[Nusantara] "j a m a l" <jamal@itenas.ac.id>: ITULAH INDONESIA!

Reijkman Carrountel reijkman@europe.com
Fri Sep 6 08:39:53 2002


"j a m a l" <jamal@itenas.ac.id>: ITULAH INDONESIA! 
6 Sep 2002 02:32:21 +0700 
 
Salam kenal semua,
Sejak saya rada mulai melek baca, SMP, lalu SMA, berujung pada satu hal yg tidak mengenakan, bahwa tahu itu menyakitkan. Tapi saya harus terus hidup dengan semuanya, di negeri yg saya makan berasnya dan minum airnya.

Waktu kuliah -di Senirupa ITB, 88-94- sikap saya jadi demikian skeptis. Sempat terlontar kata2 dari mulut saya [masih ingat persis, sehabis lunch di kantin pusat, "Ada yang salah dengan negeri ini...." Tapi dihibur atau 'diomelin' oleh teman saya yg anak jendral [bintang dua apa tiga, the general now sudah alm], "Ah, ngga usah mikir yg macem2, kerjakan saja tugas masing2."

Hehe...saya kaget dg ucapannya yg 'profesional' itu, tapi juga setengah mengiyakan.

Untuk melindungi diri saya dari skeptis dan takut depresi akut, saya hanya punya jurus lapang dada, dg berusaha meyakinkan diri bahwa someday it will be better. Saya selalu melihat umur republik ini. Ah, masih muda untuk sebuah bangsa dan negara. Meskipun orang Viking yg pernah diskusi dg saya bilang, "Itu bukan alasan...". 

The President
Ketika HMS turun, ada gejolak aneh yg tanpa keburu tahu persis, lalu ditimpa adat humor saya, "datang juga saatnya..." pernah terpikir bahwa jangan2 seumur hidup -saya lahir 1967- hanya punya satu presiden.  Waktu itu, yg penting turun. Siapa yg ganti, tidak penting. Karena memang tidak ada bayangan siapa. 30 tahunan lebih presidennya dia, mana bisa melihat calon2 lain yg 'qualified'? Lalu BJH. Kejadian paling membahagiakan adalah ketika BJH mengadakan silaturahmi dengan para redaktur media lokal dan luar. BJH bicara dalam bahasa Inggris yg cas cis cus tapi juga cuek ketika lupa satu kata dalam bahasa Inggrisnya dan menanyakan pada [orang Indonesia] yg hadir. Tanpa sadar, saya berteriak di rumah -waktu itu saya sendirian- Horeee...presidenku bisa bahasa Inggris! Ada harapan besar pada BJH. Wajahnya yg lutju dan ekspresif, fresh from cabin pesawat, membesarkan hati...

Lalu GD. Gus Dur adalah Kyai. Saya pernah di pesantren. Meski GD -tentu saja- jauh lebih smart dari kyai saya dulu. Ada hawa segar juga tertiup. Tapi ada yg bilang GD terlalu maju, jauh di depan meninggalkan bangsanya. Lalu, to know is painful back! di media -sekarang saya berusaha tidak baca koran/majalah berita- sering aneh dalam kesimpangsiuran berita yg tidak tahu mana yg benar.
Cape mentalku. brenti baca berita. seputar indonesia atau acara berita tv swasta lain yg waktu reformasi begitu saya prioritaskan untuk dilihat, menjadi tidak menarik lagi. Waktu ada news soal GD akan di Sidang Istimewakan, ketegangan menjalar di adrenalin saya: what would happen next?

Lalu Mega. Kenapa harus Mbak Mega yg melankolis yg berada di kondisi RI sekarang? pertanyaan saya pastinya subjektif. Waktu SMA saya aktifis PDI di kampung, pemilu 96. Hanya karena itu partey gurem. Keberpihakan pada yg lemah seperti naluri. Heran. Ketika peristiwa penyerangan kantor PDI, 27 Juli itu terjadi, saya melintas di atas kereta  di atas jalan yg banyak orang berbaju merah. Saya tidak tahu ada apa.  Merah, ya PDI. tapi ada apa? Paling demo. dan berhenti memikirkannya. Waktu itu saya mau pulang ke Bandung usai dapat score IELTS  di TBC gara2 dapat beasiswa satu semester untuk belajar desain di Denmark. Sekarang saya tidak aktif di mana-mana. Dan sejumput rasa lega muncul ketika PDI-P terbanyak di pemilu. Meskipun jadi keder-ngeri-sedih juga melihat simpatisannya yg 'serem-serem' dan posko dimana-mana. Pos Hansip ada teman, posko pdi-p.

Saya sekarang -dalam rangka lapang dada yg tidak bisa lebih lapang lagi- biasanya  menyanyikan sepotong bait lagu wajib 'Indonesia Tanah Airku': "ITULAH INDONESIA...."

sempat di media mana, lupa majalah/koran apa dan siapa yg nulis, ada yg membahas lagu kebangsaan kita. Ya, Indonesia Raya. Meskipun ada yg mengolok-ngolok, nanti mah, lagu kebangsaan diganti dengan Indomie seleraku, seperti diiklan TV. Di Indonesia Raya, ada 'indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku...' katanya itu harus diubah. 'tanah tumpah darahku', artinya -kebetulan muncul sekitar peristiwa Ambon kemarin, yang menurutnya, tempat kita menumpahkan darah....

ada yg tahu maksud Wage R. Supratman dengan kalimat itu?

salam dari bandung
[where Indonesia begin]
J

-- 
__________________________________________________________
Sign-up for your own FREE Personalized E-mail at Mail.com
http://www.mail.com/?sr=signup