[pdiperjuangan] Fw: [cari] Fw: [Nasional] Goenawan Mohamad soal hitam putih
Olga nebo Sylvie Gondokusumo
pdiperjuangan@polarhome.com
Fri Aug 30 17:49:43 2002
Mas Goenawan Mohamad yang terhormat,
terimakasih untuk pencerahan dalam hal pidato KKG yang patriotik
menggebu namun tak kurang analisis ekonominya yang jitu. Mohon maaf
untuk berlainan pendapat, tetapi saya kurang melihat pandangan hitam-
putih maupun intoleransi dlm pidato tsb.
Sembari setuju dengan Mas Goen tentang rekayasa penulisan sejarah serta
indoktrinasi politik ideologis sampai brainwashing oleh orba dulu,
namun secara umum memang ada hal ikhwal yang memang hitam pekat,
dan ada juga yang memang putih laksana melati. Ini dengan menjauhkan pada
pemikiran absolut. Diantara dua "ekstrim" itu tentu dapat ada warna abu-abu
maupun "putih tua".
Demikianlah menurut hemat saya mengenai tahun-tahun gelap 1966-98. Apakah
yang dapat dikatakan tidak hitam kala itu?. Tentu ini
tergantung pada sudut pandang. Namun paling tidak warna apa yg DOMINAN bagi
penilaian masa itu? Disini saya kira pada tempatnya
bhw KKG menuding MEOB (mafia ekonomi orde baru) dengan kata-kata yang
sesuai. Tanpa pekewet pekewuh gaya Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat.
Wijoyo dan cantrik-cantriknya
telah berhasil meletakkan dasar bagi economic policy orba, yang
ujung-ujungnya mencuat RI terjerembab didalam krisis multidimensi kolosal.
Ketika fondasi sedang diletakkan, maka mungkin semen dan betonnya diaduk
dengan darah ratusan ribu atau bahkan lebih, penduduk
yang dibantai tanpa pengadilan.
Kalau mixed feelings Wijoyo cs terhadap korupsi, kesewenangan militer serta
ulah the First Family dikatakan sbg warna putih, maka
bayang-bayangannya pun sukar untuk disimak dibawah kehitaman kenthal. Yang
kini konon nampak berwarna putih adalah sejumlah
besar kerangka manusia yang mulai digali, sebuah memento mori suatu masa
sedih, bagi kemanusiaan di bumi Pertiwi. Kemanusian yang menjelujuri
semua CATATAN PINGGIR Mas Goen di Tempo kala itu.
Didalam kita bersama kini meletakkan landasan sebuah sistem demokratis dan
plural, maka kita sekaligus harus tegas menepis semua gejala
intoleransi, ekstremisme, dengan latar belakang apapun. Karena itu
demokratisasi
serta kemudian demokrasi itu sendiri harus mempunyai peralatan
serta sistem canggih untuk membela dirinya, untuk memisahkan beras dari
gabah. Kita memang membutuhkan segudang otot dan otak untuk
membangun negeri, bangsa dan negara. Namun yang jelas-jelas telah sangat
menodainya, lebih baik dipersilahkan mundur saja, atau
kalau perlu dimundurkan.
Saya yakin bahwa kita mempunyai cukup manusia bijak, baik yang narayana
maupun yang telah menginjak masa sepuhnya, untuk membangun negeri kita.
Mas Goen yang saya kenal sebagai pemikir serta kekuatan moral dengan latar
belakang Islam yang sejuk penuh pengertian pada
kemajuan zaman sangatlah kita perlukan untuk membangun NKRI yang demokratis,
plural, adil dan makmur.
Wassalam, dan salam hangat untuk Mbakyu Widarti.
Bismo DG
> > -----------------------------------------------------------------------
> > Mailing List "NASIONAL"
> > Diskusi bebas untuk semua orang yang mempunyai perhatian terhadap
> > eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
> > -----------------------------------------------------------------------
> > http://redhat.polarhome.com/mailman/listinfo/nasional-m
> > -----------------------------------------------------------------------
> > -----Original Message-----
> > From: Goenawan Mohamad <goenawan_mohamad@hotmail.com>
> > To: aharsono@cbn.net.id <aharsono@cbn.net.id>
> > Date: Wednesday, August 28, 2002 8:05 AM
> > Subject: Re: Tanggapan Goenawan Mohamad tentang pidato Kwik Kian Gie
> >
> > Salam,
> >
> > Saya membaca beberapa resposne terhadap komentar saya tentang pidato
Kwik.
> > Terimakasih, terutama untuk Mas Bismo di Praha.
> >
> > Yang saya tentang adalah pandangan 'hitam-putih', dan intoleransi.
> Pandangan
> > Kwik adalah demikian. Ingatan kita, bagaimana pun juga, terbatas, dan
kita
> > cenderung, secara` sadar atau tak sadar, memilih-milih, berdasarkan
> > pandangan, prasangka, kepentingan kita si suatu saat, apa yang ingin
kita
> > ingat dan apa yang kita lupakan. Penulisan sejarah oleh Orde Baru
> > menunjukkan hal itu dengan jelas.
> >
> > Yang lebih mengkawatirkan dalam sikap 'hitam putih' ketika kita
mengingat
> > dan memandang orang lain itu adalah tendensi kekerasan untuk melenyapkan
> > orang yang lain yang sudah kita hitamkan itu.
> >
> > Setelah Orde Baru jatuh, takbiat dan kebiasaan ini seharusnya kita
> > tinggalkan. Orde Baru mencoba menulis sejarah seraya menghapuskan apa
yang
> > baik dalam cita-cita Bung Karno dalam 'Demokrasi Terpimpin', apalagi
> > cita-cita PKI. Semuanya hitam. Saya tidak percaya bahwa demikian
halnya.
> > Saya tahu bahwa yang diupayakan PKI, misalnya, adalah membuat sebuah
> > Indonesia yang lebih baik. Bahwa dia gagal, bahwa resep
Marxisme-Leninisme
> > ternyata tidak tepat (seperti kita lihat di mana-mana), tidak berarti
PKI
> > dan kaum Marxis-Leninis itu jahat atau tak patriotik dan bisa disebut
> > 'pengkhianat'.
> >
> > Kita akan mengulangi sikap yang sama jika kita melihat sejarah 'Orde
> Baru'.
> > Sebagaimana pra-Orde Baru bukanlah sesuatu yang monolitik dan tanpa
> > pertentangan di dalam, juga masa 'Orde Baru'. Saya kebetulan mengikuti
> > pertentangan itu, dalam kerja saya sebagai wartawan, terutama ikhtiar
> yang
> > dilakukan oleh Wijoyo cs. dalam menghadapi korupsi dan
kesewenang-wenangan
> > militer dan akhirnya Soeharto dan keluarga. Mereka bukannya tanpa
> kesalahan,
> > tapi saya, maaf, tidak bisa menghakimi mereka itu sebagai 'pengkhianat'.
> >
> > Jika kita sadar bahwa memandang masa`lalu dengan 'hitam putih' adalah
> tidak
> > mengakui
> > keterbatasan ingatan kita, kita akan tidak belajar dari sejarah dengan
> > cermat. Problem Indonesia begitu rumit. Kita memerlukan pelbagai
sumbangan
> > pikiran, dari masa`lalu dan sekarang, juga pikiran yang datang dari
pihak
> > 'lawan'. Kita bisa sengit berargumen, tapi kita hanya menutup diri jika
> kita
> > sudah mulai mengatakan bahwa 'saya patriot' dan sebab itu pasti benar,
dan
> > 'kamu pengkhianat', dan sebab itu pasti salah.
> >
> >
> > Tanahair kita berada di antara kesedihan dan harapan; saya selalu ingat
> > kata-kata yang kami pakai selama dalam perlawan terhadap Orde Baru:
> "Jangan
> > maki-maki kegelapan, tapi nyalakankah lilin".
> >
> > Sekian.
> >
> > Goenawan Mohamad
> >
> >
> > -------------------------------------------------------------
> > Info & Arsip Milis Nasional: http://www.munindo.brd.de/milis/
> > Nasional Subscribers: http://mail2.factsoft.de/mailman/roster/national
> > Netetiket: http://www.munindo.brd.de/milis/netetiket.html
> > Nasional-a: http://redhat.polarhome.com/pipermail/nasional-a/
> > Nasional-f:http://redhat.polarhome.com/mailman/listinfo/nasional-f
> > ------------------Mailing List Nasional----------------------
> >
>
>
> ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor ---------------------~-->
> 4 DVDs Free +s&p Join Now
> http://us.click.yahoo.com/pt6YBB/NXiEAA/MVfIAA/IYOolB/TM
> ---------------------------------------------------------------------~->
>
> Untuk masuk ke list: Kirim E-mail kosong ke
> cari-subscribe@egroups.com
>
> Untuk keluar dari list: Kirim E-mail kosong ke
> cari-unsubscribe@egroups.com
>
>
>
> Your use of Yahoo! Groups is subject to http://docs.yahoo.com/info/terms/
>
>
>