[Nusantara] "the_cfbe": Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Akankah Melahirkan Dendam Baru?

Ra Penak edipur@hotmail.com
Fri Sep 13 11:12:51 2002


"the_cfbe": Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Akankah Melahirkan Dendam 
Baru?

Penulisan Ulang Sejarah Indonesia
Akankah Melahirkan Dendam Baru?

"BAGAIMANAPUN, peristiwa Gerakan 30 September (G30S) harus dibuat
setransparan mungkin. Masyarakat perlu tahu apa yang sebenarnya
terjadi. Kalau tidak, MSI (Masyarakat Sejarawan Indonesia-Red) akan
dituduh berbohong. Selama ini, para guru sejarah hampir selalu
menjadi korban ketidakpercayaan murid atas peristiwa G30S. Begitu
pula mengenai peristiwa Malari (Malapetaka Lima Belas Januari-Red),
atau masalah Timor Timur," kata Dr Aminuddin Kasdi dari MSI Cabang
Jawa Timur (Jatim) dalam Lokakarya Penulisan Sejarah Indonesia di
Cisarua, Jawa Barat (Jabar), pekan lalu.

Transparansi yang mulai menyeruak sejak jatuhnya Presiden Soeharto,
disusul masa reformasi, memunculkan berbagai informasi ke permukaan,
termasuk hal-hal yang semula dianggap "tabu". Tidak mengherankan bila
transparansi ini ikut menyadarkan mereka yang selama masa Orde Baru
merasa menjadi korban.

Berbagai kesadaran baru ini-terutama berkaitan dengan peristiwa
tragis G30S-ikut mempengaruhi pemahaman para siswa akan peristiwa
yang oleh banyak orang masih dianggap misteri. Sementara itu,
pemahaman para murid mengenai sejarah hanya melalui buku teks dan
guru tidak memahami metodologi.

"Tidak bisa dielakkan, badai pun terjadi. Bagi anak-anak yang kritis,
pemahaman ini melahirkan semacam pemberontakan. Mereka beramai-ramai
mendatangi guru sejarah dan merobek-robek buku sejarah, seraya
mengatakan, 'Sejarah bohong, Pak Guru mengajarkan kebohongan.' Tentu
saja para guru sempat dibuat shock. Peristiwa ini banyak terjadi di
kota-kota yang intensitas informasi mengenai reformasi begitu deras.
Akibatnya, banyak orang tidak percaya dan menyangsikan kebenaran Orde
Baru," lanjut Aminuddin Kasdi.

Apalagi mereka yang merasa menjadi korban Orde Baru kini membentuk
beberapa kelompok-antara lain, Paguyuban Korban Orde Baru (Pakorba)-
yang coba menginventarisasi kerugian apa saja yang sudah mereka
derita, baik karena anggota keluarga dibunuh, dipecat dari pekerjaan,
atau karena dituduh terlibat Partai Komunis Indonesia (PKI). Mereka
pun bersiap-siap untuk menuntut ganti rugi kepada pemerintah.


***
PEMBICARAAN mengenai fakta-fakta sejarah sejak tahun 1965 hingga 1998
akan selalu menarik perhatian siapa pun, bahkan amat mungkin
melahirkan polemik. Maklum, masih banyak orang yang merasa tahu dan
menjadi pelaku.

Akan tetapi, kata Dr Susanto Zuhdi, Kepala Direktorat Sejarah, Badan
Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata, Konferensi Nasional VI
Sejarah di Jakarta tahun 2001 lalu memberikan rekomendasi untuk
menuliskan kembali sejarah baru.

"Kalau dikaitkan dengan munculnya fakta-fakta kontroversial, apalagi
setelah lengsernya Pak Harto, lalu banyak orang bicara mengenai
pelurusan sejarah, sejarah mana yang benar. Tentu saja ini menjadi
persoalan bersama, terutama oleh guru. Guru-guru yang hanya
mengandalkan buku teks menghadapi pertanyaan dari murid yang
memperoleh informasi dari sumber-sumber lain. Akibatnya, tidak jarang
guru sering dikatakan berbohong," kata Susanto Zuhdi.

Memang, ada sejumlah fakta sejarah yang kontroversial. Dan,
Direktorat Sejarah sudah coba mengumpulkan para guru sejarah. Kepada
mereka ditanyakan apa masalah yang dihadapi. Dari pertemuan itu juga
mencuat sejumlah fakta dan coba mempertanyakan masalah Supersemar,
Serangan Umum 1 Maret, G30S, dan belakangan masalah Timor Timur
(Timtim).

"Daripada hanya memperbaiki beberapa hal tampaknya tidak efisien,
maka kita berpikir, keseluruhan sejarah perlu ditulis ulang, ditulis
baru," tutur Zuhd, seraya mengemukakan bahwa edisi terakhir pun
sebenarnya sudah berumur 25-26 tahun. Karena itu, bila ukurannya
generasi, buku Sejarah Nasional Indonesia memang sudah waktunya
diperbaiki.


***
BERBICARA tentang sejarah, juga mencakup sikap kita mengapresiasi
sejarah. Itu sebabnya mengapa kita mudah melupakan sesuatu tentang
masa lampau, tetapi sebaliknya suka mengingat-ingat sesuatu yang lain.

Dalam kaitan menulis ulang sejarah, mau tidak mau para penulis
dihadapkan pada sejumlah fakta. Karena itu, penulisan sejarah akan
dihadapkan pada masalah memilih. Dan, setiap pilihan akan selalu
mengandung risiko. Dalam menimbang-nimbang risiko yang bakal muncul,
tentu ada sejumlah perhitungan. Persoalannya kini, perhitungan-
perhitungan itu didasarkan pada penguasa yang sedang berkuasa atau
kemurnian ilmu.

"Semua itu bisa terjadi. Tetapi,yang pokok adalah basis, yaitu ilmu
sejarah. Artinya, fakta harus benar, harus memenuhi kaidah-kaidah
baku. Bahwa akhirnya akan digunakan untuk kepentingan ideologis, atau
pewarisan nilai, atau lainnya, tidak menjadi soal. Memang, kadang-
kadang ilmu tidak bisa bebas nilai, bergantung pada teori yang
digunakan," kata Susanto Zuhdi lagi

Menurut rencana, buku Sejarah Indonesia ini akan terdiri dari delapan
jilid. Jilid I mengenai prasejarah, jilid II (Hindu-Buddha), jilid
III (Masa Islam), jilid IV (Penjajahan dan Perlawanan), jilid V
(Gerakan Kebangsaan), jilid VI (Perang dan Revolusi), jilid VII
(Republik Indonesia 1950 - 1965), dan jilid VIII (Republik Indonesia
1965 - 1999).

Dari berbagai jilid itu, agaknya jilid terakhir akan mengundang
perdebatan seru. Mengingat masih banyak orang yang terlibat dalam
masa 1965-1999, yang kini masih hidup dan memegang peran. Apabila
fakta sejarah memunculkan yang lain, bisa jadi akan melahirkan dendam
baru pada mereka yang secara fakta merasa dirugikan.

Itu sebabnya, berbicara mengenai sejarah selalu mencakup apresiasi,
sehingga kita bisa melupakan penggalan masa lampau atau sebaliknya
lebih suka mengingat-ingatnya. Konon, bangsa Indonesia lebih suka
memelihara dendam sejarah daripada berdamai dengan sejarah. Dendam
jugakah yang akan dilahirkan dari penulisan buku Sejarah Indonesia
yang baru? Bila benar, bangsa macam apakah kita ini. Agaknya, ada
yang salah pada diri kita? (TONNY D WISIASTONO)

_________________________________________________________________
Chat with friends online, try MSN Messenger: http://messenger.msn.com