[Nasional-m] Manajemen Risiko Dan Kemakmuran Bangsa

Ambon nasional-m@polarhome.com
Wed Aug 28 02:24:08 2002


Suara Karya

Manajemen Risiko Dan Kemakmuran Bangsa
Oleh Djoko M Slamet

Rabu, 28 Agustus 2002
Situasi ekonomi belum beranjak jauh dari titik nadir semenjak kriris dimulai
1997 lalu. Sebagai sesama negara tetangga yang juga mengalami krisis
ekonomi, Malaysia dan Thailand saat ini sudah selangkah lebih maju
perekonomiannya dibandingkan dengan negara kita. Dua negara tetangga ini
lolos dari perangkap jurang ekonomi lebih dalam meski menolak campur tangan
IMF.
Sangat mungkin sebelum menolak bantuan IMF tersebut, Malaysia dan Thailand
sudah memikirkan serangkaian risiko di kemudian hari. Akhirnya terbukti
bahwa sikap hati-hati namun profesional dalam menyikapi risiko-risiko yang
akan datang, Malaysia maupun Thailand telah berhasil membentengi diri dari
krisis ekonomi berkelanjutan.
Indonesia negara yang kita cintai bersama, dimana sangat berlimpah sumber
daya alamnya baik berupa kekayaan hutan, kekayaan laut, deposit energi,
deposit mineral dan lainnya serta sumber daya manusia yang cukup banyak
(sekitar 200 juta manusia), saat ini masih dan sedang mengalami krisis
multidimensi, di mana diperlukan motivasi yang tinggi dan kekompakan semua
elemen bangsa untuk mengatasinya.
Hikmah dari derita krisis multidimensi inilah yang menyadarkan kita bahwa
selama ini kita belum melaksanakan manajemen risiko secara benar dan
konsisten di segala aspek kehidupan. Dimulai dari organisasi yang terbesar.
Dalam konteks negara, Indonesia tidak sampai dengan yang terkecil
(pemerintah, perusahaan dan lainnya). Seperti kita ketahui bersama bahwa
risiko dari aspek kehidupan dapat terjadi pada aspek keuangan, bisnis,
teknis, politik, hukum dan lainnya pada semua sektor.
Banyak perusahaan yang "jatuh sakit" karena tidak menjalankan manajemen
risiko secara benar dan konsisten. Di negara maju manajemen risiko telah
dipelajari dan diterapkan sekitar 50 tahun yang lalu pada semua aspek
kehidupan organisasi baik oleh perguruan tinggi, praktisi bisnis dan
pemerintahan.
Bahwa di balik setiap kegiatan selalu ada risiko yang menyertainya, namun
sampai seberapa jauh kita dapat mengelola risiko dimaksud, kita perlu
memperlajari, melaksanakan dan mengevaluasi manajemen risiko itu sendiri
dengan benar dan konsisten karena pada prinsipnya manajemen risiko akan
mengurangi/memperkecil atau menghindari terjadinya kerugian sekaligus
meningkatkan pendapatan.
Manajemen risiko akan memberikan wawasan yang luas tentang kedisiplinan,
hubungan antarpihak, mengerti kepentingan masing-masing pihak dan kesetaraan
serta fair play. Sehingga kalau seluruh elemen bangsa ini telah memulai
dengan konsisten melaksanakan manajemen risiko seperti tersebut di atas pada
semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, maka bangsa Indonesia akan
dapat keluar dari krisis multidimensi yang kita derita selama beberapa tahun
terakhir.
Asosiasi Manajemen Risiko Indonesia (AMRI) muncul dilatarbelakangi krisis
moneter yang tidak kunjung selesai, berdiri 17 Agustus 2000 dengan visi
"menjadi organisasi manajemen risiko bertaraf internasional". Eksis karena
keprihatinan melihat kurangnya penerapan konsep manajemen risiko dalam aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia serta keinginan menciptakan
tenaga risk manager profesional.
Dengan demikian, organisasi ini merupakan wadah bagi para profesional,
pendidik, mahasiswa, pemerintah dan siapa saja yang memiliki perhatian untuk
mendalami, mengembangkan bahkan memanfaatkan ilmu manajemen risiko di
Indonesia.
Posisinya independen, melaksanakan berbagai program manajemen risiko kepada
masyarakat luas, mencetak tenaga ahli, serta memberikan saran-saran kepada
pemerintah maupun institusi lain tentang perkembangan dan penerapan
manajemen risiko guna mendukung terciptanya good corporate governance.
Program jangka pendek menyusun rencana sosialisasi dengan menganalisa segala
macam aspek. Jangka menengah mendirikan institusi formal. Manajemen risiko
bisa dipelajari secara berkesinambungan hingga strata III sebagaimana
berlaku di Eropa.
Kendati berasal dari berbagai industri yang berbeda seperti energi,
asuransi, broker asuransi, konsultan bidang survey risiko dan konsultan
hukum, namun pengurus AMRI mempunyai latar belakang manajemen risiko yang
handal dan memiliki kepedulian dan perhatian khusus terhadap masa depan
manajemen risiko.
AMRI membuka kesempatan untuk menjadi anggota kepada masyarakat pemerhati
manajemen risiko baik nasional maupun internasional serta institusi
pemerintah untuk menikmati kesempatan pengembangan profesi termasuk seminar,
studi kasus dan konferensi.
Kesempatan melakukan diskusi reguler dengan para ahli ilmu manajemen risiko,
memperoleh advis dan akses informasi sumber internasional paling muktahir
tentang perkembangam ilmu manajemen risiko dan menjalin jaringan kerja yang
luas dengan sesama kolega dan praktisi pada semua aspek manajemen risiko.
Juga kesempatan berpartisipasi dalam kelompok khusus yang membahas aspek
kunci praktik manajemen risiko dan berpartisipasi dalam pembangunan nasional
seperti dilakukan organisasi profesi lain.
Program reguler yang akan dilakukan mencakup seminar, simposium, workshop,
membuat web site AMRI dan penerbitan majalah. Program jangka panjang
mengadakan ujian profesi menjadi risk manager, mengembangkan ilmu manajemen
risiko ke seluruh pelosok Indonesia dan membantu menurunkan country risk
dalam rangka mendukung pembangunan bangsa. Bahkan juga memberikan beasiswa
kepada anggota yang memenuhi kriteria yang ditetapkan.
(Drs Djoko M Slamet MM, Ketua Umum Asosiasi Manajemen Risiko Indonesia -
AMRI