[Nusantara] "dipo" : Belum Kapok

Ra Penak edipur@hotmail.com
Mon Sep 2 09:24:07 2002


"dipo" : Belum Kapok
31 Aug 2002 14:51:11 +0700

Plonco sudah waktunya dihapus.

Mau dibungkus nama apapun, prakteknya tetap pemujaan terhadap
senioritas & menyuburkan dendam. Mending kalok balesnya ke senior yang
ngerjain, faktanya kan dendam itu terus dilampiaskan ke bawah (pantes
banyak pemimpin yang jago kandang & ujung-ujungnya sewa preman).

Kalau kaum terpelajar sudah bermental penguasa begini, ya mana bisa
kita punya pemimpin. Paling negara ini bolak-balik dikuasai preman
lagi.

Kapok kek sekali-sekali ...


-----

Jumat, 30 Agustus 2002

Mahasiswa ISI Yogya Sekap Empat Wartawan

Yogyakarta, Kompas - Jengkel dan marah gara-gara kegiatan perpeloncoan
dilarang oleh rektor mereka, panitia Belajar Bersama Mahasiswa (BBM)
2002 dan sejumlah mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta,
Kamis (29/8) pagi, melakukan aksi demonstrasi sambil mencorat-coret
dinding dan melempari kaca dan gedung dengan botol-botol minuman.

Bukan itu saja, para mahasiswa juga menyekap empat wartawan peliput
aksi demonstrasi mereka selama beberapa jam. Salah seorang wartawan
bahkan sempat mereka pukul. Panitia perpeloncoan juga merampas kamera
milik dua wartawan, memaksa menghapus gambar digital, dan mengeluarkan
rol film dari dalam tustel.

Keterangan yang dihimpun Kompas, kemarin, mengungkapkan, tindakan
"vandalisme" dan cenderung "barbar" yang mereka lakukan lewat
demonstrasi menentang penghentian kegiatan perpeloncoan mengakibatkan
seluruh pintu kaca besar dan tembok pintu masuk, serta dinding ruang
lobi Gedung Rektorat ISI di daerah Sewon, Kabupaten Bantul,
Yogyakarta, dipenuhi tulisan dan gambar-gambar cat dengan kata-kata
kasar dan jorok. Bahkan, ketika mahasiswa menentang kebijakan Rektor
ISI, mereka mengancam akan memukuli rektor dan pejabat rektorat yang
melarang perpeloncoan yang sedianya dilaksanakan 29-31 Agustus.

Keempat wartawan yang mengalami tindak kekerasan dan ancaman itu
masing-masing Effy Wijono Putro dan Jayadi Kastari dari Harian
Kedaulatan Rakyat serta J Suroso dan I Gede Nyoman Wiryadinatha dari
Harian Bernas.

Di Semarang, Sabtu lalu, acara perpeloncoan Universitas Diponegoro
(Undip) mengakibatkan Cecilia Puji Rahayu (19), mahasiswi Fakultas
Peternakan, meninggal dunia. Ia diduga stres berat karena mengikuti
Pengenalan Kehidupan Ilmiah Kampus (Pekik). Perkaranya hingga kini
masih ditangani polisi.

"Silakan dan tolonglah Bapak-bapak wartawan mencari jalan keluar untuk
mengatasi masalah ini. Kami semua di ISI ini sebenarnya kewalahan
menghadapi mahasiswa yang tidak bisa diatur. Makanya Rektor juga
berpesan, kalau para wartawan akan mengadukan kasus ini ke polisi,
kami akan menemani Anda ke polisi," kata Edhi Susilo SMus MHum,
Pembantu Dekan III Fakultas Seni Pertunjukan kepada sejumlah wartawan
yang mendesak ISI memberi pernyataan atas kasus kekerasan tersebut.

Edhi Susilo menyatakan, Rektor ISI Prof Dr I Made Bandem bersama
sejumlah staf rektorat belum bisa memberikan penjelasan resmi kepada
pers. Itu terjadi karena mereka tengah berembuk mengatasi "krisis"
yang muncul setelah pukul 08.00, setelah rektorat mengumumkan agar BBM
2002 dihentikan.

Dikatakan, ISI sangat menyesalkan terjadinya tindakan demonstrasi yang
merusak fasilitas kampus tersebut dan meminta maaf atas insiden itu.

Digiring ke ruang mahasiswa

Effy Wijono Putro dan I Gede Nyoman Wiryadinatha, Kamis petang,
mengungkapkan, demo mahasiswa senior dan panitia BBM 2002 marak
sekitar pukul 08.15, beberapa menit setelah rektorat mengumumkan agar
BBM 2002 dihentikan.

Para mahasiswa senior berdemo di depan kantor sambil berteriak dan
melempari kaca dan gedung dengan botol-botol minuman. Mereka juga
mencorat-coret dinding bagian depan gedung. Sekitar pukul 09.15, Effy
datang dan mengabadikan aksi demo itu dengan kamera digitalnya.

Ia langsung didatangi beberapa anggota panitia dan mahasiswa yang
membentak-bentak dan mendorongnya. Mereka melarang wartawan meliput
demo mahasiswa karena merupakan kegiatan intern. Mereka kemudian
merampas kamera digital Effy, seorang di antaranya memukul bagian atas
kepala Effy. Karena berebutan, kamera Effy terjatuh. Ia lalu digiring
ke ruang kegiatan mahasiswa di salah satu sayap gedung itu. Di dalam
ruangan, ia diminta menghapus file foto aksi demo yang telah
diabadikannya. Ketika kamera dikembalikan, baterai lithium kamera itu,
yang berharga Rp 350.000, hilang sehingga kamera itu tak bisa
dioperasikan.

Wartawan kedua yang disekap adalah fotografer J Suroso, menyusul
kemudian Jayadi Kastari, dan terakhir Nyoman. Sama seperti Effy,
kamera Suroso pun dirampas, dan rol film dikeluarkan. Keempat wartawan
disekap sejak pukul 09.15 dan baru dilepaskan sekitar pukul 11.45,
setelah Agus Leilor (dosen Jurusan Teater) dan Desi (mahasiswi Jurusan
Fotografi) membantu para wartawan bernegosiasi dengan panitia dan
mahasiswa.

Keempat wartawan sepakat akan mengadukan penyanderaan, perampasan, dan
penghilangan barang itu ke polisi. "Kami akan lapor dulu pada pimpinan
kami dan mungkin nanti malam lapor ke polisi," kata Nyoman.

Bagus Kurniawan, salah satu pengurus Pewarta Foto Indonesia (PFI)
Yogyakarta, kemarin, berniat memproses kasus tersebut secara hukum.
Hal senada diungkapkan oleh Ketua PWI Cabang Yogyakarta Drs Ocoto
Lampito. "Itu tindakan kriminal," kata Ocoto Lampito. (HRD)


-----

Kamis, 18 Juli 2002

Siswi SMU 82 Lapor ke Polisi karena Dianiaya Seniornya

Jakarta, Kompas - Sebanyak tujuh dari 17 siswi Sekolah Menengah Umum
(SMU) 82 yang mengaku dianiaya oleh sekitar 20 alumni SMU tersebut
melapor ke Polsek Metro Kebayoran Baru, Rabu (17/7) sore. Sampai pukul
22.00, polisi masih melakukan pemeriksaan terhadap beberapa alumni
yang diduga terlibat atau mengetahui peristiwa penganiayaan
tersebut.Salah seorang korban, Db, menuturkan, dirinya dan belasan
temannya diculik dari halaman sekolah mereka. "Saya disuruh masuk ke
dalam mobil minibus Mercedes V28 lalu dibawa ke tiga tempat. Di situ
mata kami ditutup lalu dipelonco dengan sangat tidak manusiawi. Saya
ditampar beberapa kali dan teman-teman ada yang ditampar dengan sandal
jepit kemudian wajahnya dicoret-coret," tuturnya setelah menjalani
pemeriksaan sebagai saksi.

Menurut Db, akibat perlakuan tersebut, seorang temannya, Rd, kumat
penyakit asmanya sehingga ia harus dirawat di sebuah rumah sakit. Rf,
seorang siswa yang menolong Rd, mengatakan, kegiatan alumni memelonco
adik kelasnya yang baru naik kelas III tersebut merupakan tradisi
tahunan di SMU 82. Tradisi itu mereka namai One Day. "Sayangnya, kali
ini terjadi tindakan fisik yang membuat mereka mengadu kepada orangtua
dan memperkarakan perbuatan tersebut kepada polisi," katanya.

Ia menjelaskan, para siswi tersebut dijemput menggunakan mobil minibus
yang dipinjam dari Bianca, seorang siswi kelas I, anak seorang
jenderal. Selanjutnya mereka dibawa berputar-putar oleh para alumni
untuk dipelonco. Mobil itu adalah sebuah Mercedes berpelat kendaraan
dinas militer. Mobil itu kini ditahan Polsek Metro Kebayoran Baru
sebagai barang bukti.

"Sewaktu dipakai menjemput, mobil tersebut menggunakan pelat nomor
sipil dan dikemudikan Bidadari. Selanjutnya dengan berimpitan mereka
dibawa ke Jalan Senopati. Di sana mobil berhenti dan pelat nomornya
diganti dengan pelat nomor militer," kata dia.

Ia menambahkan, aksi pelonco tersebut terjadi di Taman Brawijaya dekat
SMP 12. Setelah beberapa saat melakukan perbuatan tersebut, mereka
menghentikan aksinya karena warga sekitar tampak keberatan.

"Waktu itu Rd sudah kepayahan karena asmanya kambuh, tetapi ia tidak
mau meninggalkan teman-temannya yang dipelonco. Ia pun nekat tetap
ikut rombongan. Akhirnya, setibanya di Taman Dharmawangsa dia sudah
tidak kuat lagi dan sempat kejang-kejang, kami pun membawanya ke rumah
sakit," kata Rf menambahkan.

Kepala Sekolah SMU 82 Bambang Suprapto yang ditemui di Polsek Metro
Kebayoran Lama menyatakan, perbuatan tersebut di luar pengetahuan
pihak sekolah. Walau demikian, para guru, setelah menerima pengaduan
para orangtua murid, ikut mencari belasan siswi tersebut.

"Kami berkeliling sejumlah lokasi untuk mencari siswi-siswi tersebut,
tapi tidak ketemu. Selama ini mereka memang menjalankan tradisi
pelonco tersebut tanpa sepengetahuan pihak sekolah," kata Bambang.

Kepala Polsek Metro Kebayoran Baru Komisaris Rudi Antariksawan
menjelaskan, sampai pukul 22.00 belum ada alumni SMA 82 yang dijadikan
tersangka, karena proses pemeriksaan masih berlangsung. "Kalau saksi
korban, sudah selesai diperiksa. Mereka memang menyebutkan nama-nama
para pelakunya, karena mereka mengenal," katanya.

(ONG/RTS)



_________________________________________________________________
Chat with friends online, try MSN Messenger: http://messenger.msn.com