[Marinir] Uji Kemampuan Tempur TNI di Bandara Batam...

Yap Hong Gie ouwehoer at centrin.net.id
Wed Feb 20 09:23:14 CET 2008


http://kompas.com/kompascetak/read.php?cnt=.kompascetak.xml.2008.02.20.02041795&channel=2&mn=12&idx=12

Rabu, 20 Februari 2008
Pertahanan
Uji Kemampuan Tempur TNI di Bandara Batam...

TRIBUN BATAM/IMAM SURYANTO / Kompas Images
Seorang anggota pasukan khusus membidikkan senjata MP5-nya dalam latihan
gabungan di Bandara Hang Nadim, Batam, Senin (18/2). Latihan gabungan ini
diikuti pasukan dari TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, dan TNI Angkatan
Udara.
Rabu, 20 Februari 2008 | 02:04 WIB
Ferry Santoso

Tahun 2008 ada beberapa latihan tempur TNI yang sudah dan direncanakan
digelar. Di Batam, tanggal 16-17 Februari, pasukan elite dari tiga angkatan
TNI berlatih tempur di Bandara Internasional Hang Nadim dan Pelabuhan Kabil.

Setelah itu, TNI Angkatan Udara melakukan latihan patroli udara tanggal
18-27 Februari di wilayah Batam dan sekitarnya, Provinsi Kepulauan Riau
(Kepri). Latihan itu melibatkan empat pesawat tempur F-16. Pemilihan Batam
sebagai tempat latihan tentu memiliki pertimbangan tersendiri, termasuk
politis mengingat wilayah itu berada di perbatasan antarnegara.

Juni 2008, dijadwalkan juga latihan gabungan TNI di Batam dan Natuna, Kepri,
melibatkan personel dan peralatan tempur yang cukup banyak. Sebelum latihan
di wilayah Kepri itu, juga telah digelar latihan TNI Angkatan Laut di Jawa
Timur yang menewaskan beberapa anggota Marinir di dalam tank amfibi yang
tenggelam.

Mengapa TNI menggelar latihan tempur yang cukup besar? Memang ada beberapa
alasan yang dapat diungkap. Yang pasti, TNI jelas ingin menunjukkan
kemampuan tempur, setidaknya dalam 10 tahun terakhir.

Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso mengakui, beberapa latihan tempur
saat ini digelar untuk meningkatkan kemampuan pasukan TNI. Selain itu, juga
meningkatkan kerja sama ketiga angkatan pasukan TNI yang memiliki kelebihan
masing-masing.

Mengapa kemampuan tempur TNI itu perlu diuji dan ditunjukkan kepada
masyarakat? Dalam 10 tahun terakhir, ada beberapa kondisi yang sedikit
banyak mengurangi konsentrasi dan frekuensi TNI dalam latihan tempur dengan
skala yang cukup besar.

Misalnya, krisis ekonomi yang memperburuk anggaran TNI sehingga mengurangi
kegiatan latihan dan pengadaan persenjataan atau peralatan baru. Reformasi
internal tubuh TNI yang membutuhkan proses dan waktu.

Selain itu, juga embargo senjata terhadap TNI yang pernah dilakukan Amerika
Serikat. Akibatnya, kondisi persenjataan dan peralatan TNI menjadi kurang
maksimal.

Banyak senjata atau kendaraan tempur yang sudah tua dan tidak layak
digunakan. Misalnya, pesawat-pesawat tua seperti Nomad TNI, Hercules,
ataupun helikopter.

Akan tetapi, menurut Djoko, pemerintah berupaya mengganti alat tempur yang
sudah tidak layak. "Jelas ada pergantian alat. Pemerintah mempunyai rencana
mengganti secara bertahap," kata Djoko.

Saat ini, lanjutnya, pihak TNI telah mengganti atau menambah peralatan
tempur yang baru. Misalnya, pesawat Hercules, pesawat Sukhoi, pesawat F-16,
kendaraan lapis baja sebanyak 150 kendaraan buatan dalam negeri.

Meskipun demikian, masih banyak keterbatasan peralatan tempur saat ini.
Keterbatasan itu tentunya tidak boleh mengurangi atau mengecilkan semangat
dan kemampuan tempur anggota TNI.

Anggota TNI, khususnya pasukan khusus, harus tetap memiliki semangat
(fighting spirit) dan kemampuan tempur yang tinggi.

Semangat dan kemampuan tempur itu setidaknya terlihat saat latihan gabungan
pasukan elite TNI yang melibatkan sekitar 200 personel di Batam tanggal 17
Februari 2008.

Pasukan elite itu terdiri dari Satuan 81 Penanggulangan Teror Komando
Pasukan Khusus, Detasemen Jaka dari TNI Angkatan Laut, dan Detasemen
Bravo dari TNI Angkatan Udara.

Dalam latihan itu, digelar beberapa operasi penyusupan dan penyerbuan yang
membutuhkan keterampilan yang teruji. Misalnya, penyusupan melalui operasi
terjun payung dalam kegelapan malam di laut di perairan sekitar Pelabuhan
Kabil yang diasumsikan sebagai basis logistik dan bahan bakar musuh.

Tanpa keterampilan yang teruji, sulit membayangkan apa yang terjadi saat
prajurit diterjunkan dari ketinggian 3.000 kaki ke air laut dengan ombak dan
arus yang besar. Di samping peralatan yang ada, seperti perahu karet atau
pelampung yang juga diterjunkan, tetap dibutuhkan keterampilan khusus yang
tak bisa dilakukan oleh prajurit biasa.

Dalam latihan itu juga digelar operasi terjun payung di Bandara Hang Nadim
pada pagi buta. Dalam operasi itu, dipraktikkan serangan cepat terhadap
basis pendaratan awal musuh, yaitu Bandara Hang Nadim.

Seorang perwira menengah intelijen Kopassus mengungkapkan, peralatan tempur
TNI memang terbatas. Namun, dalam gelar-gelar latihan, pihak TNI ingin
menunjukkan semangat dan kemampuan tempur. "Hal-hal itu kurang dimiliki
tentara dari negara lain," katanya. (RLP)



More information about the Marinir mailing list