[Nusantara] "babat" : Kepentingan Negara lagi --> komentar Mega

Gigih Nusantara gigihnusantaraid@yahoo.com
Fri Sep 20 12:48:02 2002


"babat" : Kepentingan Negara lagi --> komentar Mega 
         
Yang salah dari ucapan2 Megawati dibawah ini
sesungguhnya malah lebih
mendasar lagi : mengapa sewot dengan pengkritik ?
mengapa malah bukan
mempermasalahkan dasar dari kritikan itu ?

Mengapa malah mempersoalkan pribadi sang pengkritik? 
Dan menolak
mempersoalkan pribadi sang penguasa , padahal
sesungguhnya kemampuan
perubahan menuju perbaikan sangat timpang ada di
tangan penguasa ?

Ini adalah masalah sesungguhnya dari prinsip kekuasaan
di Indonesia.

Menjadi seorang pemimpin itu mempunyai beberapa
'perks' (=hak2 lebih)
dari orang biasa , hak2 yg diberikan untuk memudahkan
dia melakukan
tugasnya , yang juga jauh lebih banyak dari orang
biasa.  Bukan
sebaliknya - seperti pada sistem kerajaan - bahwa
seorang pemimpin itu
memiliki segalanya yang di negara itu - jika dia
'bersedia berkorban'
untuk memikirkan rakyatnya (biasanya example yang
diambil adalah contoh
dari kisah 1001 malam , raja yang mau incognito dan
membagi2 beras /
gandum ke orang miskin) maka itu adalah 'kelebihan'nya
dari kebaikan
hatinya .

Ini prinsip yg malah jauh lebih mendasar.  Selama
prinsip kekuasaan
kita masih tetap seperti itu, bahwa menjadi penguasa
itu identik dengan
kemukten (= naik gengsi) - yang notabene sesungguhnya
hanya akibat
sampingan - jika ini menjadi tujuan utama , maka
selalu terjadi
ketololan seperti pada 'keluhan mega' ini.

Dalam kondisi rakyat yang amburadul sekarang -
pemimpin yang benar
adalah pemimpin yang merasa rendah-hati , menyadari
diri masih sangat
kurang.  Bertindak sederhana dan tanpa protokoler
biaya tinggi. 
Bukannya malah meng-ada2 dan mencari pembenaran diri
terus (bukan hanya
dilakukan mega memang, juga gusdur).

Apakah pemimpin seperti itu 'impossible' ?  Tidak. 
Perdana menteri
Chuan lek-pai dari Thailand saat krisis dulu adalah
pemimpin yg
sederhana (kalau yg sekarang sih lebih mirip Kiemas
:).  Mandela juga
sederhana, Xanana dari timtim pun sederhana.  Memahami
bahwa bangsanya
masih banyak perlu berbenah.
Sederhana bukan berarti pintar atau mampu memperbaiki
bangsanya (Chuan
tidak begitu berhasil, Xanana masih belum terbukti) -
tetapi itu adalah
suatu permulaan.

Bukan malah berebut gelar palsu, meng-ada2 perjalanan
luar negeri yang
tidak relevan (aneh rasanya mengatakan hal ini bukan
pada gusdur tapi
mega :)

Aneh juga, bahwa hal yang sama juga dikeluhkan oleh
ketua BPK tentang
audit negara - bahwa penguasa Indonesia membesarkan
hak tetapi
mengabaikan pertanggung-jawaban (dan diamini oleh
Mega! :)

Adalah tidak tepat jika mengatakan bahwa 'kita semua
harus sama2
berusaha' (dan implisit jika gagal juga kesalahan
bersama) karena level
'usaha' itu sangat berbeda antara seorang penguasa
dengan seorang
rakyat biasa.

Jadi kata2 seperti "nyalakanlah lilin - jangan sekedar
mengutuk
kegelapan" itu adalah kata2 bersayap yang bagus
dikatakan tetapi tidak
ada kenyataannya saat ini, karena apa ?  Karena saat
ini 'kegelapan'
itu belum dikutuk dalam perbuatan!  Bahkan 'kegelapan'
itu masih terus
dikerjakan oleh sebagian besar penguasa yg menguasai
'lampu kamar'. 
Baik dari ucapan BPK itu maupun dari kenyataan
se-hari2 !
Di negara seperti Swedia (atau Nederland mungkin)
nasehat semacam itu
lebih tepat!

Akan lain halnya jika seluruh negara telah
bahu-membahu melawan musibah
- terutama oleh pihak2 yang sangat mampu 'membahu' -->
ya para
penguasanya!
Kalau kenyataannya penguasa masih tetap saja sangat
mewah, indikasi
pencurian tetap saja sangat luas, bahkan mencapai juga
kekuasaan
tertinggi (ya DPR, ya eksekutif, ya suami presiden!). 
Moralita sama
sekali tidak ada, secara terbuka wapres dan menteri2
memakai gelar2
palsu, istri2 baru, kekayaan2 mendadak ....
Dan semua hal mau 'diselesaikan' hanya dengan kata2 -
bersabda - tanpa
tindakan nyata apa2 .. malah kenyataan yg dikeluhkan
'harusnya begini'
(= keluhan kwik!)

Dan 'hukuman moral' pun tidak dijatuhkan kepada para
penguasa yg maling
dan tidak bekerja sama sekali (atau bahkan 'bekerja'
mencuri doang!)
---> siapa yang lebih patriotis antara pengritik
kebejadan ini atau
para penggedibal yang menjilat ucapan2 bohong dan
self-serving serta
lari dari kenyataan dan pertanggung-jawaban ?

Test paling jelas dari suatu badan eksekutif adalah di
kenyataan
pelaksanaan!
Jika keadaan ekonomi berantakan, maka menteri ekonomi
boleh menjelaskan
berbagai alasan (dengan kepala tertunduk!) mengapa hal
itu terjadi -
tetapi tetap saja fakta bahwa hal itu masih terjadi
membuktikan bahwa
dia tidak bekerja dengan baik!
dan eksekutif yg benar (ingat presiden2 Korea
Selatan!) akan menerima
hukuman atas kegagalan kenyataan itu - walaupun
mungkin diluar
kesalahannya pribadi.

Apalagi dibidang keamanan. Fakta bahwa banyak
kriminalitas di jalanan
itu membuktikan bahwa kepolisian belum bekerja dengan
baik - lepas
bahwa alasannya sifatnya meluas - jadi jika kapolri
mau menjelaskan
kegagalan kerja nya itu , harus dengan kepala
tertunduk!

Demikian seterusnya sampai ke presiden.  Dan ketua
MPR.

Tentu saja - tulisan saya ini tidak akan menjadi
kenyataan.  Karena
kebudayaan kekuasaan di Indonesia masih saja seperti
sekarang.  Semua
orang yang dapat berkuasa ya memakai kekuasaan itu
untuk kemukten
pribadinya.  Jika tidak melakukan hal itu berarti
bodoh atau bahkan
'tidak berbakat'.

Ini sebabnya - dalam cuaca yang masih seperti ini -
seorang patriot
atau nasionalis sejati justru akan meneriakkan kritik
dengan keras. 
Dan bukan membenar2kan apologia atau alasan apapun
atas kegagalan. 

Dan memang seharusnya begitu.  Negara ini tidak perlu
menjadi kerajaan
lagi.  Penguasa yang terbukti gagal (terbukti dari
kenyataan yang tidak
menjadi lebih baik ) harus menundukkan kepalanya - dan
jika tidak maka
justru harus ada mekanisme untuk memaksakan agar
kepalanya tertunduk,
atau malah dipecat saja dari posisinya.

Banyak sekali keuntungan diberikan pada seorang
penguasa di Indonesia -
seorang presiden atau menteri2 - sehingga sangat
sepatutnya untuk
menggusur siapapun yang tidak mampu memperbaiki
situasi, ini samasekali
bukan masalah 'pelanggaran hak asasi penguasa'. Harus
ada faktor
kepentingan publik yang jelas.

Justru itu yang perlu disadari di Indonesia.
Dan melihat tingkah-polah pemimpin2 saat ini -
terutama Hamzah Haz -
jelas bahwa tujuan itu masih akan sangat jauh. 
Padahal, tidak adanya
accountability yang jelas adalah satu2nya hal yang
paling penting yang
menghambat adanya perbaikan.

Ingat: menjadi penguasa di Indonesia itu sangat mudah
- tanpa ada
pertangggung jawaban apa2 - persis seperti tawaran
preskom bumn kepada
Ahmad Syafi'i Maarif, Ketua Umum Pimpinan Pusat
Muhammadiyah : "yang
perlu ngerti ttg 'alien money' alias uang siluman ..."
 Memang itulah
satu2nya 'ilmu berkuasa' seperti yang dimiliki Haz dan
lain2nya.

Tulisan ini bukan untuk mendorong rakyat untuk selalu
menghujat
pemimpinnya, ini interpretasi gampang2an yg pasti
segera muncul di
kepala banyak pembaca.  Bukan! Pemimpin yang baik dan
efektif adalah
manusia yg sangat berguna dan berpahala bagi rakyatnya
- pemimpin yang
tanggung2 pada saat negara makmur juga mungkin tidak
apa2 - tetapi
pemimpin yg tidak efektif atau malah maling (apalagi
ditambah pemalsu
dan sombong tanpa rasa bersalah apa2) pada saat negara
amburadul adalah
malapetaka yang sangat besar!

Dan hanya pemimpin2 yang terakhir itu yang harus
dikritik dan
di'lurus'kan.  Karena eksistensi pemimpin itu sendiri
sesungguhnya
adalah dari kepentingan rakyatnya.  Di jaman
tradisional dulu mungkin
hal ini sudah sering menjadi ujar2 - tetapi di sistem
modern saat ini ,
hal ini seharusnya bukan sekedar pepatah-petitih ,
tetapi kenyataan
keras ....  karena malapetaka yang ditimbulkan seorang
pemimpin kacao
adalah jauh lebih besar dibanding kejahatan
individual.

Begitulah. Jika anda melihat mega , hamzah dan semua
pemimpin itu sama
seperti anda melihat tukang sampah dan petugas pasar
yang harus menjaga
kebersihan dan ketertiban lingkungannya - dan jika
gagal langsung anda
damprat dengan tegas - seperti seharusnya dalam suatu
pemerintahan
publik berdaulat non-kerajaan - masalah ini sebenarnya
sangat clear.

Itu sebabnya ucapan mega yg mengumpat2 pengritik ini
samasekali tidak
pada tempatnya. Memang saat ini banyak sekali hal yg
tidak pada
tempatnya tetapi tetap berjalan karena ada orang
berkuasa yg
menghendakinya ..

disitulah masalah sesungguhnya.
dan disitu pulalah kita tahu bahwa penyelesaiannya
akan masih sangat
panjang!   

:-(
bb

=====
Milis bermoderasi, berthema 'mencoba bicara konstruktif soal Indonesia' dapat diikuti di http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/
Juga mampirlah untuk ketawa ala Suroboyoan di
http://matpithi.freewebsitehosting.com

__________________________________________________
Do you Yahoo!?
New DSL Internet Access from SBC & Yahoo!
http://sbc.yahoo.com