[Nusantara] "Ki Denggleng Pagelaran" : Semangat OTONOMI

Ra Penak edipur@hotmail.com
Mon Sep 2 09:15:43 2002


"Ki Denggleng Pagelaran" : Semangat OTONOMI
31 Aug 2002 08:34:11 +0900

Di Kampungku (kebetulan awal agustus aku pulang)
setiap tahun selalu saja ada perayaan 17-an atau Agustusan.
Tahun lalu sudah cukup heboh! Pasalnya sangat lain diban-
dingkan dulu, ketika aku masih kuecil mungil, suka ikutan
lomba 'nggigit sendok isi gundu' terus lari-lari miring sesuai
gerakan gundu di sendok.

Waktu itu jumlah anak-anak memang baru sekitaran 60%
dari sekarang, tetapi terlihat GUYUB. Anak-anak seluruh
DESA bisa bergembira ria menyambut Agustusan dengan
wajah penuh jelaga, setelah berebut 'nggigit uang' dari
sebutir kelapa hijau berlumur jelaga.... Panitia langsung
dipegang oleh Pak Lurah (sekarang dah Marhum) yang
mantan komendan TP. Pamong desa semua bantu-bantu.
Tokoh tokoh intelektual kampung, dari para pelajar SMA,
STM, SPG hingga guru-guru ngaji dan guru SD juga mem-
bantu penyelenggaraan.

Penyelenggaraan tahun lalu kabarnya heboh. Karena setiap
RW memiliki acaranya sendiri. Jor-joran kemeriahan umbul
umbul dan gapura sangat nyata. Hasil pertandingan Voley
antar RT dan kemudian antar RW membuahkan kericuhan.
Padahal sama-sama warga desa.

Kericuhan berlanjut pada kepanitiaan BERSIH DESA. Di
kampungku yang bertetanggaan dengan 3 desa pengepungnya
punya tradisi WAYANGAN dalam acara bersih Desa.
Sebenarnya secara turun menurun dan tradisi telah tersedia
satu pekarangan luas berbenteng tembok milik mantan Pamong
Praja berpangkat RANGGA yang paling cocok untuk
WAYANGAN maupun acara-acara keramaian dengan panggung
lainnya. Dan selama aku kuecil mungil hingga berangkat ke Bogor
jadi mahasiswa, ya di tempat itulah acara tradisi WAYANGAN
diselenggarakan. Tahun lalu jadi lain.... Setiap RW merasa
berhak menyelenggarakan acara... ricuh-ricuh sebentar kemudian
diputuskan bergilir. RW III yang adalah kawasan orang lebih
elitis mendapat giliran pertama dlm undian. Dan memang RW III
itulah pengusul getol dari WAYANGAN bergilir itu. Sibuk
mereka membentuk panitia.... Hahahaa.. ternyata tak satupun
tokoh di situ yang punya akses kepada seorang DALANG.
Tokoh itu adanya di RW II dan merupakan sesepuh spiritual
desa setengah DUKUN. Dialah yang dapat mengundang
dalang-dalang kondang di seantero KLATEN, bahkan main
gratis.... Panitia akhirnya MERENGEK ke tokoh itu.

Dalang didapat.. masalah lain muncul. Mereka malu minta
bantuan lagi. Yaitu tentang tempat penyelenggaraan WAYANG.
Terpaksalah wayangan dilakukan dipanggung TENGAH JALAN.
Padahal jalan di RW III adalah jalan utama hubungan antar
desa. Ya sudah selama 48 jam transportasi antar desaku
MACET.
------

Sentimen berbasis semangat otonomi desa tanggung ini berlanjut
pada Agustusan kemarin. Diperparah lagi bahwa semangat gublug
itu merembet-rembet sampai masalah keluarga. Panitia hajat
mantu pun ikut dipersoalkan. Siapa yang mempersoalkan?
Tak lain lagi-lagi warga RW III yang rata-rata lebih cerdas,
lebih berada dan lebih individualistik, dan... suka jor-joran
antar sesamanya.

Ceritanya mantan guruku yang tinggal di RW II punya hajat mantu.
Kebetulan adik iparnya yang pensiunan kolonel dan satu lagi
masinis SEPUR, tinggalnya di RW III. Pak guru meminta adiknya
menjadi ketua panitia mantu. Acara mantu berlangsung lancar..
tetapi ketika pesta pembubaran panitia.. salah seorang intelektual
beken RW III nyletuk: "Mas Guru, saya ikut bergembira acara
mantu Sampeyan lancar... tapi mbok nanti kalau ada yang
menyusun kepanitiaan MANTU mbok menunjuk panitianya
dari warga di lingkungannya sendiri.. tidak seperti yang ini...
ketua panitianya dari RW III... kan di RW III juga ada yang
mantu, hampir bersamaan?"

Aku bergumam.. lhoh... salahnya apa Pak Guru menunjuk
kerabat dekatnya untuk memimpin panitia MANTU.... dan
kabarnya, kepanitiaan Agustusan tahun ini MACET di desaku.
Tidak ada lagi semangat persahabatan lagi.. tidak ada kerukunan
lagi.. dan yang jelas TIDAK ADA LAGI PERLOMBAAN!
Sangat jarang kini (di DESAKU) warga memikirkan desa...
melainkan cukup memikirkan RT atau paling banter RW-nya
dan KOMPLOTANNYA masing-masing. Urusan desa
mak brug ada di pundak PAK LURAH..... Sayangnya
pak LURAH hanyalah seorang warga RW I....

Simpulnya adalah.... apakah semangat otonomi seperti ini
yang akan kita wujudkan dengan ide-ide federal? Apakah
semangat kesatuan yang aku contohkan pada kondisi DESA-ku
masa lalu itu tidak cukup memberikan gambaran miniatur
Negara Kesatuan yang berbentuk RESPUBLICA?

Ide federal mungkin saja bagus bagi orang yang terbiasa
hidup individual dalam komunal multi-ras. Yang terbiasa
menyendiri dalam kebersamaan. Yang biasa nyepi dalam
keramaian... Namun pernahkah terpikirkan bentuk-bentuk
budaya yang komunal? Baik yang berkonotasi kedearahan
maupun keagamaan. Dan federasi spiritual kelihatannya
terus diperjuangkan... Bayangkan nanti seandainya
federasi ras (geografis) dilaksanakan sembari juga diberlakukan
FEDERASI AGAMA.... maka RI nanti tak ubahnya
selembar kain MOZAIK yang 'pating cloneh', belang
bonteng... Bukan lagi spektrum pelangi....

KDP
------



_________________________________________________________________
MSN Photos is the easiest way to share and print your photos: 
http://photos.msn.com/support/worldwide.aspx