[Nusantara] Abdurrahman Wahid : Dasar-Dasar Ekonomi Rakyat

Gigih Nusantara gigihnusantaraid@yahoo.com
Tue Sep 17 12:50:14 2002


Dasar-Dasar Ekonomi Rakyat 
  
Abdurrahman Wahid

Ajakan untuk mengembangkan ekonomi rakyat diajukan
oleh penulis dalam berbagai kesempatan di muka para
warga Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Ajakan itu
ternyata mendapat sambutan yang luar biasa karena ia
datang tepat pada pada waktunya –kalau tidak malah
sudah terlambat. Antusiasme menerima ajakan ini dapat
diketahui dari reaksi mereka maupun dari ungkapan
kata-kata mereka.

Bahkan dari pihak saingan politik penulispun, telah
datang reaksi yang positif. Dalam sebuah perjumpaan
televisi, Drs. Kwik Kian Gie, ketua Bappenas, telah
menyatakan sambutan positifnya atas gagasan penulis
ini. Ia bahkan menyatakan bahwa perekonomian rakyat
harus diberlakukan oleh pemerintah. Suatu hal yang
dilupakan oleh Kwik Kian Gie adalah keharusan
pemerintahan yang didukung sangat kuat untuk dapat
melaksanakan perekonomian rakyat tersebut. 

Hal ini , kiranya, sukar diwujudkan oleh pemerintahan
Megawati Soekarnoputri yang dihasilkan oleh perbuatan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
(MPR-RI) untuk melanggar Undang-Undang Dasar 1945 (UUD
1945). Jelas, dalam hal ini, rakyat tidak merasa
memiliki pemerintahan ini. Dengan demikian, bagaimana
dapat diharapkan sokongan-sokongan yang sangat kuat
oleh rakyat terhadapnya?
Rakyat bukanlah gugusan makhluk yang bodoh. Mereka
masih melihat, perlunya kita memiliki TNI dan POLRI
yang kuat, baik secara fisik maupun kelembagaan.
Dengan adanya PPP yang menuntut Piagam Jakarta –yang
dilaksanakan melalui amandemen pasal 29 UUD kita,
jelas TNI-POLRI merasa bingung. Di samping itu,
Rakernas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P)
menuntut dicabutnya TAP MPRS No. 33 tahun 1966, yang
berarti hilangnya dasar legal bagi Dwi-fungsi
TNI-POLRI, bukankah kebingungan itu akan semakin
bertambah? Dan, dengan tuduhan Rahardi Ramelan, bahwa
GOLKAR telah melakukan korupsi dalam menggunakan uang
negara (bulog), bukankah TNI-POLRI merasa kehilangan
teman? Ketiga pilar utama kabinet itu menimbulkan
kebingungan bagi TNI-POLRI, dan bagaimana kebingungan
semacam itu dapat diharapkan adanya pemerintahan yang
kuat yang didukung oleh rakyat?

*****

Sementara itu, posisi tanggungan luar negeri
(hutang-hutang luar negeri dan lain-lain) terlihat
semakin parah. Saat ini tanggungan kita sebagai bangsa
mencapai jumlah 700 milyard dollar Amerika, tiga kali
lipat produksi bruto dalam negeri kita. Ini menurut
hitungan konservatif, sedangkan dalam hitungan lebih
longgar lagi akan memperlihatkan jumlah 900 milyard
dollar Amerika, atau empat kali lipat produksi
domestik kasar (Gross Domestic Products).

Cara yang dipakai selama ini adalah mencari pinjaman
baru dari luar negeri untuk menutup tanggungan
tersebut, sehingga hutang luar negeri kita semakin
lama semakin banyak. Dengan kata lain, kita telah
melaksanakan kebijakan tutup lobang gali lobang. Jika
kebijakan ini diteruskan, bukan hanya anak cucu kita
yang harus bayar, melainkan cicit serta canggah kita.
Lalu, dimanakah martabat bangsa kita, kalau hal
semacam itu kita lakukan secara terus menerus?

Jelas, dalam hal ini kita harus banting setir, dengan
melaksanakan perekonomian rakyat. Kalau selama ini
politik ekonomi kita senantiasa menguntungkan
usaha-usaha besar dengan segala fasilitas, jelas bahwa
kita harus berani mengubah itu. Karena kalau harus
diteruskan, itu hanya akan menjadikan diri kita akan
didikte oleh bangsa lain. Yang berarti pula, kita
selalu berada dalam penjajahan ekonomi di samping
kemerdekaan politik.

*****

Cara terbaik mengatasi hal itu adalah dengan
melaksanakan ekonomi rakyat, yang berintikan
pengembangan sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
secara tak tanggung-tanggung. Kalau perlu dengan
menetapkan moratorium (penghentian sementara)
pembayaran tanggungan luar negeri kita, katakanlah
untuk jangka waktu tiga sampai lima tahun. Uang yang
dapat dihemat dengan tindakan itu, digunakan untuk
pengembangan UKM secara besar-besaran . 

Maka, tidaklah mengherankan jika hal ini nanti akan
menimbulkan pemboikotan besar-besaran dalam bentuk
penghentian ekspor dari dan impor ke negeri kita. Ini
harus dijawab dengan pengalihan produk-produk kita
dari ekspor ke luar negeri untuk dilemparkan ke
pasaran dalam negeri.

Bangsa kita, yang berjumlah 210 juta jiwa, dapat
menjadi pasaran sangat besar bagi produk-produk dalam
negeri. Hal ini telah dibuktikan oleh India dan China
di masa lampau. Pertanyaannya mengapakah kita tidak
dapat melaksanakan hal itu di tengah-tengah krisis
seperti sekarang ini?
Langkah ini, memang terasa sangat radikal, tetapi
bukankah memang kita harus merubah politik ekonomi
kita? Bukankah selama tiga dasa warsa lebih ternyata
kita hanya menganak-emaskan pengusaha-pengusaha besar
saja? Bukankah diharapkan, dari tetesan keuntungan
(trickle-down-effect) usaha-usaha besar itu,
diharapkan semakin kuatnya usaha-usaha kecil kita? Dan
bukankah hal ini telah dibuktikan gagal sama sekali,
dengan kebangkrutan usaha-usaha besar yang melarikan
uang ke luar negeri, setelah menerima BLBI dan
sebagainya? 

Pinjaman yang diminta usaha-usaha besar untuk menolong
perkembangan UKM, ternyata, sebuah tipu daya untuk
memperdayakan kita sebagai bangsa dan karenanya harus
segera diakhiri. UKM diberi rangsangan untuk maju
melalui pemberian kredit berbunga rendah,
perubahan-perubahan tehnologi dalam berproduksi,
perbaikan cara-cara pemasaran (termasuk kemasan) dan
penciptaan jaringan pemasarannya sendiri.

Semua itu, berarti memerlukan kerangka besar dan kerja
keras kita semua, untuk menciptakan ekonomi rakyat
melalui pengembangan UKM. Memang tindakan ini terasa
sangat radikal, tetapi memang –bukankah hanya dengan
tindakan radikal --dalam mengubah orientasi ekonomi
kita, baru dapat kita capai langkah yang diperlukan
untuk memperbaiki keadaan kita sebagai bangsa? Ini,
tentunya, akan melibatkan seluruh bangsa, dan
karenanya diperlukan dukungan sangat kuat dari rakyat.
Jelaslah, dari keperluan mutlak akan dukungan seperti
itu, apa yang dikatakan oleh Kwik Kian Gie merupakan
sebuah lelucon yang tak lucu.


Amsterdam – Roma 11 Nov 2001 
*Penulis adalah Ketua Umum Dewan Syura Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB 


=====
Milis bermoderasi, berthema 'mencoba bicara konstruktif soal Indonesia' dapat diikuti di http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/
Juga mampirlah untuk ketawa ala Suroboyoan di
http://matpithi.freewebsitehosting.com

__________________________________________________
Do you Yahoo!?
Yahoo! News - Today's headlines
http://news.yahoo.com