakan serangkaian serangan
terhadap sejumlah kepentingan Amerika di Indonesia,
Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Taiwan,
Vietnam, dan Kamboja.

Atas inisiatif sendiri, Farouk merencanakan
serangkaian teror bom mobil di Kedubes AS di kawasan
tersebut. Meskipun di awal Juni berada dalam
penahanan, Farouk mengatakan tetap ada orang yang akan
menggantikan posisinya karena bagaimanapun mereka
telah bertekad untuk melaksanakan operasi tersebut.
Farouk juga mengakui bahwa Abu Bakar Ba'asyir adalah
koordinator pengeboman di berbagai Kedubes AS di
kawasan Asia Tenggara, termasuk Jakarta. Ba'asyir
memerintahkan Farouk menggunakan keanggotaan Jemaah
Islamiyah (JI) untuk menjalankan operasinya tersebut.

Menurut Farouk, ia dan Ba'asyir telah sukses
sebelumnya dalam melakukan berbagai kegiatannya,
seperti pengeboman di Hari Natal 2000 di Indonesia.
Selama proses interogasi minggu lalu, Farouk mengakui
keterlibatannya dalam pengeboman di Hari Natal 2000 di
Ambon. Farouk juga mengatakan kepada penginterogasi
bahwa Ba'asyirlah yang bertanggung jawab terhadap
peristiwa pengeboman di Masjid Istiqlal pada April
1999 agar umat kristiani dapat disalahkan sehingga
timbul konflik antara Kristen dan Islam.

Terdapat beberapa contoh bagaimana Ba'asyir membantu
Farouk dan Al-Qaeda. Sebagai contoh, anak buah
Ba'asyir
membeli bahan peledak dari `tentara' dan memberikan
kepada seorang anggota JI atas nama Hanafi. Dikatakan,
bahan peledak tersebut akan digunakan untuk mengebom
kedubes AS di Jakarta. Farouk juga menyebutkan
beberapa nama lain yang juga terlibat dalam pengeboman
tersebut yang dikenal sebagai anggota JI dan telah
ditahan, terutama Agus Dwikarna. Farouk juga
bertanggung jawab terhadap perekrutan orang untuk
pengeboman di Hari Natal itu.

Menurut Farouk, Ba'asyir juga menunjuk anggopta JI
yang lain, Abu Al Furkan, orang Jawa yang dikatakan
juga menjadi anggota MMI, untuk melakukan peledakan di
Kedubes AS di Malaysia sekitar 11 September 2002.
Farouk mengatakan bahwa JI menyediakan satu ton bahan
peledak untuk Al Furkan.
Farouk juga mengatakan bahwa Al-Qaeda membantu niat
Ba'asyir untuk memicu perang sipil berdasarkan agama
di
Indonesia sehingga ia dapat merealisasikan visinya
dalam bentuk negara Islam murni di bawah hukum syariah
Islam.
Berkoordinasi dengan Rasyid, Ba'asyir juga
merencanakan untuk melatih pejuang jihad serta
melakukan pengumpulan senjata dan bahan peledak.
Rasyid adalah ajudan senior Osama bin Laden yang juga
mewakili kelompok muslim kaya dari Timur Tengah yang
mendanai gerakan Al-Qaeda dan mentransfer pendanaan
mereka melalui NGO di Al Haramayn.

Ba'asyir melakukan kegiatannya dengan sangat rahasia
sehingga hanya sejumlah kecil orang saja yang terlibat
dalam lingkaran rencana tersebut.
Farouk telah merencanakan untuk meledakkan Kedutaan
Besar AS di Jakarta dengan menggunakan bom mobil
berkekuatan besar. Dia menunda pelaksanaan rencana
tersebut karena pada saat itu pihak kedutaan besar
telah meningkatkan pengamanan.
Farouk juga telah mengamati gedung-gedung tinggi di
Jakarta pada 1999, bukan untuk melakukan pengeboman,
melainkan untuk menempatkan penembak-penembak jitu.
Dia juga terus berhubungan dengan pemimpin senior
Al-Qaeda, Abu Zubaydah, saat koalisi militer melakukan
penyerangan terhadap Taliban dan anggota-anggota
Al-Qaeda yang lain di Afghanistan akhir 2001. Farouk
mengaku alasan utama dia menghubungi Zubaydah adalah
memintanya menyediakan paspor untuk ke Indonesia.
Farouk juga mengaku terlibat rencana pembunuhan
Megawati, Benny Moerdani, dan 40 warga negara
Indonesia ternama lainnya, di tahun 1999. Sementara
Mira Agustina terlibat dalam rencana tersebut sebagai
penerjemah pada pertemuan untuk merencanakan
pembunuhan Megawati. Percobaan pembunuhan kedua
terhadap Megawati dibuat, tetapi bom terlanjur meledak
di Mal Atrium. Farouk juga merencanakan meledakkan
Kapal Angkatan Laut AS di Surabaya, Mei 2002, tetapi
rencana tersebut gagal.

Umar Al Farouk lahir pada 1971 dan tinggal di Cijeruk,
Bogor. Nama aliasnya Mahmud bin Achmad Assegaf. Dia
menikah dengan putri Haris Fadilla (dikenal sebagai
Abu Dzar), mantan anggota Darul Islam, yang bergabung
dengan Jemaah Islamiyah sebelum meninggal dunia.
Farouk pernah mengunjungi Ambon dan Makassar beberapa
kali. Dia menemani Ayman al Zawahiri pada kunjungan ke
Aceh tahun 2000 lalu.
Umar Farouk pernah tinggal di Ujung Pandang (Makassar)
sampai pertengahan 2001, berteman dekat dengan Agus
Dwikarna dan membantunya menjadi pemimpin Mujahidin di
sana. Sebagai veteran dari Afghanistan, Farouk
membantu
melatih Laskar Jundullah.
Dari Makassar, Farouk pindah ke Bogor setelah dia
mendapat masalah keimigrasian. Dia tidak berhasil
memperoleh paspor Indonesia karena kemampuan berbahasa
Indonesianya sangat buruk.

Pada Februari tahun ini, CIA memberikan informasi
bahwa tiga basis Islam radikal Indonesia--Abdul Hadi,
Yasin (Syawal), dan Rida, yang memiliki hubungan
dengan WAFA (sebuah LSM yang berpusat di Heart,
Afghanistan) -- berada di Kalimantan untuk membentuk
pusat pelatihan bagi teroris. Hasil penyelidikan lebih
lanjut menunjukkan empat anggota MMI, yaitu Yasin,
Umar Farouk, Nasir, dan Aris Munandar, memberikan
latihan selama sebulan kepada pemimpin-pemimpin
Mujahidin, di Pesantren Hidayatullah, Balikpapan, pada
Januari 2002.
Informasi lebih jauh dari CIA mengatakan nomor telepon
seluler Umar Farouk, 08129576852, ditemukan dalam
telepon seluler Abu Zubaydah dan Agus Dwikarna. Nomor
yang sama juga ditemukan pada beberapa anggota
Al-Qaeda yang dipenjarakan di Guantanamo.

Dalam proses interogasi, pihak AS menunjukkan foto
terbaru Umar Farouk kepada Abu Zubaydah, yang
mengenalinya sebagai 'al Farouq al Kuwaiti', atau
Farouk dari Kuwait. Abu Zubaydah juga mengatakan
Farouk adalah wakil senior Al-Qaeda di Asia Tenggara,
yang telah dilatih di kamp Khaidan Al-Qaeda di
Afghanistan. Farouk pernah mengunjungi Filipina pada
1994 dan bekerja untuk MILF.

Umar Farouk mengakui rencananya untuk membunuh
Megawati
pada tahun 1999 ketika ia menjadi salah satu kandidat
presiden dari 41 orang tokoh lainnya. Merencanakan
pertemuan di sebuah vila di Puncak, pada Mei 1999,
vila yang dimiliki oleh Abu Dzar, ayah Mira Agustina
dan mertua Farouk. Hadir dalam pertemuan tersebut
Yasin (dari Malaysia), Al Bukhari (muslim China dari
Singapura) dan Abdul Aziz al Qahar dari Makassar.
Hasil
pertemuan diterjemahkan Mira ke dalam bahasa Arab.
Farouk juga berencana untuk mengebom sejumlah gereja
di
Ambon, tetapi batal dilakukan karena pada saat itu
sejumlah muslim berada di sana. Farouk mengatakan
sebelum Ramadan 2000 Ba'asyir tiba di Ambon untuk
mengambil sejumlah bahan peledak. Ba'asyir dan Farouk
mengadakan pelatihan selama 3-4 hari untuk program
Koperasi Rahyd dan aktivitas militer. Sheik Abdullah
al Emarati memberikan US$74.000 untuk membeli tiga
ton bahan peledak. Ba'asyir mengirim asistennya, Aris,
untuk membeli bahan peledak dari seorang mantan
militer. Dia beli dan dikirim ke Pelabuhan Pelni di
Ambon. Uang juga digunakan untuk membeli persenjataan
dari luar negeri.

Farouk mengakui antara 1991-92 ia dilatih di kamp
Al-Qaeda di Afghanistan dengan rekomendasi dari Ibn al
Sheik Al Libi dan Abu Zubaydah.
Farouk mengakui bahwa Zubaydahlah yang mengirimnya ke
Asia Tenggara untuk mendapatkan pelatihan jihad di
kamp Abubakar di Filipina. Zubaydah memberikan Farouk
paspor palsu. Ia tiba di Filipina tahun 1995 dengan Al
Mughira. Mereka berencana untuk mendapatkan pelatihan
menerbangkan pesawat di Filipina, tetapi gagal untuk
mendapatkannya. Farouk lalu kembali ke Afghanistan dan
bertemu dengan Abu Umar al Harby. Keduanya kemudian
kembali ke Filipina dan mengambil nama Emir dan Deputi
Emir di Kamp Abubakar. Farouk menjadi penengah antara
orang Arab di kamp tersebut dan pemimpin MILF, Hasim
Selamat. Farouk juga mengatakan operasinya di Jakarta
didanai oleh Al Haramayn.
Kedua kelompok tersebut merencanakan kegiatan
terorisme di Indonesia. Yayasan itu memunyai kantor di
Makassar di mana Farouk diperkenalkan oleh ketua
yayasan tersebut dengan Agus Dwikarna.
Setelah itu, Farouk diperintahkan oleh Rasyid untuk
mengambil uang yang ditransfer ke kantor yayasan di
Jakarta melalui Ahmed Al Moudi. Istri Farouk, Mira,
membantu mengatur keuangan.
Menurut Farouk, istrinya mengetahui rencana untuk
mencelakai presiden dan mengetahui tentang jaringannya
di Indonesia, termasuk rencana pengeboman di hari
Natal.

Rabitatul Mujahidin (RM) terdiri dari
pemimpin-pemimpin teratas di Malaysia, Indonesia, dan
Filipina. Kelompok tersebut biasanya menghadiri
pertemuan RM di MILF, KMM, GAM dan Laskar Jundullah,
Republik Islam Aceh, Jemaah Jihad Mesir (dari Mesir),
Kelompok Jihad Rohingnya (bermarkas di Bangladesh),
dan sebuah kelompok Thailand Selatan bermarkas di
Narathiwat.
RM bertemu tiga kali di Malaysia, pertama di KL pada
pengujung tahun 1999, kedua di sebuah apartemen sewaan
di Gombak pada 2000, dan ketiga di sebuah resort di
Perak pada pertengahan tahun 2000. Agus Dwikarna
diyakini datang ke pertemuan kedua dan ketiga di
pertengahan tahun 2000, tapi menggunakan nama Agus
Zulkarnaen.
Pada pertemuan kedua antara Mei dan Juli tahun 2000 di
sebuah apartemen UAI di 17K JI Gombak, hadir Agus
Dwikarna, Tamsil Linrung, Teuku Idris, Al-Chaidar, Abu
Fatih, dan beberapa orang dari Malaysia, Thailand,
Filipina, dan Singapore.
Dalam pertemuan ini mereka membahas tentang rencana
menyerang kepentingan Filipina di Indonesia, termasuk
rencana penyerangan di kediaman duta besar Filipina
pada Agustus 2000.
Pertemuan ketiga berlangsung di Trobak Country Resort,
Perak, Malaysia, pada November 2000 dipanitiai oleh
Zulkifli Marzuki, sekretaris Jemaah Islamiyah untuk
Malaysia dan Singapura.
Pertemuan dihadiri oleh Teuku Idris dari Aceh, Agus
Dwikarna, Tamsil Linrung, Abu Fatih, Abdul Fatah (dari
Thailand), Arahan (dari Burma) dan anggota-anggota
dari Republik Islam Aceh.
Hambali pergi ke Solo di pada November tahun 2000,
untuk mendapatkan izin Abubakar untuk menyerang
gereja-gereja di malam Natal tahun 2000. Pelaksana
yang ditunjuk adalah Qudamah alias Imam Samudera alias
Abu Omar. JI dan KMM juga bertanggung jawab dalam
pengeboman Mal Atrium Pasar Senen di bulan Mei 2001,
yang dikoordinasi oleh Imam Sammudera. Dani menerima
imbalan 10.000 RM dari Imam Samudera. (Ol-01)

(From: Media Indonesia Online)
--- End forwarded message ---