[pdiperjuangan] J.Winters menjawab Litbang PDIP/Kwik Kian Gie

admin pdiperjuangan@polarhome.com
Fri Aug 9 19:50:43 2002


Note: This letter, together with supporting documents, was faxed to Kwik
Kian Gie and Litbang PDI Perjuangan on 9 August 2002.
-----------------------------------------------------------------------------------------------

[Northwestern University letterhead]

9 Augustus 2002

Pak Kwik yang baik,

Salam hangat dari Chicago. Saya baru menerima dokumen lewat email yang
berjudul "Litbang PDI Perjuangan Menjawab." Menurut dokumen ini Pak Kwik
sendiri menjadi juru bicara dalam konferensi pers yang menyampaikan
pandangan Litbang tersebut. Saya rasa isinya baik dan wajar, kecuali bagian
yang menyebut nama dan pandangan saya. Maaf, tapi beberapa observasi
Litbang sama sekali tidak tepat. Dengan surat ini saya menyampaikan
beberapa penjelasan supaya tidak ada salah faham. Silahkan membagi surat
ini kepada anggota Litbang lainnya dan juga kepada DPP PDIP dan kepada Mbak
Mega sendiri.

Dalam konferensi pers dari Litbang/Kwik ada beberapa pernyataan sebagai
berikut:

LITBANG / KWIK: Mengenai julukan "Megawati Suhartoputri," Litbang katakan:
"Yang memasyarakatkan Jeffrey Winters, tetapi Jeffrey Winters mengatakan
bahwa yang menciptakan julukan itu bukan dia. Dia membaca di koran, lalu
dia menggunakan julukan itu di mana-mana. Itu pengakuannya Jeffrey
Winters."

JEFFREY: Dari nadanya, sepertinya Litbang/Kwik kurang percaya bahwa saya
bukan pencipta julukan itu, dan kurang percaya bahwa julukan itu sudah lama
beredar. Dari pernyataan di atas saya merasa Litbang/Kwik berpendapat
adalah tidak wajar kalau seorang pengamat menyatakan di forum terbuka
munculnya suatu julukan untuk seorang presiden. Mungkin perlu saya
mengingatkan Litbang tentang perkembangan julukan ini. Saya lampirkan
beberapa bukti mengenai sejarah lahirnya julukan tersebut. Di bawah ini
saya kutip beberapa bagian yang relevan.

Mulai akhir 2001 saya sudah terima laporan, dari beberapa sumber di
Indonesia, bahwa julukan itu pertama kali dibuat oleh Sri Bintang Pamungkas
dalam suatu forum atau demo. Karena tidak ada catatan tertulis, saya tidak
tahu persis apakah laporan itu akurat atau tidak. Secara tertulis dan
tercatat, kita bisa melacak perkembangan julukan ini sebagai berikut:

Website-nya Wimar Witoelar: Pada tanggal 15 Desember 2001 kita lihat di
website-nya Wimar ada interview yang berjudul "2001: Journey without a
Destiny," di mana Wimar mengatakan: "If Megawati allows the country to slip
back into the old culture then she would be known not as Megawati
Sukarnoputri but maybe as Megawati Suhartoputri." (Lihat di web:
http://articles.ibonweb.com/webarticle.asp?num=1094 )

Sinar Pagi: Pada tanggal 4 Januari 2002 Sinar Pagi menerbitkan artikel
dengan judul "Presiden Dijuluki Megawati Soehartoputri" tentang sejumlah
aktivis senior termasuk Arbi Sanit, Faisal Basri, Johnson Panjaitan, Wardah
Hafiz, Henny [Walhi], Budiman Sujatmiko, dan Dillon yang menggelar aksi
damai di Bundaran HI untuk melawan abolisi untuk Suharto. Kata artikel
tersebut, "Jika [abolisi] diberikan maka presiden dijuluki Megawati
Soehartoputri." Ada juga spanduk di demo ini yang isinya sama.

Suara Merdeka: Pada tanggal 8 Januari 2002 diterbitkan artikel di Suara
Merdeka yang manyampaikan tanggapan Wakil Ketua DPR Soetardjo
Soerjogoeritno terhadap munculnya julukan ini. Pak Soetardjo mengatakan
bahwa penggantian nama lewat julukan tidak pantas, lalu secara guyon dan
sambil tertawa dia tambah: "Mbak Tutut bisa-bisa protes akan hal itu. Kalau
nama Presiden diubah menjadi Megawati Taufik Kiemas sih tidak apa-apa. Tapi
kalau Megawati Soehartoputri, nanti Mbak Tutut bisa protes." (Lihat di web:
http://www.suaramerdeka.com/harian/0201/08/nas14.htm )

Koran Nasional di Belanda: Pada tanggal 16 Januari 2002 di salah satu koran
nasional di Belanda, julukan ini muncul lagi dan dikutip di internet
begini: "...jadi tampaknya Megawati Soekarnoputri (dochter van Soekarno)
diganti saja namanya menjadi Megawati Soehartoputri." (Lihat di web:
http://groups.yahoo.com/group/deGromiest/message/469 )

Wall Street Journal: Pada tanggal 6 Februari 2002 diterbitkan artikel oleh
Sadanand Dhume di WSJ yang berjudul "Some Question if Megawati's Style Can
Get Indonesia Out of Trouble." Artikelnya mengutip Wimar sebagai berikut:
"'She's more like Megawati Suharto-putri,' jokes Wimar Witoelar." (Lihat di
web:
http://www.destination-indonesia.net/News-Analysis/News2002/News020206wsj00043.htm
)

Kolom Haryo Sasongko: Pada tanggal 5 Maret 2002 ada kolom yang beredar luas
di internet yang berjudul "Pembusukan Nasional dan Kebangkitan Kembali Orde
Baru" oleh Haryo Sasongko. Salah satu kesimpulan dari penulis ini adalah
"Karena itu, orang boleh saja marah dengan plesetan nama Megawati
Soekarnoputri menjadi Megawati Soehartoputri. Namun dengan mempelajari
sepak tejang politiknya, plesetan itu mungkin memang mengandung kebenaran."
(Lihat di web:
http://mail2.factsoft.de/pipermail/national/2002-March/003180.html )

Bisa disebut banyak contoh lagi, tapi saya rasa yang di atas itu sudah
cukup membuktikan bahwa julukan ini memang sudah lama beredar dan pantas
menjadi bahan diskusi dan analisa dari seorang pengamat yang mengikuti
perkembangan politik di Indonesia. Sebagai seorang peneliti, saya memang
memperhatikan perkembangan julukan negatif seperti ini. This is my job as
an analyst. Saya juga cukup kaget pada bulan Juli lalu karena begitu saya
tiba di Jakarta saya dengar julukan itu tiga kali dalam tiga hari -- dari
pengemudi taxi, dalam percakapan dua orang di meja sebelah di coffee shop,
dan dari pelayan di warung bistik di Jakarta Selatan.

Waktu saya hadir sebagai satu dari sembilan panelis (termasuk Gus Dur) di
Jakarta Media Center beberapa hari kemudian, kami tidak sempat bicara
panjang lebar karena waktu yang disediakan hanya lima menit per orang. Jadi
saya memilih untuk menyampaikan sepuluh pertanyaan saja, diantaranya
adalah: Mengapa kita makin sering mendengar julukan "Megawati
Suhartoputri?" Mengapa julukan ini muncul dan beredar? Dan gejala itu
mencerminkan apa di kalangan elit maupun di kalangan rakyat?

Lalu saya tambah: julukan ini pasti sangat pahit dan menyakitkan untuk
Megawati sendiri. Dari pendengar ada yang tanya, apakah saya tidak takut
akan ditangkap karena saya mendiskusikan munculnya julukan ini? Saya
menjawab, sama sekali tidak, karena Mega bukan orang seperti itu.

Pers langsung menulis bahwa saya menciptakan julukan baru untuk Presiden
Megawati, padahal itu sama sekali tidak akurat. Lalu berita itu menjadi
bola salju karena media TV dan radio mengutip hal yang sama dari media
cetak, dan begitu juga sebaliknya, sehingga faktanya sendiri hilang dan
yang beredar adalah berita yang tidak akurat. Litbang PDIP (dan Pak Kwik
sendiri) pasti tahu bahwa saya tidak bisa mengontrol pers dan yang mereka
mau tulis itu tidak bisa dilihat sebagai kesalahan saya.

Tetapi ini tidak berarti saya pasif dan membiarkan proses snowballing itu.
Saya langsung menulis surat (email) klarifikasi ke Tempo dan Kompas
(dilampirkan), dan saya juga mengadakan wawancara dengan Forum Keadilan
yang coba meluruskan salah-kutip yang sudah menyebar luas itu. Saya rasa
ini sikap yang bertanggung jawab sebagai seorang akademisi.

LITBANG / KWIK: Secara eksplisit Litbang/Kwik mengkaitkan julukan itu
dengan ide bahwa Mega jadi seorang diktator, seakan-akan saya pernah
katakan hal itu: "Pertama saya ingin bertanya, kalau Mega seorang diktator,
apakah Jeffrey Winters sekarang bisa bebas seperti ini? Bukankah dia lalu
diusir atau ditangkap? Anda bisa membayangkan nggak seandainya zaman
Soeharto dulu, apakah Jeffrey Winters berani mengatakan "Tutut Soekarno
Putri"? Pasti dia langsung ditangkap atau dituntut di pengadilan. Bahwa
Jeffrey Winters bisa ngeritik sampai seperti itu sebagai orang asing, bahwa
dia bisa mengatakan Soeharto Putri segala macam dan sama sekali tidak
diganggu sedikitpun kebebasannya, bukankah itu bertolak belakang dengan
omongan yang mengatakan bahwa Megawati sudah diktator?"

JEFFREY: Saya sangat keberatan dengan komentar ini. Sudah cukup
unprofessional kalau banyak pers tidak bisa (atau tidak mau) mengutip
dengan cermat. Tapi jika Litbang/Kwik mencampur nama saya dengan pandangan
bahwa Mega jadi diktator, itu sangat tidak pantas. For the record, saya
tidak pernah mengatakan bahwa Mega menjadi diktator. Lebih jauh lagi, saya
tidak pernah kaitkan julukan Suhartoputri dengan perkembangan dictatorship.
Dan lebih-lebih lagi, saya rasa yang pakai julukan ini, baik di demo maupun
di kolom atau komentarnya, sama sekali tidak mengambarkan Megawati sebagai
seorang diktator (mana ada yang bilang begitu?).

Menurut analisa saya (berdasarkan bukti yang tertulis, dan diskusi dengan
orang yang pakai nama itu), julukan ini mencerminkan pandangan (akurat atau
tidak) bahwa Megawati terlalu toleran terhadap status quo/Orba, dan
cenderung terlalu "working within the system" daripada "working to change
the system." Jadi ngomong diktator segala itu agak berlebihan dan
over-reacting.

Dalam wawancara pada tanggal 18 Juli dengan Forum Keadilan (edisi cetak 28
Juli 2002) saya ditanya, "Megawati bisa menerima posisi Anda seperti itu
[yaitu, bicara di forum terbuka tentang munculnya julukan]?" Jeffrey
menjawab: "Iya dong. Megawati sudah tahu dari dulu bahwa kita tidak boleh
campur aduk antara profesi dan hubungan pribadi. Dan saya kagum kepada
Megawati karena bisa menerima itu." Mana bisa saya menjawab begini kalau
saya pikir Mega bersifat diktator?

"Litbang Menjawab" adalah konferensi pers yang resmi sebagai response PDIP
terhadap kritikan publik yang beredar satu tahun setelah Ibu Mega menjadi
presiden. Oleh karena itu saya menulis surat ini (dan lampirkan
bukti-bukti) sebagai koreksi untuk yang sudah disampaikan dalam konferensi
pers Litbang/Kwik.

Pak Kwik, saya akan berterima kasih sekali kalau Litbang atau Pak Kwik
sendiri bisa menulis PRESS RELEASE yang isinya:

a)  mengakui bahwa bukan Jeffrey yang menciptakan julukan "Megawati
Suhartoputri"
b)  mengatakan bahwa memang wajar kalau seorang pengamat-akademisi
mendiskusikan hal seperti munculnya julukan yang diberikan kepada seorang
presiden
c)  menjelaskan bahwa Litbang/Pak Kwik tidak bermaksud menyatakan bahwa
Jeffrey pernah mengatakan (or even implied) bahwa Megawati bersifat
diktator

Tolong dikirim fotokopi dari press release tersebut ke email saya:
winters@northwestern.edu

Thank you for your careful attention to this matter.

Hormat saya,

Jeffrey A. Winters

-„