[Marinir] [KCM] Asvi Warman Adam: Pengamat Asing tentang Soeharto

Yap Hong Gie ouwehoer at centrin.net.id
Fri Jun 10 18:41:21 CEST 2005


http://www.kompas.com/kompas-cetak/0506/10/opini/1803054.htm

Opini
Jumat, 10 Juni 2005
Pengamat Asing tentang Soeharto
Oleh Asvi Warman Adam

TANGGAL 8 Juni 2005 Soeharto merayakan ulang tahun ke-84. Meski dikatakan
sakit, ia masih tampak sehat. Ia juga sempat melayat ketika salah seorang
menterinya pada masa Orde Baru, Radius Prawiro, meninggal beberapa waktu
lalu.

Di tengah tuntutan untuk mengadili dan memaafkan Soeharto, mungkin timbul
pertanyaan, bagaimana perannya dalam sejarah Indonesia.
Setelah Soeharto berhenti menjadi presiden tahun 1998, arus sejarah
cenderung menanggalkan atribut kebesaran yang telah dilekatkan dan
disandangnya selama puluhan tahun. Kehebatannya yang telah difilmkan dan
ditulis dalam buku pelajaran sejarah di sekolah kini dipertanyakan. Bahkan,
ia pun dikaitkan dengan G30S, sebagai orang yang paling diuntungkan dalam
proses kudeta merangkak terhadap Presiden Soekarno.
Sebab itu, ada baiknya menyimak pandangan pengamat asing tentang Soeharto.
Tahun 2001 terbit buku tentang biografi Soeharto yang ditulis oleh seorang
akademisi Australia. Bagaimana tanggapan pengamat lain di berbagai negara
tentang buku itu? Dari perdebatan ini barangkali kita dapat menyimpulkan
sesuatu.

Tokoh penting Asia?
Buku Robert Edward Elson, Soeharto, Political Biography, diterbitkan oleh
Cambridge UP, Oktober 2001. Elson yang kini menjadi profesor di Griffith
University, Brisbane, sebelumnya menulis disertasi Javanese peasant and the
colonial sugar history: impact and change in an east Java residency,
1830-1940 (Oxford UP, 1984). Tahun 1997 ia menerbitkan buku The end of the
peasantry in Southeast Asia: a social and economic history of peasant
livehood, 1800-1900 (Maxmillan). Entah mengapa ia tertarik kepada Presiden
Soeharto, barangkali karena Soeharto anak petani dan bergaya petani ketika
berkuasa.

Menurut Elson, Indonesia agaknya ingin melupakan Soeharto, karya-karyanya,
dan menganggap Orde Baru sebagai penyimpangan dalam perkembangan sejarah
negeri ini. Sikap ini dapat dipahami, tetapi dianggap Elson "dangkal".
Padahal, "Soeharto merupakan tokoh amat penting selama abad ke-20 di Asia",
tulis Elson. "Secara bertahap, serba hati-hati dan terencana, ia telah
membangun Indonesia yang sama sekali baru". Pada bab terakhir dikatakan,
Indonesia baru yang diciptakan melalui tahap-tahap pembangunan berencana
telah melahirkan kekuatan baru yang menginginkan "reformasi total".

Bab pertama sampai bab lima buku ini berupa kronologi pengalaman Soeharto
dari masa kecil, menjadi tentara semasa revolusi, komandan militer di Jawa
Tengah, tugas penting tahun 1960-1965, percobaan kudeta. Bab 6 sampai dengan
bab 11 membahas usaha meraih kekuasaan (1965-1968), legitimasi dan
konsolidasi (1968-1973), berbagai masalah Orde Baru (1973-1980), ekonomi,
politik, dan pembangunan (1980-1988), puncak kejayaan (1988-1993),
kemerosotan (1993-1998).

Mengenai peristiwa 3 Juli 1946 (Soeharto membocorkan ke Istana rencana
"kudeta" Mayor Jenderal Sudarsono dan kawan-kawan) disimpulkan, itu
merupakan kualitas Soeharto yang menjadi karakternya di kemudian hari, yaitu
caution, coolness, calculated decisiveness when the time was right.
Namun, dari sisi lain bukankah kejadian itu dapat dianggap pengkhianatan
terhadap atasannya sendiri (Mayor Jenderal Sudarsono) atau tujuan
menghalalkan segala cara.

Penilaian yang berlawanan
Puji-pujian datang dari Australia dan Selandia Baru. John Monfries
(Australian Book Review, Maret 2002) mengatakan karya Elson berkualitas
tinggi. Menurut Monfries, Soeharto menjalankan dua jenis ekonomi secara
simultan, yaitu ekonomi pasar modern dan ekonomi non-budgeter (lewat jalan
belakang, pencari rente, dan seterusnya). Anehnya sistem ini berjalan cukup
lama dengan hasil spektakuler. Kelemahan Soeharto adalah tidak bisa
membedakan antara keuntungan pribadi dan kepentingan umum.

David Reeve dari University of New South Wales beranggapan biografi Soeharto
ini "mendalam, jelas, dan cerdas". Terlepas dari asal-usul Soeharto yang
gelap, keberuntungan adalah salah satu kunci suksesnya. Tetapi Soeharto juga
memiliki kemampuan pribadi yang hebat serta penguasaan politik yang
menghasilkan "pertumbuhan ekonomi luar biasa". Terlepas dari itu, Reeve
berkesimpulan, Soeharto adalah pribadi yang sulit dipahami.

Robert Elson dalam wawancara dengan Radio Australia ABC, 6 Maret 2002,
mengatakan, dari segi horizon intelektual, Soeharto termasuk manusia "satu
dimensi". Ia tidak berusaha menemukan arah dan jalan baru dalam
pengetahuannya, tetapi menengok ke dalam dirinya atau berdasarkan pengalaman
sendiri. Soeharto tidak kreatif, namun lihai memanfaatkan kesempatan dan
mengarahkan menjadi keuntungan. Namun, Soeharto seorang yang tak kenal
ampun, musuhnya dibuat tidak berkutik.

Di Selandia Baru, ada tinjauan buku amat panjang yang ditulis Nicholas
Tarling, memuji karya Elson ini "lebih manusiawi" dan "jelas obyektif".
Anthony L Smith dari Asia-Pacific Center for Security Studies, Honolulu,
berpendapat biografi ini dikerjakan serius bukan puja-puji seperti yang
ditulis OG Roeder. Smith menyayangkan mengapa fokus pembicaraan hanya
politik yang terjadi di Jakarta, kurang membahas konflik di Aceh dan Papua
misalnya.

Kritik paling tajam dilontarkan dari Inggris oleh Peter Carey (Asian
Affairs, vol l, Oktober 2002), yang sulit menerima kesimpulan Elson "tidak
usah diragukan lagi bahwa warisan Soeharto adalah pertumbuhan ekonomi yang
luar biasa yang dihasilkan pemerintahannya".

Demikian pula dengan pernyataan "begitu besar yang telah dicapainya sehingga
kerusakan karena krisis keuangan 1997-1998 hanya sedikit berpengaruh kepada
keseluruhan rekornya". Peter Carey berpandangan, jika diadakan survei
ekonomi Indonesia terhadap lautan utang negara dan swasta, bangkrutnya
sistem perbankan nasional dan korupsi yang sudah melembaga, maka penilaian
di atas adalah sebaliknya.

Meski demikian, menurut Peter Carey, ada kesimpulan Elson yang akurat
seperti "ketika ia meninggalkan gelanggang, chaos membuat negeri ini
terlihat sulit untuk diurus, semangat Orde Baru tetap langgeng. .Untuk
mencapai tujuannya, negara melakukan kekerasan terhadap warga secara
periodik dan sistematis". Itulah warisan Soeharto yang sesungguhnya.
Dari uraian itu tergambar betapa sulitnya menentukan peran kesejarahan
Soeharto sekarang. Ada penilaian yang bertolak belakang di kalangan pengamat
asing. Barangkali titik temu baru akan tercapai satu dekade mendatang.

Asvi Warman Adam Ahli Peneliti Utama LIPI

=================================


http://www.kompas.com/kompas-cetak/0506/10/opini/1801749.htm

Opini
Jumat, 10 Juni 2005
REDAKSI YTH

Surat untuk Redaksi YTH hendaknya dilengkapi fotokopi KTP/SIM/Paspor
yang masih berlaku. Kompas tidak mengembalikan surat-surat yang diterima.
***

Sisi Positif Soeharto
Saya hanya rakyat biasa. Saat ini saya amat prihatin atas kondisi kesehatan
mantan Presiden Soeharto. Tetapi saya juga teramat prihatin atas aneka
tuntutan masyarakat terhadap beliau. Tidak disadari oleh masyarakat,
khususnya para pejabat negeri, bagaimanapun juga beliau telah berjasa.
Mengapa kita tidak pernah bisa melihat sisi positif kepemimpinannya?
Mengapa selalu menyalahkan saat kondisi negeri ini terpuruk?
Tidakkah kita sadari, aneka musibah yang terjadi di negeri ini adalah bagian
dari kesalahan dan dosa kita juga. Sudah begitu bersihkah diri kita hingga
dengan semena-mena menghujat beliau?
Tidak gampang menjalani tugas sebagai seorang presiden. Kita harus
menghormati setiap presiden kita. Tidak ada seorang pun manusia di dunia ini
yang sempurna. Kenapa kita seolah-olah paling benar? Kita boleh saja
mengkritik, tapi mengkritiklah dengan baik dan benar. Apabila memang beliau
telah menzalimi bangsa ini, Tuhan pasti akan membalasnya. Buat apa kita
sibuk-sibuk menghakimi beliau? Tuhan tidak pernah tidur, mahatahu segalanya,
bahkan di setiap detik apa yang telah, sedang, dan akan kita lakukan.
Bukankah lebih baik kita memikirkan masa depan bangsa ini?
Saya tidak mempunyai maksud apa-apa selain ingin mengajak untuk tidak
berbuat dosa lebih banyak lagi dengan menghujat atau menghakimi orang lain.
Bagaimanapun juga Soeharto mempunyai banyak jasa dalam membangun
negara ini, begitu juga dengan mantan-mantan presiden yang lain.
Disadari atau tidak, banyak hal-hal positif yang telah beliau lakukan yang
bisa kita rasakan sampai hari ini.

Diharapkan para pejabat negara, khususnya Presiden SBY, sependapat dengan
saya dan mau mengajak masyarakat untuk melihat lebih jernih sosok Soeharto.

Sharon Pondok Aren, Tangerang
***



More information about the Marinir mailing list