[Karawang] Perdagangan bebas tidak selalu menguntungkan

kharis siswanto karawang@polarhome.com
Mon Nov 18 12:24:04 2002


--0-250581137-1037612041=:50840
Content-Type: text/plain; charset=us-ascii


Tulisan ini diambil dari :

Harian Kompas , Senin , 4 November 2002 Halaman 47

Judul : Perdagangan bebas tidak selalu menguntungkan 

***********************************************************************

Perdagangan bebas berangkat dari keinginan untuk menghilangkan kemiskinan dengan cara membuat negara-negara bisa mendapatkan produk  yang lebih murah , sementara pada saat bersamaan , negara-negara miskin bisa meningkatkan pendapatan orang-orang miskin nya, terutama petani, peternak, nelayan dan petambak kecil dg cara melakukan ekspor ke negara-negara maju.

Cita-cita yg ideal itu, saat ini, ternyata tidak menguntungkan negara-negara miskin.Terjadi ketidak puasan dimana -mana.Demonstrasi besar di Seattle, A S, beberapa tahun lalu thd negara-negara kaya , adalah bukti ketidak adilan itu.

Terakhir adalah tulisan Joseph Stiglitz, pemenang hadiah Nobel tahun 2001 untuk ekonomi , berjudul Globalization and its Discontent, memaparkan dg gamblang bagaimana dominasi negara kaya , terutama AS, dalam lembaga-lembaga keuangan dunia, seperti bank dunia, Dana Moneter International, dan organisasi perdagangan dunia, merugikan negar-negara berkembang.,

Subsidi terhadap petani, dinegara-negara kaya menyebabkan hasil pertanian dinegar-negara berkembang sepertinya dihasilkan dg cara tidak efisien.Hambatan import produk pertanian  primer oleh negara kaya atas produk pertanian negara berkembang dalam bentuk non tarif, misalnya melalui standart kesehatan, menyebabkan petani negara miskin tidak bisa menjual produknya.

Dalam kenyataan, ketidakseimbangan itu benar-benar seperti semut melawan gajah.Negara-negara kaya memiliki sumber daya , riset , data, dan mampu membayar staf yang terus -menerus mengikuti perkembangan perundingan,sementara negara berkembang sering kali tidak mampu mennyediakan hal itu.Akibatnya dalam perundingan , negara brkembang sering dibuat tak berkutik.Dan bila hasilnya adalah keuntungsn utk negara kaya dan kerugian utk negara niskin, itu disebut sebagai sebuah perundingan yg adil.

Selain ketidak adilan yg sangat nyata didalam liberalisasi perdagangan tsb, ada hal lain yg sebenarnya jauh lebih merugikan negara-negara miskin.

Ekofeminis Vandana Shiva dalam menanggapi laporan Oxfam international tentang perdagangan bebas mengungkapkan bagaimana perdagangan bebas itu tidak lain adalah bentuk dari kolonialisme baru.

Seolah-olah akses pasar yg lebih besar utk negara-negara berkembang akan menguntungkan negar-ngara ini, tetapi pada kenyataanya justru mereka lebih banyak mengalami kerugian.

Akses pasar, demikian shiva, sama artnya dg meningkatkan eksport.Apa artinya meningkatkan eksport ke negara-negara kaya? Artinya komoditas yg diusahakn adalh yg dibeli konsumen dinegara-negara kaya, dan itu, menurut Shiva, adalah daging, tanaman hias, / bunga potong dan udang.

Dampak lebih jauh dari komoditas tsb, adalh beralihnya petani ke produksi komoditas eksport tsb, dan meninggalkan tanaman pangan yg sebenarnya penting utk ketahanan pangan lokal.

Dg mengutip penelitian Utsa Patnaik , ekonom india terkemuka , Shiva menunjukkan bahwa dibawah kolonialisme inggris , produksi pangan perkapita orang India turun dari 200 kg/ ha pd th 1918, menjadi hanya 150 kg pd th 1947.Sementara pada periode yg sama , eksport non biji-bijian naik 10 kali lebih cepat dibandingkan biji-bijian yang merupakan sumber pangan.Di Jawa dibawah pemerintahan kolonial Belanda eksport komoditas perkebunan naik 600 persen , sementara konsumsi beras turun dari 199 kg/ kapita pada th 1885 menjadi 162 kg pd th 1940.

Kerugian lain adalah kerusakan lingkungan , seperti yg terjadi pada pengembangan tambak yang intensif. Di jawa pengembangan tambak udang di pantai utara jawa telah mengorbankan hutan bakauyg ditebang utk pembuatan lahan tambak.

Untuk perempuan dampak dari globalisasi,yg mendorong terjadinya eksport ini juga tidak sedikit.Yg paling sering menjadi bahan kajian adalah sektor manufaktur yg beorientasi eksport.spt alas kaki dan tekstil.

Bukan hal baru tjd feminisasi tenaga  kerja karena disini perempuan dianggap lebih teliti, ,lebih sabar , bersedia bekerja dg jam kerja lebih panjang, tetapi dg fasilitas upah dan tuntutan lain tidak setinggi buruh laki-laki.Buruh perempuan juga lebih tidak terorganisir sehinghga kurang mampu berunding dg manajemen.

Karena berorientasi eksport artinya bersaing dlm kualitas dan harga, mk upah buruh menjadi faktor yg sering ditekan.Demenstrasi buruh yg menuntut kenaikan upah selalu dipandang sebagai hal yg menyebabkan larinya investor , tetapi perginya investor asing sebenarnya juga disebabkan oleh masalah di perusahaan induk dinegara asalnya spt yg terjadi pd perusahaan eleltronik Aiwa.

Jadi persoalan globalisasi adalah persoalan semua masyarakat , laki-laki, perempuan.Tetapi perempuan bisa menjadi pihak yg paling dirugikan karena kerusakan lingkungan akan membuat perempuan lebih bekerja lebih keras utk mencari air bersih , misalnya.Perubahan komoditas tanaman dari tanaman pangan ke tanaman eksport juga akan lebih menguntungkan laki-laki karena penyuluhan akan diberikan kpk lali-laki sebab perempuan harus mengurus rumah dulu sebelum bisa keluar rumah.(NMP)

  

 

 

     

 



---------------------------------
Do you Yahoo!?
Yahoo! Web Hosting - Let the expert host your site
--0-250581137-1037612041=:50840
Content-Type: text/html; charset=us-ascii

<P>Tulisan ini diambil dari :</P>
<P>Harian Kompas , Senin , 4 November 2002 Halaman 47</P>
<P>Judul : Perdagangan bebas tidak selalu menguntungkan </P>
<P>***********************************************************************</P>
<P>Perdagangan bebas berangkat dari keinginan untuk menghilangkan kemiskinan dengan cara membuat negara-negara bisa mendapatkan produk&nbsp; yang lebih murah , sementara pada saat bersamaan , negara-negara miskin bisa meningkatkan pendapatan orang-orang miskin nya, terutama petani, peternak, nelayan dan petambak kecil dg cara melakukan ekspor ke negara-negara maju.</P>
<P>Cita-cita yg ideal itu, saat ini, ternyata tidak menguntungkan negara-negara miskin.Terjadi ketidak puasan dimana -mana.Demonstrasi besar di Seattle,&nbsp;A S, beberapa tahun lalu thd negara-negara kaya , adalah bukti ketidak adilan itu.</P>
<P>Terakhir adalah tulisan Joseph Stiglitz, pemenang hadiah Nobel tahun 2001 untuk ekonomi , berjudul Globalization and its Discontent, memaparkan dg gamblang&nbsp;bagaimana dominasi negara kaya , terutama AS, dalam lembaga-lembaga keuangan dunia,&nbsp;seperti bank dunia, Dana Moneter International, dan organisasi perdagangan dunia, merugikan negar-negara berkembang.,</P>
<P>Subsidi terhadap petani, dinegara-negara kaya menyebabkan hasil pertanian dinegar-negara berkembang sepertinya dihasilkan dg cara tidak efisien.Hambatan import produk pertanian &nbsp;primer oleh negara kaya atas produk pertanian negara berkembang dalam bentuk non tarif, misalnya melalui standart kesehatan, menyebabkan petani negara miskin tidak bisa menjual produknya.</P>
<P>Dalam kenyataan, ketidakseimbangan itu benar-benar seperti semut melawan gajah.Negara-negara kaya memiliki sumber daya , riset , data, dan mampu membayar staf yang terus -menerus mengikuti perkembangan perundingan,sementara negara berkembang sering kali tidak mampu mennyediakan hal itu.Akibatnya dalam perundingan , negara brkembang sering dibuat tak berkutik.Dan bila hasilnya adalah keuntungsn utk negara kaya dan kerugian utk negara niskin, itu disebut sebagai sebuah perundingan yg adil.</P>
<P>Selain ketidak adilan yg sangat nyata didalam liberalisasi perdagangan tsb, ada hal lain yg sebenarnya jauh lebih merugikan negara-negara miskin.</P>
<P>Ekofeminis Vandana Shiva dalam menanggapi laporan Oxfam international tentang perdagangan bebas mengungkapkan bagaimana perdagangan bebas itu tidak lain adalah bentuk dari kolonialisme baru.</P>
<P>Seolah-olah akses pasar yg lebih besar utk negara-negara berkembang akan menguntungkan negar-ngara ini, tetapi pada kenyataanya justru mereka lebih banyak mengalami kerugian.</P>
<P>Akses pasar, demikian shiva, sama artnya dg meningkatkan eksport.Apa artinya meningkatkan eksport ke negara-negara kaya? Artinya komoditas yg diusahakn adalh yg dibeli konsumen dinegara-negara kaya, dan itu, menurut Shiva, adalah daging, tanaman hias, / bunga potong dan udang.</P>
<P>Dampak lebih jauh dari komoditas tsb, adalh beralihnya petani ke produksi komoditas eksport tsb, dan meninggalkan tanaman pangan yg sebenarnya penting utk ketahanan pangan lokal.</P>
<P>Dg mengutip penelitian Utsa Patnaik , ekonom india terkemuka , Shiva menunjukkan bahwa dibawah kolonialisme inggris , produksi pangan perkapita orang India&nbsp;turun dari 200 kg/ ha pd th 1918, menjadi hanya 150 kg pd th 1947.Sementara pada periode yg sama , eksport non biji-bijian naik 10 kali&nbsp;lebih cepat dibandingkan biji-bijian yang merupakan sumber pangan.Di Jawa dibawah pemerintahan kolonial Belanda eksport komoditas perkebunan naik 600 persen , sementara konsumsi beras turun dari 199 kg/ kapita pada th 1885 menjadi 162 kg pd th 1940.</P>
<P>Kerugian lain adalah kerusakan lingkungan , seperti yg terjadi pada pengembangan tambak yang intensif. Di jawa pengembangan tambak udang di pantai utara jawa telah mengorbankan hutan bakauyg ditebang utk pembuatan&nbsp;lahan tambak.</P>
<P>Untuk perempuan dampak dari globalisasi,yg mendorong terjadinya eksport ini juga tidak sedikit.Yg paling sering menjadi bahan kajian adalah sektor manufaktur yg beorientasi eksport.spt alas kaki dan tekstil.</P>
<P>Bukan hal baru tjd feminisasi tenaga&nbsp;&nbsp;kerja karena disini perempuan dianggap lebih teliti, ,lebih sabar , bersedia bekerja dg jam kerja lebih panjang, tetapi dg fasilitas upah dan tuntutan lain tidak setinggi buruh laki-laki.Buruh perempuan juga lebih tidak terorganisir sehinghga kurang mampu berunding dg manajemen.</P>
<P>Karena berorientasi eksport artinya bersaing dlm kualitas dan harga, mk upah buruh menjadi faktor yg sering ditekan.Demenstrasi buruh yg menuntut kenaikan upah selalu dipandang sebagai hal yg menyebabkan larinya investor , tetapi perginya investor asing sebenarnya juga disebabkan oleh masalah di perusahaan induk dinegara asalnya spt yg terjadi pd perusahaan eleltronik Aiwa.</P>
<P>Jadi persoalan globalisasi adalah persoalan semua masyarakat , laki-laki, perempuan.Tetapi perempuan bisa menjadi pihak yg paling dirugikan karena kerusakan lingkungan akan membuat perempuan lebih bekerja lebih keras utk mencari air bersih , misalnya.Perubahan komoditas tanaman dari tanaman pangan ke tanaman eksport juga akan lebih menguntungkan laki-laki karena penyuluhan akan diberikan kpk lali-laki sebab perempuan harus mengurus rumah dulu sebelum bisa keluar rumah.(NMP)</P>
<P>&nbsp; </P>
<P>&nbsp;</P>
<P>&nbsp;</P>
<P>&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; </P>
<P>&nbsp;</P><p><br><hr size=1>Do you Yahoo!?<br>
<a href="http://rd.yahoo.com/hosting/mailsig/*http://webhosting.yahoo.com">Yahoo! Web Hosting</a> - Let the expert host your site
--0-250581137-1037612041=:50840--