[Nusantara] "Ki Denggleng Pagelaran" : Benarkah Institut Sudah Mentah dengan IKIP menjadi UPI?
Gigih Nusantara
gigihnusantaraid@yahoo.com
Tue Sep 17 04:36:14 2002
"Ki Denggleng Pagelaran" : Benarkah Institut Sudah
Mentah dengan IKIP menjadi UPI?
Cerita #1 'Orang-orang di Sekitar KDP'
-----------------------------------------------------
Membaca Re massage-ku - berjudul Sekolah Tinggi,
Institut
dan Universitas - dari Bung Pesantren yang diberi
judul
Institut vs Universitas, telah membawa kenanganku
kepada
beberapa alasan mengapa sampai aku terdampar kuliah
program sarjana di IPB, yang ketika itu (1981) sedang
amat
gencarnya dikumandangkan IPB sebagai Kampus Rakyat
dan Kampus Hijau. Boleh aku mengenang betapa
bertaburannya
sticker-press bertuliskan kedua istilah itu.
Sampai-sampai
selembar tas-cangklong biru lusuh bertuliskan
IPB-Kampus
Rakyat, setia 'semampir' di pundak menggantikan tas
lamaku
yang bergambar stilir Ganesha (ku peroleh dari seorang
kolega yang kuliah di ITB) - selama hampir 4 tahun
penuh.
Tetapi yang lebih menarik, tulisan Bung Pesantren yang
diimbuhi
oleh Mas Imam 'Andersen' Soeseno dan Mas Sugiarto
membawa
pula kenangan kepada orang-orang di sekitarku yang
langsung
maupun tidak langsung membawaku masuk IPB. Pertama
sekali
aku ingat ujaran Ayahku alm. yang pensiunan Penilik
Sekolah
Dasar. Kebetulan Ayahku pernah mengenyam kedudukan
sebagai guru Sekolah Ongko Loro (SD-kampung) jaman
Pemerintahan
Hindia Belanda (sebelum jaman Jepang). Ayahku sering
berce-
rita dengan bangga bahwa beliau pernah 'sekolah'
selama se-
tahun di Midelbar Lanbouw, Buitenzorg.
Beliau bangga bercerita begitu, karena seorang guru
Sekolah
Ongko Loro di daerah manapun Nusantara (Indonesia
belum
ada bukan?) harus menempuh 'remedial education' di
Midelbar
Lanbouw van Buitenzorg itu agar dapat meningkat
kedudukannya
'boleh' dan dianggap berkompeten mengajar sampai kelas
6.
Mengapa demikian? Karena dulu dengan politik balas
jasanya
Pemerintahan Hindia Belanda ingin juga mengembangkan
pertanian di segala penjuru tanah jajahannya,
khususnya pertanian
tanaman pangan dan peternakan besar. Sampai-sampai
seorang
ahli Belanda (Koppen?) berhasil memetakan curah hujan
P Jawa
dan mempersiapkan saluran irigasi yang dapat
mentranslokasikan
air yang melimpah di Jabar ke Jateng selatan.
Ketika Ayahku bercerita yang ada dikepalaku saat itu,
IPB-lah pewaris Midelbarlanbouw itu. Meskipun si
Midelbar
sendiri masih eksis sebagai SPMA dari tempat
pendidikan mana
Prof AHN, Alm. menempuh pendidikan SLTA-nya. Maka
ketika
itu mulai terobsesi aku untuk 'napak tilas'
pendidikan Ayahku.
--------
Orang-2 lain yang cukup penting adalah para kakak
kelas se-SMA
ku yang berhasil kuliah dan lulus dengan baik dari
IPB, dalam
waktu yang cukup cepat, hanya 4 tahun lebih setengah.
Mereka
bercerita tentang IPB dan sistem pendidikannya,
termasuk sistem
penerimaan mahasiswa barunya yang kala itu sudah
memakai
sistem PP II (tanpa test). Kebetulan saja namaku
tercatat sebagai
salah seorang siswa yang dianggap pantas untuk
didaftarkan ke
IPB via PP II.
Sebaliknya kala itu, Ayahku justru memintaku masuk
perguruan
tinggi dengan jalur PP IV, sistem ujian masuk untuk
IKIP-2
Negeri. Padahal kala itu ada sudah satu PTN daerah
yang
memanggilku masuk lewat jalur PP-III, pada fakultas
pertaniannya. Pilih punya pilih, PP-II IPB yang aku
jalani.
-------
Ketika sudah jadi mahasiswa, karena keranjinganku
sering
ngubek-ubek buku loak di Senen, aku memperoleh
beberapa
buku kumpulan Amanat Presiden Soekarno. Isinya pidato
BK dalam peringatan kemerdekaan RI, dari 1954 - 1965.
Salah satunya menyinggung-nyinggung alasan
diberdirikannya
IPB, terpisah dari UI.
Lain kali aku temukan juga akhirnya pidato BK pada
waktu peresmian berdirinya IPB terpisah dari UI di
Toko Buku
Gunung Agung Internusa, menjelang kebakarannya. Ada
lagi
ulasan tentang alasan BK mendirikan IPB dikaitkan
dengan
berdirinya IRRI sebagai dampak pernyataan BK terhadap
AS yang cukup terkenal, "Go to hell with your aid"
itu!
Di situ jelas, bahwa alasan dipilihnya Bogor sebagai
tempat
IPB sangatlah tepat. Betapa Bogor dengan adanya Kebun
Raya, dapat dikatakan sebagai Kota Biologi dan Kota
Botani
di Negara ini. Di Bogor pula adanya balai-balai
penelitian
pertanian. Bahkan salah satu bagian dari Balitan
(Muara)
masih sering disebut Kampus Pertanian oleh sementara
orang
tua di Bogor - termasuk pengarang Komik Wayang, R.A.
Kosasih, di tempat mana aku pernah kontrak kamar
selama
2 tahun.
Sementara itu ada selentingan dari beberapa orang
dekat BK, bahwa IPB memang diset untuk membangun
pendidikan dan pengembangan ilmu pertanian terbesar
di Asia Tenggara, target utamanya adalah 'menyaingi'
IRRI.
Kalau IRRI sekedar untuk riset, maka IPB diharapkan
selain untuk riset juga mampu menghasilkan periset,
SDM.
Bahkan konon tidak hanya pertanian, kehutanan pun men-
jadi prioritas utama lewat Rencana Pembangunan Semesta
8 tahunan karya Kabinet Djuanda. Gedung Manggala Wana-
bhakti, konon tempatnya atas rancangan Soekarno
bersama
Kabinet Djuanda, berdampingan dengan gedung Hijau
MPR/DPR.
Pendidikan dan pengembangan ilmu kelautan dan
perikanan
akan dipusatkan di Univ. Pattimura di back-up oleh
Univ.
Hasanuddin, Makasar. Kelautan yang berkaitan dengan
Tekno-
logi dan HANKAM laut, akan dipusatkan di ITS, untuk
menciptakan dan merakit kapal-kapal tangguh, menuju
negara
maritim yang kuat. Terbukti bukan, di Surabaya berdiri
PT PAL?
Pelabuhan angkatan laut telah dipersiapkan di tempat
strategis tetapi terlindung dengan hamparan P. Madura
di
Grati. Dan seterusnya- dan seterusnya. Betapa kumplit
sebenarnya wawasan rancang bangun para pendahulu
pemim-
pin Indonesia ini, memikirkan pertanian dalam arti
luas
negeri tercinta ini.
-----------
Jadi jelas berdirinya IPB sebenarnya membawa misi
luhur
berkaitan dengan permasalahan PANGAN (terutama) dan
berbagai masalah pertanian untuk seluruh rakyat
Indonesia
yang terus membesar jumlahnya. Sayangnya pengembangan
pertanian itu tidak selalu diimbangi dengan perluasan
wilayah
pertaniannya. Lahan pertanian tidak pernah naik
proporsinya
sejak Orla bahkan terus merosot hanya tinggal 11%
saja
dari lahan potensial di Negeri ini.
Di tengah keterpurukan inilah dalam pandanganku
terlihatnya
kelemahan peran IPB. Ya, IPB yang masih menyandang
nama
Institut dengan embel-embel Pertanian saja lemah
peranannya
dalam pengembangan pertanian, terutama perluasan lahan
produktif Indonesia, betapa nanti bila Institut itu
telah bergan-
ti baju menjadi nama lain yang konotasi kompetensi
utamanya
cenderung melenceng dari VISI dan MISI IPB yang secara
latent
melatar belakangi, mengapa Institut ini perlu lahir.
Apa jadinya makna prasasti yang ditanda tangani oleh
Dr Ir Soekarno di dinding sebelah dalam pintu masuk
'mantan'
Lab. Kimia Pertanian IPB itu? Apa makna tanaman PINUS
tertua di Bogor yang sekarang ini 'meger-meger'
menaungi salah
satu Jurusan di Fakultas Pertanian dan menjadi nama
salah satu
gedung kuliahnya, Gedung Pinus di Plaza Soekarno? Apa
selanjutnya pencanangan program ketahanan pangan
nasional
hampir dua tahun yang lalu dengan penanaman SUKUN
sebagai
simbul diversifikasi pangan KARNOBI (Karbohidrat Non
Biji)?
Apa makna lambang Pagebuk Bantal ciptaan alumnus
Fakultas
Pertanian UI itu? Apa artinya lagi Himne IPB.....?
Juga sajak
digerbang-tuaku karya penulis sajak Benteng, Taufik
Ismail
itu?
Sebagai penutup cerita orang-orang sekitar KDP ini ada
baiknya
aku tuliskan cuplikan cerita dosen senior Fakultas
Pertanian yang
sudah pensiun, Prof. Achmad Surkati Abidin. Pada
suatu acara
Temu Hortikultura (pertemuan mahasiswa dan dosen PS
Hortikultura
Jurusan BDP, Faperta IPB), beliau menceritakan
alasannya memilih
masuk IPB (UI) dibandingkan ITB. Padahal beliau adalah
orang
Bandung. Alsannya adalah terpengaruh oleh salah satu
judul pidato
BK juga yaitu "Perjuangan Untuk Hidup", Yang tidak
lain adalah
perjuangan untuk memajukan pertanian.
Dan aku tidak bisa membayangkan seandainya nanti
bangsa besar
nan agraris tetapi berlahan sempit ini sudah tidak
punya lagi
Perguruan Tinggi yang berkompetensi utama dalam ilmu
Pertanian!
Bahkan demi kepentingan alumnusnya (yang belum tentu
benar
adanya) harus mengubah diri menjadi Universitas.
Seperti
guru silat ingin mendirikan perguruan silat, tetapi
melihat-lihat
dulu ada tidaknya murid yang akan belajar. Sementara
ilmu silat-
nya itu sendiri telah secara nyata membawanya berumur
panjang
dan tetap segar sejahtera.
Mohon maaf bila kepanjangan....
KDP
------
=====
Milis bermoderasi, berthema 'mencoba bicara konstruktif soal Indonesia' dapat diikuti di http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/
Juga mampirlah untuk ketawa ala Suroboyoan di
http://matpithi.freewebsitehosting.com
__________________________________________________
Do you Yahoo!?
Yahoo! News - Today's headlines
http://news.yahoo.com