[Marinir] [KCM] Jangan Menyerah Menghadapi Teror

Yap Hong Gie ouwehoer at centrin.net.id
Sun Jun 5 11:12:25 CEST 2005


http://www.kompas.com/fokus/news/0506/04/171500.htm

Updated: Sabtu, 04 Juni 2005, 17:13 WIB
FOKUS
Jangan Menyerah Menghadapi Teror
Jakarta, KCM

SIAPA sih yang tidak takut teror? Apalagi teror bom. Bangsa Indonesia sudah
memiliki pengalaman dan menjadi korban teroris oleh ulah mereka dengan
ledakan bom di Bali, Hotel Marriott, Kedubes Australia, dan terakhir bom di
Pasar Tentena, Poso. Semua itu harus dibayar mahal, korban berjatuhan, citra
bangsa rusak di mata internasional, wisatawan enggan datang ke Indonesia.
Demikian halnya investor asing menunda berinvestasi di Tanah Air.

Pengalaman di atas membuat pemerintah tidak mau main-main dengan ancaman
teror. Teror harus dilawan. Kita bisa paham bila Kedubes AS dan konsulat
mereka di beberapa kota menutup aktivitas pelayanan umum untuk sementara
pada 26 Mei lalu karena alasan keamanan. Sekecil apapun informasi itu,
apalagi bersifat ancaman, wajib dicermati dan diolah dengan cermat untuk
ditindaklanjuti.

Ledakan bom di Pasar Tentena, Poso, Sulawesi Tengah, Sabtu (28/5) memberikan
bukti bahwa kewaspadaan itu memang tetap penting. Apalagi daerah seperti
Poso dan daerah yang sering dilanda konflik di Tanah Air, kewaspadaan aparat
dan masyarakat sangat diperlukan. Karena kelengahan akan berakibat fatal, di
mana para teroris selalu masuk di saat kita lengah dan lalai.

TEROR harus dihadapi. Bangsa Indonesia tidak boleh menyerah oleh ancaman
teror. Begitu pun ketika teror melanda Kedubes RI di Canberra, Australia,
melalui pengiriman surat berisi serbuk bakteri, Rabu (1/6), sikap sama
dilakukan pemerintah Australia yang langsung mengutuk tindakan tidak terpuji
itu. Akibatnya gedung KBRI untuk sementara ditutup guna memudahkan aparat
keamanan Australia menyelidiki peristiwa tersebut.

Syukurlah KBRI Canberra sudah dibuka, Jumat (3/6), dan pihak Australia
menyebutkan bahwa serbuk yang ditemukan  pada amplop surat itu tidak
membahayakan manusia dan lingkungan. Tidak hanya KBRI Canberra menerima
paket mencurigakan tersebut, ternyata paket serupa juga diterima Kantor
Menlu Australia Alexander Downer.

Teror yang menimpa KBRI Canberra merupakan aksi kedua, dimana sebelumnya
Konjen RI di Perth  mendapat surat berisi peluru. Kedua peristiwa ini sangat
kuat dipengaruhi oleh kasus warga Australia, Schapelle Corby yang divonis 20
tahun penjara oleh PN Denpasar dalam kasus mariyuana.

ANCAMAN serius saat ini melanda kota Jakarta. Polda Metro Jaya telah meminta
para pengelola hotel meningkatkan secara maksimal pengamanan terhadap
lingkungannya, karena adanya peringatan kemungkinan serangan bom di lobi
hotel.
Apapun bentuk teror tersebut, sebaiknya aparat jangan lengah, namun tetap
meningkatkan kewaspadaan. Memang teror mau tidak mau membuat masyarakat
resah, demikian juga warga negara asing di Indonesia. Jika hal ini dibiarkan
terus, bukan tak mungkin akan mengganggu pembangunan yang mengisyaratkan
membutuhkan stabilitas politik, keamanan dan sosial.

Tidak salah apabila Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta jajaran
intelijen terus memantau dan mendeteksi kemungkinan adanya kelompok yang
masih ingin melakukan aksi teror. Apalagi teroris buronan polisi, Dr Azahari
dan Noordin M Top masih bebas berkeliaran. Jangan menyerah menghadapi teror.
Aparat keamanan dan masyarakat harus saling bahu membahu untuk mengatasinya.
(**)



More information about the Marinir mailing list