[Nusantara] "Ki Denggleng Pagelaran" : Crisis Recognition --->Re: Kita jadikan yang Plus yuk
Ra Penak
edipur@hotmail.com
Mon Sep 2 09:16:40 2002
"Ki Denggleng Pagelaran" : Crisis Recognition --->Re: Kita jadikan yang Plus
yuk! --->Re: [indonesia_damai] Omelan Seorang Pemimpi - Augustusan (2)
30 Aug 2002 19:38:55 +0900
Wuik.... sik-sik-sik.... iki critane KDP 'didapuk' apa?
hehehee... mBak Pram, aku ini kan modalnya cumak
"kulak warto adol rungon" saja toh tentang agribisnis-
agribisnis. Mencari berita dan membeberkan hasil
pembacaan berita setelah dicocok-cocokkan. Jadi cukup
sulit menjawab pertanyaan-2 sampeyan di bawah. Mungkin
lebih pas dijawab oleh para ekonom ya...
Cak Stadz barang kali juga lebih mumpuni.. Lha kan beliau
sempat bekerja multi-level dan multi-disiplin. Dari orang budidaya
pertanian sempat belajar manajemen dan berprofesi di suatu
perusahaan agrochemical raksasa, tak iya. Aku yakin kok
beliau bisa memberikan pencerahan misalnya dengan sedikit
contoh saja, mengapa perusahaan-2 agrochemical Jepun,
(mungkin KAYAKU termasuk di dalamnya atau Oh Zuka) tidak
gencar memasarkan produknya di sini. Atau produk agrochemical
supplemen bermerek APSA yang di negara-negara besar dengan
full mechanized farming laku keras, di sini kan tidak.
Padahal kalau dilihat jumlah petani kan buanyak. 48% populasi
negeri ini Petani, mBak. Kalau itu diterapkan untuk negara-negara
maju yaaa luasan lahan pertaniannya sak arat-arat. Tapi kan ke-
nyataannya kepemilikan lahan petani sini cuman 0.25 hektar/orang
di P. Jawa dan sekitar 0.6 hektar/orang untuk Luar Jawa. Di Papua
dan Maluku memang luas daratannya, tapi sayang bukan lahan
pertanian.
Itulah yang menyebabkan sekaligus petunjuk betapa 'suramnya'
dunia agribisnis Indonesia yang sebenarnya. Dan sayang hal ini
kira-kira jarang diperhatikan oleh para profesional agribisnis,
mulai dari akademisi, pengamat, pejabat, praktisi dan para
apa lagi lah yang berbicara masalah itu. Makanya mudah ketipu!
Dengan luasan lahan seperti itu, betapapun tinggi fairly return dalam
desk-studies dan roundtable meeting, secara praktis ya jeblok!
Jauh dari prinsip efektif dan efisien. Efisien dalam hal melaksanakan
operasinal produksi, efektif dalam hal mencapai target produksi.
Sayangnya banyak penulis buku-2 populer tentang pertanian
yang dilengkapi dengan analisis agribisnis menggunakan besaran-
besaran optimis melulu. RESIKO jarang sekali disinggung. Pantas
buku-buku itu laris manis. (kira-kira hitungan semacam itulah yang
dijadikan dasar penghitungan paket-paket investasi berbagai
perusahaan bagi hasil semacam KYUSAR itu ---- percayalah!)
Seharusnya sih negeri ini benar-benar gemah ripah loh jinawi.
Kenapa, karena sempat memiliki sabuk hijau khatulistiwa, the
very very greeny 'Tropical Forest'. Dengan pengelolaan jitu,
niscaya itulah emas hijau negeri ini. Tetapi apa lacur ketika hutan
jadi bancakannya para pejabat dan pemilik HPH? Ketika sekarang
hasilnya cuman ASAP? Sampai orang utan pun kepedesen
matanya dan banyak diungsi-piarakan diberbagai ZOOes inter-
nasional. Gejala jelas, sebagai negeri kaya hujan, mengapa air
mineral kemasan pabrik lebih laku dibanding air LEIDENG?
Ada kerusakan tata air tanah yang berkaitan dengan VEGETASI
LAHAN KERING bukan? Percayalah, seharusnya dalam menilai
kesehatan lingkungan dan ketersediaan air bersih... lahan
keringlah BAROMETERnya. Lahan kering gundul... banyak
kotoran mumbul!
Belum lagi tambang 'emas biru' dari lautan yang paling luas di dunia
yang dimiliki oleh sebuah negara. Betapa yang diributkan bukannya
ikan dan hasil laut lainnya, melainkan PASIR... cobak! Aku dengar-2
kabar dibukanya kementerian Perikanan dan Kelautan adalah dalam
rangka penangkapan dana dan proyek Gega Dollar agar lebih sedikit
yang bancakan, sehingga semakin 'guediii' jatahnya - harusnya ini
off the record. Ini yang melenceng dari tujuan semula untuk
memperkuat armada laut... (laut apanya wong pembicaraan-2 proyek
dan dana itu di daratan semua.... heheheee...Deklarasi ketahanan
pangan justru dilakukan di Kapal Perang Dewaruci, 11 Nopember
2000?).
Ujungnya, mBak Pram. Pertanyaan-pertanyaan sampeyan di bawah
sana, sulit dijawab satu persatu. Karena dengan memperhatikan
satu dua aspek saja dalam agribisnis dan agrobisnis, kelihatan
kalau selama ini rakyat kita terlalu lama dibuai dengan adagium
negeri yang kaya-raya, subur makmur dan sebagainya.... terbuai
dengan lagu kolam susunya KoesPlus. Pada kenyatannya jauh
dari itu. Lahan produktif, kita hanya punya 30 juta hektar. Ditambah
sekitar 19 juta hektar lahan potensial utuk usahatani. Sisanya
sebenarnya hutan yang produktif.. tetapi sudah 'blangkrak'.
Total lahan itu hanya sekitar 11% saja dari luas daratan negeri
ini. Dan harus dibagi oleh sekitar 120 juta jiwa petani. Bandingkan
dengan negeri Paman Sam. Lahan seluas 983 juta hektar hanya
dibagi untuk 2.02% penduduknya yang sekitar 280 juta jiwa.
Bisa tahu kan kita sekarang, mengapa produk impor itu sangat
murah diperhitungkan dengan mutu barangnya?
Dus, sangat disayangkan kalau kita-kita yang cukup terdidik ini
hanya sibuk tiap hari bicara politik, bicara dan saling membicarakan
orang perorang. Baik itu pemikir, ilmuwan, ahli, pengamat (apalagi)
dan pengkritik pemerintahan. Tapi ndak tahu aku kalau dengan
begitu begitu saja mereka (dan mungkin kita) sudah cukup puas,
karena memperoleh kehidupan pribadi yang layak, bahkan berlebih
untuk beberapa orang... dan NGETOP! Soal generasi mendatang
yaaa terserah, nasib-nasibmu dhewek!
(ah sayang tadi salah satu koran nasional menolak tulisanku
tentang pernyataan Harry Roesli.. sayang.. ntar deh kalau sudah
ndak laku tak rilis juga di mailing list.
KDP
--------
_________________________________________________________________
MSN Photos is the easiest way to share and print your photos:
http://photos.msn.com/support/worldwide.aspx