[Nasional-m] Waspadai Setiap Sakit Kepala

Ambon nasional-m@polarhome.com
Wed Aug 21 01:24:49 2002


Media Indonesia
Rabu, 21 Agustus 2002

Waspadai Setiap Sakit Kepala
Masyarakat Sering Salah Menyikapi


PAK Maruli, seorang direktur perusahaan di Jakarta, agak berang ketika
Ronald, stafnya di bagian pemasaran, hari itu tidak masuk. Istri Ronald
menelepon bahwa suaminya tidak bisa masuk kerja karena sakit kepala. Pak
Maruli mencibir, "Selalu, sakit kepala saja sudah jadi alasan untuk malas
bekerja...," katanya.
CARA berpikir Pak Maruli boleh dikatakan cara berpikir umumnya masyarakat
kita. Menganggap bahwa sakit kepala adalah sakit biasa. Ia tidak tahu bahwa
sakit kepala Ronald bukanlah sekadar sakit kepala, tetapi lebih disebabkan
karena stres pekerjaan yang selalu membebaninya setiap hari.
Sakit kepala (headache) adalah gejala neurologik terbanyak yang dijumpai,
dan merupakan satu keluhan utama yang paling sering dirasakan. Setiap
tahunnya, diperkirakan tidak kurang 80% orang mengalami sakit kepala paling
tidak sekali. "Sekitar 10-20% penduduk pergi ke dokter dengan keluhan utama
nyeri kepala," ujar psikiater Prof Dr dr H Dadang Hawari.
Dadang mengiyakan bahwa keluhan nyeri kepala ini memang paling sering
dijadikan alasan dan menyebabkan orang tidak masuk kerja. Sakit kepala
membuat orang menghindar dan menunda berbagai aktivitas sosial maupun
pribadi. Tampaknya sepele, tapi tidak bisa tidak, sakit kepala dapat
mengganggu kualitas dan produktivitas seseorang.
Namun, lanjut Dadang, sebenarnya sebagian besar keluhan sakit kepala tak
selalu berhubungan dengan penyakit organik yang nyata. Banyak orang rentan
terhadap nyeri kepala manakala orang itu mengalami stres emosional. "Dalam
banyak kasus gangguan kejiwaan, terutama kecemasan dan depresi, keluhan
nyeri kepala merupakan keluhan yang paling menonjol," katanya.
Menurut Guru Besar FKUI ini, banyak pasien mengeluh nyeri kepala ternyata
setelah berkonsultasi dengan dokter ahli jiwa atau fisik-neurologik dengan
melakukan CT-scan, tak ditemukan kelainan apa-apa. Keluhan nyeri kepala
mereka lebih banyak bersifat subjektif daripada objektif. "Karena amat sukar
ditemukan kelainan organik, dan kemudian orang berpikir pada faktor
psikologis yang menyebabkannya," tambahnya.
Mantan Presiden ASEAN Federation for Psychiatry and Mental Health 1993-1995
ini menjelaskan, "Nyeri kepala primer merupakan konversi dari
konflik-konflik psikologis, baik yang disadari maupun yang tidak disadari.
Konversi somatik dalam bentuk sakit kepala ini terjadi melalui mekanisme
sistem saraf otonom," jelasnya.
Stres, katanya, sebagai respons yang sifatnya nonspesifik dari tubuh
terhadap setiap beban. Bila 'beban' yang disebut sebagai stresor psikososial
ini melebihi ambang daya tahan seseorang, yang bersangkutan akan mengalami
berbagai keluhan satu atau lebih masalah organ tubuh. Keadaan itu dinamakan
distress. Salah satu keluhan yang paling menonjol adalah keluhan sakit atau
nyeri kepala.
Berbagai stresor psikososial, seperti problem perkawinan, pekerjaan,
pengangguran, sosial ekonomi, lingkungan hidup, dan lainnya dapat
menyebabkan kepala pusing disertai nyeri.
Dadang mengatakan, tipe tegang (tension headache) adalah salah satu bentuk
stres yang paling banyak diderita. Keluhan tipe tegang sering dirasakan
menjelang sore hari. Psikiater yang sering mengisi acara di televisi ini
menduga penyebabnya karena orang itu keletihan selepas kerja berat seharian.
Tapi, bisa saja tak berkaitan dengan pekerjaan, melainkan problem keluarga.
Biasanya, untuk terapi tipe tegang, seorang pasien diberikan psikofarmaka
berupa obat antiansietas atau antidepresi. Untuk terapi somatik menggunakan
obat-obatan analgetik dan dibantu dengan relaksasi otot. Bisa pula dengan
pijat otot (massage) pada daerah leher dan kepala dengan pemanasan atau
penghangatan.
Cara lain lagi, kata Dadang, dengan psikoterapi termasuk pskoreligius,
terutama bagi pasien dengan keluhan kepala kronis. "Juga dianjurkan mengubah
gaya hidup yang serba-stressful menjadi kehipuan 'sersan' (serius tapi
santai)," katanya.
Jarang yang peduli
Sementara itu, dr Femi Mutia juga membenarkan bahwa di kalangan masyarakat
Indonesia, sakit kepala masih sering dianggap sebagai penyakit biasa,
padahal sakit kepala bisa jadi merupakan tanda atau gejala dari penyakit
lain. "Sulitnya, masyarakat memang cenderung tidak terlalu peduli akan sakit
kepala. Kebanyakan masih mengandalkan obat-obat yang dijual bebas, karena
langsung mengambil kesimpulan bahwa itu adalah sakit kepala biasa,"
tandasnya.
Ahli saraf dr Witjahya juga menegaskan bahwa dapat dikatakan semua penyakit
ditandai dengan sakit kepala. Dalam bahasa ilmiahnya disebut cephalgia.
Sakit kepala adakalanya membuat Anda tidak berdaya dan tidak mampu menjalani
aktivitas normal sehari-hari, baik sendiri maupun bersama keluarga dan
teman-teman. Masalahnya, orang memang sering salah dalam menyikapi sakit
kepala.
"Boleh dikatakan, semua orang pernah merasakan sakit kepala. Sakit kepala
adalah tanda terjadinya masalah dalam diri seseorang. Apabila seseorang
merasakan lelah, lapar, stres, cemas, dehidrasi, sakit gigi, dan menjelang
atau ketika datang suatu penyakit kadang disertai dengan sakit kepala."
Penyakit yang ditandai dengan sakit kepala ada yang tergolong ringan dan
tidak sedikit pula yang digolongkan berat. "Sakit kepala yang tergolong
berat dan berbahaya dapat mengakibatkan kematian, misalnya karena kanker
atau tumor otak," ujarnya. "Intensitas terjadinya sakit kepala juga
tergantung dari berberapa faktor pemicu. Antara lain pekerjaan, makanan,
lingkungan, dan stres," tambah Femi.
Dalam masyarakat kita, juga sering terjadi salah pengertian tentang definisi
pusing dan sakit kepala yang dianggap sebagai hal yang sama. "Pusing dan
sakit kepala itu berbeda. Pusing tandanya adalah merasakan ruangan dan
benda-benda di sekitar kita seakan berputar atau bisa juga merasa kita yang
berputar-putar, sedangkan sakit kepala adalah sakit yang berhubungan dengan
kepala, bisa dari luar dan dari dalam (primer)," katanya.
Yang jelas, ujar ahli syaraf dr Witjahya, dapat dikatakan semua penyakit
ditandai dengan sakit kepala. Dalam bahasa ilmiahnya disebut cephalgia.
Sakit kepala adakalanya membuat pasien tidak berdaya dan tidak mampu
menjalani aktivitas normal sehari-hari, baik sendiri maupun bersama keluarga
dan teman-teman.
Betapapun, katanya, kita harus memerhatikan jika terjadi perubahan pola atau
kebiasaan sakit kepala, misalnya dari jarang menjadi sering atau dari sedang
menjadi berat. "Perubahan ini bisa menjadi tanda adanya masalah serius dalam
tubuh yang memerlukan penanganan segera," katanya.
Kebanyakan sakit kepala disebabkan karena ketegangan otot, migrain atau
tanpa penyebab tertentu. Selain itu, sakit kepala mungkin disebabkan karena
adanya interaksi (hubungan) abnormal antara otak, saraf, dan pembuluh darah
di kepala. Perubahan kadar zat kimia dalam tubuh, pemaparan terhadap stres,
atau makanan dan minuman tertentu juga bisa memicu timbulnya sakit kepala,"
ujar Witjahya.
Perubahan kadar zat kimia tubuh, seperti hormon dan neurotransmitter (zat
yang memengaruhi fungsi tubuh), dapat menyebabkan sakit kepala. Perubahan
ini terjadi secara alamiah atau mungkin juga diakibatkan oleh penggunaan
obat-obatan yang mengandung hormon, seperti pil KB.
Posisi duduk atau letak peralatan kantor yang kurang sesuai dapat
menimbulkan ketegangan otot sehingga akan memicu terjadinya sakit kepala.
(Drd/*/V-1)