[Karawang] [Nasional] Amrozi Empat Kali Rapat di Solo
karawang@polarhome.com
karawang@polarhome.com
Mon Nov 11 23:49:12 2002
-----------------------------------------------------------------------
Mailing List "NASIONAL"
Diskusi bebas untuk semua orang yang mempunyai perhatian terhadap
Kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
-----------------------------------------------------------------------
BERSATU KITA TEGUH, BERCERAI KITA RUNTUH
-----------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------
MEMBASMI TERORISME = MEMBASMI BARBARISME
------------------------------------------------------------------
+ Keterkaitan antara Amrozi dengan Abu Bakar Ba'asyir boleh jadi akan makin
terkuak. Dalam pengakuannya kepada tim penyidik, Amrozi mengaku beberapa
kali menjemput Ba'asyir di Pondok Pesantren (Ponpes) di Ngruki, Sukoharjo,
untuk berceramah di Ponpes Al-Islam di Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro,
Lamongan, Jawa Timur.
- Sebelumnya Ba'asyir berulang-ulang menyatakan tidak mengenal Amrozi secara
pribadi. Tetapi pengakuan terbaru Amrozi bisa menimbulkan penafsiran baru.
Mungkinkah Ba'asyir tidak mengenal orang yang beberapa kali mengundang dan
menjemputnya untuk berceramah?
----------------------------
Amrozi Empat Kali Rapat di Solo
Kamar dan Tafsir Diciduk
(SUARA MERDEKA, Selasa, 12/11/2002)
JAKARTA-Ada perkembangan baru pada kasus bom Bali. Menurut Kapolri Jenderal
Polisi Da'i Bachtiar, tersangka Amrozi pernah menggelar empat kali pertemuan
di Solo awal September 2002 lalu. Dalam pertemuan itu dibahas tentang
rencana pengeboman di Legian, Kuta.
Informasi itu dilansir Kapolri dalam rapat kerja dengan Komisi I DPR di
Gedung Nusantara DPR/MPR Senayan, Jakarta, Senin. "Pertemuan-pertemuan ini
akan kami tindaklanjuti, di mana saja," kata Kapolri seraya mengungkapkan
keterangan itu didapat dari pengakuan Amrozi.
Pertemuan di Solo itu, lanjut dia, kemudian diteruskan hingga ke Bali.
Dijelaskan, untuk sementara, sudah ada sembilan nama yang diduga ikut
pertemuan tersebut. Namun, pada pertemuan di Solo hanya diikuti 4-5 orang.
Yang menarik, lanjut Kapolri, ada nama-nama baru yang disebut Amrozi
terlibat dalam kasus peledakan di Bali, antara lain Tengku Idris, Imam
Samudra, dan Patil.
"Jadi, banyak nama yang muncul," ujarnya seraya menandaskan, kasus
penyidikan bom Bali sudah mencapai tahap akhir.
Penyidik memang bekerja sangat keras hingga kasus itu terungkap dalam waktu
kurang dari sebulan. Menurut dia, hasil itu bukan berdasarkan analisis dari
luar negeri, tetapi murni dari olah tempat kejadian. "Kami juga didukung
hasil pemeriksaan di Filipina, Malaysia, dan Singapura, bahkan Thailand."
Kapolri menjelaskan, para pelaku pengeboman mempunyai sebuah konsep, yakni
konsep Nusantara. Intinya, mereka ingin menghubungkan Thailand Selatan,
Semenanjung Melayu, Pulau Jawa, dan Filipina. "Jaringan ini akan bergerak
terus," kata Kapolri tanpa memerinci lebih jauh tentang konsep Nusantara
itu.
Makin Terkuak
Keterkaitan antara Amrozi dengan Abu Bakar Ba'asyir boleh jadi akan makin
terkuak. Dalam pengakuannya kepada tim penyidik, Amrozi mengaku beberapa
kali menjemput Ba'asyir di Pondok Pesantren (Ponpes) di Ngruki, Sukoharjo,
untuk berceramah di Ponpes Al-Islam di Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro,
Lamongan, Jawa Timur.
Pengakuan ini disampaikan Ketua Tim Investigasi Bom Bali Irjen Made Mangku
Pastika dalam jumpa pers di Markas Polda Bali, Jl WR Supratman, Denpasar,
Senin. "Amrozi mengaku beberapa kali menjemput Ba'asyir di ponpesnya di
Ngruki untuk datang memberikan ceramah di Ponpes Al-Islam di Lamongan," kata
Pastika menjawab pertanyaan soal hubungan Ba'asyir dan Amrozi.
Dia terakhir kali mengundang Ba'asyir enam bulan lalu. Namun, Pastika tidak
menyimpulkan hubungan seperti apa yang terjalin antara Amrozi dan Ba'asyir.
Pastika hanya mengatakan, hubungan keduanya adalah hubungan guru dan murid,
"Itulah kira-kira hubungan antara keduanya yang kami dapat sejauh ini."
Sebelumnya Ba'asyir berulang-ulang menyatakan tidak mengenal Amrozi secara
pribadi. Tetapi pengakuan terbaru Amrozi bisa menimbulkan penafsiran baru.
Mungkinkah Ba'asyir tidak mengenal orang yang beberapa kali mengundang dan
menjemputnya untuk berceramah?
Pastika juga menjelaskan masih menyelidiki keterlibatan saudara-saudara
Amrozi dalam kasus peledakan bom Bali, yakni Ali Imron, Gufron, dan Ali
Fauzi. "Keterlibatan mereka masih kami selidiki dan dalam pencarian,"
jelasnya.
Soal penasihat hukum yang akan mendampingi Amrozi, Pastika menyatakan masih
belum ditentukan. Sebab, Polda Bali sudah menunjuk pengacara buat Amrozi,
yakni Made Suryawan. Tetapi keluarga Amrozi juga menunjuk pengacara sendiri,
dan pengacara yang dimaksud belum tiba di Bali.
Pada bagian lain, menurut Pastika, Amrozi alias Imron (40) belum pernah
menyatakan penyesalan atas perbuatannya yang telah merenggut lebih dari 180
nyawa itu. "Bahkan semalam, dia mengaku kurang bahagia atau kurang puas
dengan hasil pekerjaan yang telah dilakukannya, sehubungan dengan tidak
banyak warga negara Amerika Serikat (AS) yang menjadi korban," tuturnya.
Dari hasil pemeriksaan petugas, Amrozi mengaku sasaran utama aksi pengeboman
di Legian Kuta adalah warga negara AS. Namun, setelah mengikuti media massa,
yang memberitakan sebagian besar korbannya warga negara Australia, dia
mengaku kurang puas. Namun, dia tidak juga menyatakan penyesalannya.
Kepada petugas yang memeriksa, aktivis Pondok Pesantren Al-Islam di
Lamongan, Jawa Timur itu menyatakan sangat benci dan dendam kepada AS.
Alasannya karena AS negara yang menindas Islam. Sebagai bukti AS tidak hanya
memusuhi Islam, tetapi juga telah menyerang negara-negara yang penduduknya
mayoritas muslim, seperti Irak dan Afghanistan. "Ini yang membuat saya dari
dulu benci Amerika Serikat," tandas Amrozi seperti yang ditirukan Irjen
Pastika.
Dari perasaan benci itulah, Amrozi dan beberapa temannya kemudian melakukan
aksi peledakan bom di depan Kafe Sari Club, Legian Kuta, yang adalah kafenya
orang-orang asing. Tetapi di luar sasaran utama Amrozi, ternyata aksi itu
lebih banyak menelan korban asal Australia, baik yang tewas maupun
luka-luka.
Mengenai hasil penggeledahan di Pondok Pesantren Al-Islam dan di rumah Ustaz
Zakaria, mantan Kapolda Irian Jaya itu mengungkapkan banyak ditemukan
barang-barang dan dokumen tentang perjuangan Islam garis keras. Karena itu,
kuat dugaan Ustaz Zakaria selaku pemimpin Pompes Al-Islam,
sekurang-kurangnya mengetahui tentang kegiatan kelompok garis keras selama
ini.
Namun untuk kasus bom Bali, "bapak buah" dari tersangka Amrozi di ponpes itu
masih berstatus sebagai saksi. "Zakaria kami periksa sebagai saksi dalam
kasus bom Bali, bukan sebagai salah seorang tersangka pelaku," ujarnya,
menambahkan.
Setelah dua jam mengobok-obok hutan Dadapan, Lamongan, Jawa Timur, tim
investigasi bom Bali juga menemukan berbagai jenis senjata. Barang-barang
temuan itu kini diamankan di Mapolres Lamongan. Penemuan ini merupakan
tindak lanjut dari ditemukannya sejumlah amunisi, Senin, di areal hutan
Dadapan. Saat itu polisi menemukan sejumlah puluru yang disimpan dalam pipa
pralon.
Sama seperti penemuan sebelumnya, kali ini sejumlah senjata dan peluru juga
ditemukan dalam pipa pralon ukuran 1 meter dengan diameter 30 cm. Kali ini
di dalam 6 pralon yang ada, selain peluru polisi juga menemukan berbagai
jenis senjata api, seperti M 16, AK 47, dan FN. Tidak hanya itu, polisi juga
menemukan paspor atas nama Amrozi yang masa berlakunya habis tahun 2002 ini.
Saat ini benda-benda itu diamankan di Mapolres Lamongan, Jl Kombes Duriyat.
Belum ada keterangan resmi dari pejabat terkait mengenai penemuan atau hasil
operasi di hutan Dadapan tersebut.
Penangkapan Tafsir
Nyanyian Amrozi, tersangka kasus peledakan bom Bali yang menewaskan 180 jiwa
lebih itu, benar-benar ampuh. Setelah menyebut nama Tafsir dan Kamar
terlibat dalam aksinya, tim penyidik Polda Jatim, Polda Bali, dan Polres
Lamongan langsung memburu orang-orang tersebut .
Dua di antara nama yang disebut Amrozi, kemarin ditangkap petugas di rumah
masing-masing di Desa Tenggulun. Mereka adalah Tafsir, saudara seayah dengan
Amrozi dan Kamar (bukan Qomaruddin), pensiunan mandor Perhutani Dadapan,
Lamongan.
Tafsir ditangkap petugas pada hari Minggu (10/11) malam, sekitar pukul
21.00. Saat digelandang petugas dari rumahnya di Desa Tenggulun, saudara
Amrozi lain ibu ini tak melakukan perlawanan. Pria berumur sekitar 39 tahun
itu dibawa petugas dengan menggunakan sepeda motor dan di belakangnya ada
beberapa petugas yang memakai kendaraan yang sama, mengawasi.
Kabarnya, Tafsir kini telah diperiksa di Polda Jatim atau Polda Bali.
Tujuannya, keterangannya akan dicocokkan dengan keterangan yang disampaikan
Amrozi sebelumnya.
Berdasarkan keterangan Amrozi, Tafsir inilah yang mengantarkannya ke Bali
sebelum tragedi peledakan pada 12 Oktober 2002. Posisi sebagai sopir inilah
yang mendorong petugas penyidik membawanya untuk dimintai keterangan. Tafsir
ditangkap masih sebagai saksi. Namun, tak menutup kemungkinan dia menjadi
tersangka jika ada saksi lain atau keterangan Amrozi yang memberatkan
posisinya. "Pak Tafsir juga ditangkap kok, Mas," ujar seorang santri Ponpes
Al-Islam kepada Suara Merdeka, Senin.
Proses penangkapan terhadap Tafsir tak menimbulkan gejolak di kalangan warga
Desa Tenggulun. Karena waktu penangkapan berlangsung malam hari, sehingga
banyak warga yang sudah tidur atau berdiam diri di rumahnya sambil menonton
televisi. Baru setelah Tafsir dibawa petugas, beberapa tetangganya keluar
dari rumahnya untuk menanyakan peristiwa yang terjadi.
"Warga Desa Tenggulun kini resah dan sangat tertekan, karena ada warganya
yang dikabarkan terlibat kasus peledakan bom di Bali. Makanya, kalau ada
orang asing datang ke sini dan menanyakan soal tersebut, rasanya kami sudah
bosan menjawabnya," tutur beberapa warga kepada Suara Merdeka, kemarin.
Penangkapan Kamar
Bagaimana jalannya penangkapan Kamar? Mantan mandor Perhutani Dadapan,
Lamongan kelahiran tahun 1945 ini ditangkap sekitar pukul 10.00 di rumahnya.
Saat itu dia baru pulang dari tegalan miliknya dan kemudian istirahat di
kamar tidur.
Sebelum Kamar ditangkap, ada beberapa petugas reserse dari Polres Lamongan,
Polda Bali, dan Polda Jatim berseliweran di jalan-jalan desa tersebut.
Mereka menggunakan sepeda motor. Di antara petugas reserse itu, ada yang
memakai celana pendek, bersepatu hitam tanpa kaus kaki, dan kalau didengar
dari logat bicaranya berasal dari Bali.
Saat ditangkap dan dibawa petugas dengan sepeda motor jenis Honda GL Max,
Kamar baru bangun tidur. Dia saat tidur memakai celana hitam tanpa kemeja
atau kaus, sehingga ketika dibawa polisi, sambil jalan Kamar mengenakan dan
membetulkan kancing kemejanya yang berwarna hijau lumut.
Mantan mandor Perhutani itu hanya mengenakan sandal karet, yang bagian
bawahnya berwarna cokelat dan atasannya berwarna biru tua. Kamar juga
memakai arloji merek Citizen berwarna putih. Lelaki yang rambutnya sudah
memutih dan beristri dua itu tampak pasrah ketika dibawa petugas.
Sambil dibonceng petugas reserse yang rambutnya dikucir, dia selanjutnya
dibawa ke kantor Polsek Solokuro yang berjarak sekitar 1 kilometer dari
rumahnya. Di sana sudah menunggu Kades Tenggulun Drs Maskhun. Selanjutnya
setelah berbicara dengan Kades Maskhun sekitar 30 menit, Kamar dibonceng
sepeda motor yang dikemudikan Kades Maskhun ke tempat lain.
Enam polisi yang berada di Polsek Solokuro langsung bubar naik 2 mobil,
berjalan searah jalan yang dilalui Kamar dan Kades Maskhun. Dua unit mobil
yang dipakai petugas, yakni Toyota Kijang warna hitam H-4711-R dan Isuzu
Panther warna hijau L-2525-R.
Ditemui Suara Merdeka di rumahnya, salah seorang anak Kamar, Supatriyah
menyatakan, dia sangat terkejut bapaknya dikait-kaitkan dengan kasus yang
menimpa Amrozi. Sebab, selama ini aktivitas bapaknya sejak pensiun dari
Perhutani sekitar 4 bulan lalu tak ada yang aneh.
"Setiap hari pekerjaan bapak, ya menggarap tegalan, memelihara kambing, dan
kelinci," kata anak keenam Kamar dari istri pertamanya yang bernama
Kastonah. Kalaupun bapaknya berhubungan dengan Amrozi, biasanya terkait
dengan urusan servis sepeda motor. "Ya setiap hari itu di ladang dan tak
pernah ke mana-mana," ujarnya.
Supatriyah tampak galau setelah bapaknya dibawa petugas kepolisian. "Tadi
itu bapak baru dari tegalan, kemudian tidur di kamar. Eh kok langsung dibawa
polisi," katanya. Kelihatannya penangkapan Kamar tanpa dilengkapi surat
penangkapan.
"Keluarga saya itu sekarang resah dan ada yang sakit akibat masalah ini.
Kami kalau didatangi orang luar dan menanyakan masalah Amrozi rasanya
deg-degan dan keluar keringat dingin," ucapnya. Supartiyah juga
mempertanyakan kenapa bapaknya dibawa, apa kaitan posisi bapaknya dengan
kasus yang menimpa Amrozi. "Bapak saya itu salah apa to, Mas," keluhnya.
Berdasar kartu keluarga (KK) yang dimiliki keluarga Kamar, nama asli lelaki
kelahiran tahun 1945 ini adalah Kamar, bukan Qomaruddin atau Qamaruddin.
Data itu sesuai dengan KK No. 24/22/2003/249/87 yang ditandatangani Camat
Paciran saat itu, Tarmudji BA. Pada tahun itu, Desa Tenggulun masuk wilayah
Kecamatan Paciran, bukan Kecamatan Solokuro seperti sekarang.
Setelah menciduk Kamar, sebanyak empat petugas menuju rumah ibu Amrozi, Hj
Tariyem. Tujuannya, untuk menggeledah kamar dan mengambil pakaian Amrozi
untuk dikirim ke Bali. Sebab, Amrozi meminta petugas mengambil pakaiannya di
rumahnya di Lamongan untuk ganti.
Saat akan menggeledah rumah Hj Tariyem, petugas tak bisa masuk. Karena pintu
depan dan belakang rumah berbahan kayu jati itu dikunci. Kendati diantar
Kades Maskhun dan mengucapkan salam beberapa kali, kelihatannya si empunya
rumah tak membukakan pintu rumahnya.
Yang terdengar dari dalam rumah hanya suara orang bernapas. Dan itu besar
kemungkinan adalah Haji Nur Hasyim, ayah Amrozi yang menderita penyakit
stroke sejak 3 tahun lalu, sehingga tak bisa ke mana-mana.
Setelah menunggu sekitar 30 menit dan pintu tetap tak dibuka, petugas
kembali ke Mapolsek Solokuro. Petugas tak mendobrak paksa pintu rumah
Amrozi, karena tak ada perintah demikian dari atasannya. "Sekarang ini
tergantung perintahnya bagaimana?," ujar seorang petugas kepada rekannya.
Sebelumnya, pada hari Minggu (10/11) malam, petugas juga sudah mendatangi
rumah orang tua Amrozi. Tujuannya untuk menggeledah kamarnya. Tetapi saat
itu tak diizinkan pemilik rumah, mengingat hari sudah malam. Petugas
dijanjikan untuk menggeledah pada hari Senin pagi. "Kami ke sini sesuai
dengan janji, ya gimana kalau nggak ditepati," gerutu seorang petugas.
Pasang Pengumuman
Bagaimana kondisi Ponpes Al-Islam setelah ditinggal pemimpinnya, Ustaz
Zakaria, ke Bali? "Wah, sekarang kegiatannya agak berkurang, Mas," kata
beberapa santri kepada Suara Merdeka yang datang di ponpes itu sekitar pukul
12.00.
Di masjid ponpes terdengar puluhan santri sedang mengaji, sedang kantor yang
biasanya terbuka dan menjadi tempat berkumpul santri serta pengasuh ponpes,
kemarin tampak tertutup dan lengang.
"Bisa nggak ketemu Ustaz Syuhada dan Ustaz Asadullah," tanya Suara Merdeka.
Seorang santri kemudian berjalan ke timur untuk memanggil Ustaz Syuhada.
Tetapi setelah ditunggu sekitar 30 menit, Ustaz Syuhada tak keluar juga.
Adapun Ustaz Asadullah, kata beberapa santri, sedang keluar ponpes.
"Biasanya Ustadz Syuhada kalau dipanggil tak keluar berarti tak bersedia
ditemui atau sedang istirahat," jelas beberapa santri yang mengaku dari
Madiun, Balikpapan, Pekalongan, dan Solo.
Di beberapa tembok bangunan ponpes ada tempelan pengumuman. Isinya antara
lain, "Kami sedang belajar, wartawan harap pengertian", "Jam belajar, tak
menerima wartawan". Pengumuman semacam itu pada hari Jumat (8/11) belum ada.
Tampaknya pengumuman ini keluar seiring dengan makin panasnya persoalan
Amrozi yang dikait-kaitkan dengan Ponpes Al-Islam. Apalagi selama 5 hari
terakhir sejak Kamis (7/11) lalu, Ustaz Zakaria, pemimpin Ponpes Al-Islam
dipanggil polisi dan kini sedang didengar kesaksiannya oleh tim penyidik di
Polda Bali.
"Yang pasti teman-teman tertekan mentalnya. Setiap malam masih banyak orang
yang memata-matainya ponpes," ujar beberapa santri. Karena itu, para santri
menerapkan sistem penjagaan selama 24 jam penuh. "Semoga saja cobaan ini
segera berakhir dan proses belajar di sini normal kembali." (ant,ro,dtk-64k)
-------------------------------------------------------------
Info & Arsip Milis Nasional: http://www.munindo.brd.de/milis/
Nasional Subscribers: http://mail2.factsoft.de/mailman/roster/national
Netetiket: http://www.munindo.brd.de/milis/netetiket.html
Nasional-m: http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-m/
Nasional-a: http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-a/
Nasional-e: http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-e/
------------------Mailing List Nasional------------------