[Nasional-m] Geliat Perbankan Nasional

Ambon nasional-m@polarhome.com
Wed, 18 Dec 2002 22:48:34 +0100


Suara Karya
19 Dec. 2002

Geliat Perbankan Nasional
@ Jurus-jurus Andalan Sambut Pasar Bebas 2003
Oleh Paul Sutaryono


Suara Karya edisi Rabu, 20 November 2002 memuat berita di bawah judul "S&P
Perbaiki Peringkat Perbankan RI". Hal ini barangkali merupakan langkah awal
yang baik bagi perbankan nasional untuk menyongsong era perdagangan bebas di
tingkat ASEAN (ASEAN Free Trade Area/AFTA) pada 2003.

Bayangan akan datangnya pemain asing dalam dunia perbankan nasional makin
mengental. Mereka sudah barang tentu bermodal lebih perkasa dan memiliki
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi dan profesional serta
mempunyai teknologi informasi (TI) tingkat tinggi sehingga lebih dapat
diandalkan dan lebih ampuh untuk mendukung operasional perbankan yang
mendunia. Lalu bagaimana memenangi kompetisi perbankan di dalam negeri? Oleh
karena itu, perlu diupayakan dan dicari berbagai jurus andalan sebagai
senjata dalam perang perbankan nasional.

Jurus pertama, konsentrasi bisnis. Penetapan konsentrasi bisnis semacam itu
merupakan langkah strategis untuk menepis tajamnya persaingan perbankan
nasional dewasa ini. Katakanlah, konsentrasi pada segmen retail banking &
consumer banking.

Segera setelah krisis moneter melanda Indonesia, berbagai bank domestik
mulai memfokuskan bisnisnya ke segmen ritel. Dengan demikian, kredit tidak
lagi sebagai sumber utama pendapatan bagi bank. Saat ini primadona
pendapatan bank bersumber pada jasa-jasa seperti ekspor impor, ATM, kartu
kredit, kiriman uang (remittances), collection, safe deposit box (SDB).
Kalau pun ada kredit tetap berciri consumer banking alias personal loan,
misalnya, kredit bermotor atau kredit rumah. Segmen retAil memang menarik
dan menjanjikan return yang menawan. Bukan hanya perbankan domestik yang
banyak melirik segmen tersebut tetapi juga bank-bank mancanegara.

Kita ambil bank Jepang sebagai contoh konkret. Tiga bank papan atas tingkat
dunia, yaitu The Fuji Bank Ltd, The Industrial Bank of Japan Ltd dan The
Dai-Ichi Kangyo Bank Ltd yang merger efektif 1 April 2002 lalu telah
membentuk Mizuho Bank Ltd dan Mizuho Corporate Bank Ltd. Mizuho Bank Ltd ini
memberikan prioritas pada bisnis individual, perusahaan dan pemerintah lokal
yang dikenal dengan customer and consumer banking. Pelajaran apa yang dapat
dipetik?

Visi mereka terbukti sangat jauh. Sektor customer and consumer banking
merupakan fokus utama dalam operasionalnya. Sementara sektor korporasi
ditangani Mizuho Corporate Bank. Mereka menciptakan kartu kredit bersama
yang disebut Mizuho UC Card pada September 2000 lalu. Bukan hanya itu.
Mereka juga meluncurkan paket pinjaman perumahan, pembelian mobil baru dan
pendidikan. Pinjaman pendidikan ini mirip Kredit Mahasiswa Indonesia (KMI)
model tempo doeloe atau lebih dari itu dalam arti untuk membiayai pendidikan
pascasarjana (S-2 atau S-3). Ada satu produk lagi yang lebih menarik, yakni
asuransi kebakaran yang dikaitkan dengan pinjaman perumahan. Bagaimana
perbankan nasional?

Dalam segmen ritail ini, tidak ayal lagi Bank Central Asia (BCA) merupakan
rajanya. Untuk menyebut bank lain yang merupakan pesaing utama agaknya cukup
banyak, sebut saja Bank BNI, Bank Mandiri, Bank Internasional Indonesia
(BII), Bank Danamon, Bank Lippo, Bank Niaga. Pesaing berikutnya yang patut
diperhitungkan adalah Bank Permata yang merupakan hasil merger lima bank:
Bank Bali, Bank Universal, Bank Patriot, Bank Prima Ekspres dan Bank Artha
Media. Persaingan perbankan nasional di sektor ini sungguh ketat, licin dan
berliku.

Jurus kedua, value creation. Untuk mempertahankan dan memuaskan nasabah,
perlu diupayakan secara terus-menerus penciptaan dan peningkatan nilai
produk dan jasa (value creation). Misalnya, mobile banking atau lebih
dikenal dengan m-banking. Apa hebatnya? Hanya dengan mengirim short message
service (SMS), nasabah dapat mengetahui informasi tentang nilai tukar
rupiah, suku bunga deposito, mentransfer dana antarrekening dalam satu bank
atau melakukan transfer dana antarbank.

Jurus ketiga, teknologi informasi (TI). Untuk mempertahankan dan memuaskan
nasabah (customers satisfaction), pemanfaatan kecanggihan dan keampuhan TI
akan sangat diperlukan. Hal ini akan melahirkan berbagai produk inovatif dan
kreatif. Sudah seharusnya TI dapat mendukung dan mengikuti kemajuan dan
pengembangan produk dan jasa dan bukan ketinggalan jauh di belakang. Fungsi
TI memang harus lebih ditingkatkan untuk menunjang secara total peranan
layanan prima kepada nasabah. Dipercaya bahwa TI mampu memainkan perannya
dalam mendukung berbagai kegiatan bisnis perbankan untuk memenangkan
persaingan yang makin tajam seperti contoh berikut ini.

Pertama, menaikkan tingkat layanan (service level). Dengan ATM, nasabah
tidak tergantung lagi pada jam kerja bank, tidak perlu lagi buang waktu
untuk antri berkepanjangan dan tidak repot lagi mengisi formulir
pengambilan. Sebagai contoh, empat ATM bank pelat merah: Bank BNI, Bank
Mandiri, Bank BRI dan Bank BTN telah bergabung dalam ATM berlogo Link. Ini
dapat diakses di sekitar 1.600 ATM Bank BNI sendiri dan di ATM Link sebanyak
3.000 dan di ATM berlogo Cirrus sebanyak 500.000 di seluruh dunia. Luar
biasa. Inilah salah satu kiat strategis untuk memuaskan nasabah dan
mempertahankan kesetiaan mereka.

Kedua, mempercepat antaran jasa. Dengan sistem on-line, transfer informasi
dan dana nasabah akan sampai hanya dengan hitungan menit atau bahkan detik.
Untuk itu, seorang nasabah hanya memerlukan waktu semenit dua menit untuk
melakukan transfer untuk keperluan kuliah anaknya di luar kota.

Ketiga, meningkatkan efisiensi (efficiency lever). TI tingkat tinggi mampu
menghasilkan output secara cepat dan akurat sehingga satu unit tugas hanya
memerlukan sedikit karyawan. Dengan demikian akan menghemat cost tenaga
kerja.

Keempat, meningkatkan efektivitas. Sekalipun karyawan terbatas, tetapi TI
mampu membuahkan manfaat tinggi tanpa mengurangi ketepatan hasilnya.

Kelima, meningkatkan produktivitas karyawan (employee productivity).
Komputer pribadi (personal computer/PC) akan memampukan karyawan untuk
menyelesaikan tugas lebih banyak tetapi dengan waktu yang minimal.

Keenam, meningkatkan kemampuan menjual (sales capabilities). Dengan internet
banking tawaran produk dan jasa akan lebih cepat sampai kepada nasabah.

Keampuhan dan kecanggihan TI akan membantu dalam menciptakan berbagai
saluran-saluran elektronik untuk mendukung fasilitas demi memuaskan nasabah.
Intinya, sudah barang tentu adalah responsif dalam mewujudkan dan
mengembangkan serta memudahkan nasabah dalam melakukan transaksi perbankan.
Di sini sangat diperlukan daya kreasi dan bahkan daya inovasi yang tinggi
dan brilian untuk menciptakan produk atau jasa dalam rangka memanjakan
nasabah.

Jurus keempat, manajemen risiko. Sudah saatnya perbankan nasional menerapkan
manajemen risiko. Pengembangan manajemen risiko bertujuan untuk me-minimize
risiko, baik risiko pasar (market risk), risiko likuiditas (liquidity risk),
risiko kredit (credit risk) maupun risiko operasional (operational risk).
Dengan menerapkan manajemen risiko sedemikian rupa, bank sangat diharapkan
dapat mencapai beberapa hal.

- Mampu memberikan informasi dan perspektif kepada manajemen tentang semua
profil risiko, perubahan mendasar mengenai produk dan pasar, lingkungan
bisnis dan perubahan yang diperlukan dalam proses manajemen risiko.
,font size=2>
- Mampu menyampaikan isu sentral tentang formulasi kebijakan
   manajemen risiko dan review-nya.
-  Mampu menghitung dan mengukur besarnya risk exposure.
-  Mampu menetapkan alokasi sumber-sumber dana sekaligus
   limit risiko secara lebih tepat.
-  Mampu menghindari konsentrasi portfolio yang berlebihan
-  Mampu membuat cadangan yang memadai untuk mengantisipasi
   risiko yang sudah diukur dan dihitung.

Jurus kelima, pemberdayaan sumber daya manusia (SDM). Perbankan nasional
sudah selayaknya, mau tidak mau, cepat atau lambat, harus mengusahakan
berbagai upaya untuk memberdayakan SDM mereka. Itu kalau mereka tidak mau
tertelan dan tergilas oleh SDM bank asing nasional, seperti Citibank, JP
Morgan Chase Bank, Standar Chartered Bank, Hongkong & Shanghai & Banking
Corporation (HSBC), American Express Bank, Deutsche Bank, Bank of America,
dan Bank of Tokyo-Mitsubishi.

Salah satu kiat untuk memberdayakan SDM adalah dengan memberikan pelatihan
mengenai berbagai pengetahuan dan keterampilan produk dan jasa perbankan
(product knowledge), pemasaran, kepemimpinan, dan isu-isu yang menyangkut
praktek perbankan, antara lain money laundering dan Prinsip Mengenal Nasabah
(Know Your Customer) dan manajemen risiko (risk management). Bukan hanya
itu. Perbankan nasional sudah saatnya mengirimkan SDM mereka ke jenjang
studi tingkat lanjut (S-2 ) ke sekolah-sekolah bisnis di luar atau dalam
negeri.

Jurus keenam, pemasaran melalui edukasi. Nasabah sebagai salah satu pilar
bisnis perlu terus-menerus dijaga dan dipelihara serta dimanjakan. Oleh
karena itu, salah satu upaya yang dapat dipertimbangkan dan dikaji lebih
lanjut adalah melakukan pemasaran sambil memberikan edukasi kepada nasabah.
Sebagai contoh:
,font size=2>
- Bank Danamon dan BII yang menggelar edukasi mengenai
   seluk-beluk produk perbankan dan internet banking bekerja
   sama dengan majalah InfoBank.
- Atau meningkatkan pengetahuan calon/ nasabah dengan mema-
   parkan bagaimana mengantisipasi risiko di masa depan,
   seperti yang dilakukan Bank BNI di mingguan ekonomi dan
   bisnis Kontan dan Bank Syariah Mandiri, Bank Agro masing-
   masing di InfoBank.
- Begitu pula Citibank, Jakarta di TV swasta, MetroTV.
- BCA dengan kolom Konsultasi dan Edukasi Internet Banking di
   Kontan

Jurus ketujuh, inovasi pemasaran (marketing innovation). Sudah menjadi trend
yang menarik bagi suatu bank untuk mengenalkan kiat-kiat baru untuk
memasarkan produk-produk mereka. Hal ini bertujuan untuk memompa interest
nasabahnya, memperluas permintaan akan layanan dan produk, meningkatkan
diferensiasi produk dan menurunkan biaya atau semua yang dapat mengubah
posisi kompetitif dengan pesaing beratnya.

Dengan keyakinan untuk dapat meraih hal-hal tersebut, beberapa bank telah
melakukan inovasi pemasaran yang bersifat bisnis dan non bisnis. Inovasi
pemasaran yang bersifat bisnis misalnya menjadi sponsor utama pertandingan
balap mobil, motor atau sepeda atau liga sepak bola dalam negeri. Bagaimana
yang bersifat non bisnis? Sponsor sunatan massal atau perkawinan massal atau
bantuan kepada anak sekolah. Model pemasaran yang tersebut terakhir ini
terasa janggal tetapi sebenarnya hal ini merupakan suatu langkah strategi
baru dalam pemasaran yang menuntut inovasi dan kreativitas tinggi.

Hanya bank-bank yang mampu mencermati, mempertimbangkan, mengembangkan dan
memiliki serta menguasai jurus-jurus andalan tersebut sebagai faktor kunci
keberhasilan (key success factors) akan tetap tegar menyambut AFTA pada 2003
mendatang. ***

(Penulis adalah praktisi dan pengamat perbankan,
berkarya di Bank BNI Kantor Besar, Divisi Internasional).