[Nusantara] "Ambon" : Masalah Pengangguran

Ra Penak edipur@hotmail.com
Mon Sep 2 09:20:21 2002


"Ambon" :  Masalah Pengangguran
30 Aug 2002 21:38:47 +0200

Masalah Pengangguran
Oleh Jajak MD

ini di Indonesia nyaris terdapat 40 juta penganggur. Salah satu sebabnya 
adalah dunia usaha yang bangkrut dan perekonomian yang hancur. Belakangan 
ini, pembengkakan cepat meningkat akibat ribuan TKI ilegal dari Malaysia 
harus kembali ke negeri ini. Jika sampai batas waktu yang diberikan belum 
juga hengkang, mereka diancam hukuman penjara, cambuk, dan denda.

Konon TKI ilegal ini hampir mencapai setengah juta jiwa (480.000). Menurut 
catatan tak resmi Malaysia, sekitar dua juta TKI ilegal ada di sana. Namun 
setelah diteliti, kabarnya ada 900.000 yang berpaspor alias legal! Untuk 
kasus itulah Mahathir Mohammad dan Megawati bertemu di Bali awal Minggu 
Agustus lalu.

Tentu saja sekitar dua juta TKI ilegal di Malaysia itu memprihatinkan 
Malaysia yang hanya berpenduduk 22 juta. Akan tetapi, mengapa para pengusaha 
di sana - terutama pemilik perkebunan kelapa sawit - menyukai orang-orang 
Indonesia? Menurut pengakuan salah seorang pengusaha di sana, karena 
orang-orang Indonesia bekerja dengan rajin, lancar berbahasa 
Malaysia/Indonesia, dan bisa menyesuaikan dengan keadaan. Dan tentu saja, 
karena TKI ilegal ini mau dibayar murah.

Di samping masalah TKI di atas, juga disebabkan oleh banyaknya pengusaha 
Hong Kong, Singapura, Taiwan, Korea Selatan, Jepang dan Eropa yang 
memindahkan usahanya/pabriknya keluar Indonesia. Bahkan kabarnya ada 
pengusaha Indonesia yang juga menanam atau memindahkan modalnya ke luar 
negeri.

Berita mengejutkan, datang menyusul karena Pabrik Sepatu Reebok segera 
menghentikan tenaga kerjanya sebanyak 7.000 orang disusul Nike yang entah 
berapa jumlahnya. Pabrik-pabrik ini terpaksa menghentikan produksinya karena 
merasa kurang aman kelanjutannya. Penghentian ini berdasarkan perintah 
kantor pusatnya yang di AS sana.

Tetapi sebenarnya, bukan hanya masalah keamanan saja yang telah memacu para 
investor asing itu meninggalkan Indonesia. Melainkan juga karena KKN yang 
masih terus berjalan; penegakan hukum yang lemah; pemulihan ekonomi yang 
lambat; dan pelayanan terhadap investor yang tidak efisien dan efektif.

Mengapa perbaikan tak pernah berlangsung dengan mulus? Menurut seorang ahli 
hukum yang tak mau disebutkan namanya, hal ini disebabkan oleh karena kita 
masih berpedoman pada hukum ketenagakerjaan yang mengacu UU No 22 Tahun 1957 
dan UU No 12 Tahun 1964. Celakanya, karena adanya protes buruh yang kuat 
terhadap RUU yang baru, maka pemerintah urung memberlakukan UU No 25 Tahun 
1997. Akan sampai kapan? Kita tunggu saja!


Di Mana-mana

Pengangguran ini terjadi di banyak negara. Menurut pakar perburuhan Robert C 
Goodwin dari departemen Perburuhan AS, pengangguran itu disebabkan oleh 
empat hal pokok. Yakni:

a. Karena adanya perubahan dan pertumbuhan ekonomi, pengusaha/ pabrikan lalu 
memindahkan tempat, menghentikan beberapa produksinya. Selanjutnya membangun 
yang baru guna memenuhi permintaan konsumennya, atau mengubah cara-cara 
produksinya. Para buruh lalu pindah dari satu tempat ke tempat lain, dan 
meninggalkan pekerjaannya yang dulu dengan pekerjaan lainnya. Ribuan 
penganggur ini umumnya lalu pindah ganti kerja.

b. Banyak kegiatan seperti berladang, bidang kon- struksi, pengalengan dan 
pembuatan garmen yang sebelumnya maju mengalami kemunduran, dan tergantung 
pada musim atau perubahan model. Di masa-masa lesu ini banyak sekali pekerja 
yang lalu menganggur. Inilah yang disebut sebagai musim pengangguran!

c. Salah satu alasan mengapa ekonomi AS begitu kuat, tidak lain karena 
pemerintah dan industri-industri selalu berusaha memperoleh jalan keluar 
guna melakukan segala sesuatunya. Mereka menemukan dan menciptakan sekaligus 
mencoba-coba produk barunya. Tetapi tak bisa disangkal juga bahwa 
produk-produk barunya itu kerap kali menghancurkan lapangan kerja atas semua 
industri, justru karena lahirnya industri baru itu. Sebagai contoh, pada 
saat industri mobil tumbuh, maka hancurlah lapangan kerja pembuat kereta 
atau gerobak berkuda. Juga pengangguran tercipta oleh adanya cara-cara baru 
dan penemuan-penemuan baru. Inilah yang disebut pengangguran korban 
teknologi, atau technical unemployment.

d. Berbagai akibat yang tak begitu jelas, muncul dari industri-industri 
ekonomi. Sedangkan waktu yang baik, datang pada saat bisnis sedang booming, 
hingga permintaan tenaga meningkat setelah beberapa tahun lamanya buruk, 
karena satu dan lain hal.

Sementara itu Robert J Lanpman dari University of Washington meringkasnya 
menjadi: 1. Akibat adanya depresi (business depressions). 2. Adanya tuntutan 
penggantian atas berbagai jenis buruh. 3. Adanya berbagai kejadian musiman. 
4. Adanya perselisihan perorangan (berlangsung secara tak teratur). 5. 
Adanya perubahan dalam masyarakat, dan 6. Adanya pembaruan/kemajuan 
teknologi. Itulah faktor-faktor penyebab terjadinya pengangguran.

Akan tetapi apa yang terjadi di Indonesia bukan saja karena hengkangnya 
modal asing, menciutnya lapangan kerja, kembalinya TKI ilegal dari negara 
tetangga dan gonjang-ganjing lainnya. Melainkan juga dikarenakan datangnya 
angkatan kerja baru yang muncul setiap tahunnya. Tegasnya, mereka yang baru 
meninggalkan bangku sekolahnya, kuliahnya, dan mencari tempat kerja. Lalu 
apa yang bisa dilakukan oleh Departemen Tenaga Kerja dan 
departemen-departemen lainnya yang terkait? Tampaknya akan membutuhkan waktu 
cukup lama mengingat RUU yang baru pun mendapat tantangan keras dari 
sebagian besar buruh.


Menegaskan

Pertengahan Agustus lalu di Padang, Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah 
menyatakan bahwa lebih dari 40 juta anak-anak jalanan, anak-anak telantar 
dan bernasib buruk lainnya kini tidak memperoleh pendidikan alias tidak 
bersekolah! Kalau saja hal ini betul, maka sama saja artinya bahwa kita 
memiliki "calon penganggur'' lebih banyak lagi ketimbang yang sekarang. 
Lebih dari itu, mereka juga akan menjadi bom waktu yang di suatu saat nanti 
akan meledak mengejutkan kita semua.

Kalau begitu, bagaimana dengan generasi mendatang? Bukankah masalahnya bukan 
hanya tak adanya lapangan kerja sehingga mereka akan menganggur? Tetapi juga 
akan ditambah dengan kian merosotnya kualitas manusianya yang tidak sempat 
mengenyam pendidikan yang diperlukan di waktu mendatang?

Persoalannya sekarang, lebih penting mana, mengatasi pengangguran atau 
pendidikan? Ternyata kedua-duanya penting dan harus dihadapi secara 
simultan. Namun, adakah pemerintah sanggup menghadapinya sementara tantangan 
datang bertubi-tubi? Ya ekonomi, keamanan, hukum, sosial politik dan 
sebagainya?

Last but not least, bagaimana dengan pemerintah kita mendatang sesudah 
Pemilu 2004? Sudahkah bisa bersih dari gemuk-gemuk KKN, dan atau permainan 
pat-gulipat lainnya yang menguntungkan diri sendiri dan kian menjerat leher 
rakyat? Apakah dengan sistem otonomi daerah keadaan menjadi lebih cerah, 
atau bahkan lebih parah?

Nah mari kita tunggu saja dengan sabar!


Penulis adalah budayawan

_________________________________________________________________
Chat with friends online, try MSN Messenger: http://messenger.msn.com