[Nasional-m] Mencermati Perubahan Politik di Cina

Ambon nasional-m@polarhome.com
Mon, 11 Nov 2002 23:09:38 +0100


Suara Merdeka
Selasa, 12 November 2002  Tajuk Rencana

Mencermati Perubahan Politik di Cina

- Kongres Partai Rakyat Cina (PKC) ke-16 yang sedang berlangsung di Balai
Rakyat Agung diyakini akan membawa perubahan-perubahan besar dalam kehidupan
politik negara itu. Salah satu tonggak adalah pergantian Presiden Cina Jiang
Zemin yang telah berkuasa sejak 13 tahun lalu. Jiang Zemin yang juga Ketua
PKC telah berusia 76 tahun dan merupakan tokoh di negara tersebut yang sudah
sedemikian kukuh, layak disejajarkan dengan Mao Zedong dan Deng Xiaoping.
Penggantinya disebut-sebut wakilnya, Hu Jintao. Masih banyak spekulasi yang
muncul di sekitar suksesi tersebut, antara lain kemungkinan Jiang Zemin
membatalkan pengunduran diri atau menyerahkan kepada Hu Jianto. Dan, dia
akan tetap mengendalikan dari belakang seperti yang terjadi dengan Lee Kuan
Yew di Singapura.


- Terlepas dari isu suksesi, satu hal yang tak bisa terelakkan adalah
dorongan perubahan politik yang sudah mulai terkondisikan sebegitu rupa.
Dari yang semula serbarepresif dan serbaotoriter menjelma menjadi agak
terbuka. Paling tidak tercermin dari kemauan menerima perbedaan pendapat.
Cina adalah sebuah negara unik. Negara yang sebenarnya menganut dua sistem,
sebagai negara komunis yang menerapkan sistem ekonomi pasar bebas atau
aliran kapitalis. Ada kontradiksi dan dualisme hebat secara ideologis,
tetapi tak pernah menjadi masalah atau dipermasalahkan. Alhasil sungguh luar
biasa. Kendali ketat dalam bidang politik, memberi iklim yang baik untuk
pertumbuhan perekonomian. Dengan pertumbuhan rata-rata 9% per tahun, negeri
itu menjelma menjadi kekuatan raksasa baru.


- Saat negara-negara Asia Timur terkena krisis moneter hebat pada
pertengahan 1997, Cina tak terkena dan itu terbukti dari posisi mata uang
Yuan yang relatif stabil. Ketika perekonomian dunia melemah termasuk Amerika
Serikat dan Jepang, negeri berpenduduk 1,3 miliar jiwa itu justru tumbuh
pesat bak meteor. Perkembangan cepat didukung oleh kebijakan deregulasi yang
dibarengi dengan desentralisasi, sehingga kemajuan ekonomi nyaris merata di
seluruh negeri. Kota-kota seperti Shen Zhen sudah menyamai kota-kota besar
dunia seperti Singapura, padahal hanya dibangun dalam waktu tak lebih 20
tahun. Ekonomi Cina begitu tahan banting lantaran mereka mengembangkan apa
yang disebut dengan resources base economy. Artinya lebih banyak
mengandalkan sumber-sumber lokal pada segala hal.

- Bila sekarang mulai muncul tahapan baru dalam perkembangan politik,
rasanya tak terlalu menimbulkan gejolak lantaran sudah dilandasi kekuatan
ekonomi yang luar biasa. Berbeda dengan Indonesia yang justru mengalami masa
reformasi pada saat ekonomi negara sedang terpuruk parah. Akibatnya,
perubahan politik yang terjadi tidak melampaui suatu tahapan yang terencana
dan cenderung membuat situasi semakin carut-marut. Belajar dari Cina dan
Malaysia, perubahan politik terutama menuju ke demokrasi tak bisa dengan
gampang dilakukan. Tak perlu terlalu termakan propaganda Barat yang
seolah-olah menjual mimpi tentang demokrasi. Kondisi di dalam negeri
semestinya menjadi pertimbangan. Dan yang utama, kekuatan fundamental
ekonominya. Bisa jadi demokrasi memang barang mahal untuk bangsa miskin.


- Mencermati proses transformasi dari sistem komunis ke demokrasi di Cina
sungguh menarik. Terlihat di sana betapa kendali itu luar biasa dipegang
oleh kalangan elite partai yang berkuasa. Dan, itulah modal bagi
keberlangsungan proses pembangunan ekonomi yang cepat dan mantap. Politik
tidak seperti yang banyak terjadi di negara berkembang, tidak mengganggu
ekonomi. Bahkan politik ikut mendukung stabilitas dan kepastian di segala
bidang. Kini ketika segala sesuatunya telah siap, secara perlahan kran
keterbukaan dan demokrasi mulai dibuka. Tidak pula secara drastis tetapi
perlahan dan berhati-hati. Rakyat yang begitu memercayai pemimpinnya tak
terlalu mempersoalkan. Bagi mereka, ideologi baru yakni ekonomi pasar lebih
menjanjikan dan terbukti lebih memakmurkan.


- Akhirnya, disadari demokrasi juga merupakan kebutuhan yang tidak kalah
penting. Perubahan sistem politik juga menjadi tuntutan yang tidak bisa
dilawan atau ditunda terus-menerus. Nilai-nilai demokrasi menjadi
nilai-nilai yang tak bisa ditolak oleh bangsa mana pun termasuk Cina.
Sekarang di Cina sudah ada gugatan terhadap korupsi di pemerintahan dan itu
berarti keberanian untuk mengkritik penguasa. Akan tetapi, korupsi itu bila
tidak diperangi akan kontraproduktif dan mengganggu perkembangan ekonomi.
Karena itu, pada hakikatnya mengembangkan demokrasi merupakan bagian dari
mewujudkan penerapan nilai-nilai global. Sekali lagi yang paling krusial
adalah saat reformasi dan transformasi mulai dijalankan. Seberapa cepat
dilakukan dan dalam tahapan yang bagaimana, itu sangat menentukan.