[Nasional-m] Kontingen Indonesia Minta Maaf

Ambon nasional-m@polarhome.com
Tue, 15 Oct 2002 05:44:26 +0200


SUARA PEMBARUAN DAILY


ASIAN GAMES BUSAN 2002
Asian Games Ditutup
Kontingen Indonesia Minta Maaf

BUSAN - Pemimpin kontingen Indonesia, Rudolf S Warouw, menyampaikan
permohonan maafnya kepada seluruh rakyat Indonesia, atas kegagalan di Asian
Games XIV di Busan, Korea Selatan.
Hal itu diungkapkan Warouw di Busan, Korsel, Senin (14/10) pagi waktu
setempat, seperti dilaporkan wartawan Pembaruan Steven S Musa dan Surya
Lesmana.
Dia mengatakan sebagai pimpinan kontingen dia akan mempertanggungjawabkan
kegagalan tersebut kepada Ketua Umum KONI Pusat, sekaligus menyatakan
permohonan maaf kepada masyarakat atas kegagalan itu. "Apa pun keputusan
KONI Pusat saya akan terima dengan tegar," kata Rudolf Warouw.
Dia mengatakan tidak akan menyalahkan atlet atau pelatih karena tanggung
jawab sudah diambilnya. Dia menyatakan puas dengan perjuangan atlet
Indonesia di Asian Games. "Kalah menang dalam olahraga adalah satu hal
biasa. Saya tetap bangga atas perjuangan para atlit,'' ujar Warouw.
Warouw juga tidak membantah ada cabang-cabang olahraga yang tidak jujur
dalam memberikan laporan sebelum berangkat ke Asian Games lalu. Ini bisa
dilihat dari pernyataan beberapa pelatih maupun menager tim yang tidak
mengatahui kekuatan lawan atau negara-negara lain seprti Khasakstan,
Usbeskistan dan negara-negara pecahan Uni Soviet lainnya.
Ditutup
Sementara itu penyelanggaraan Asian Games XIV direncanakan akan ditutup
secara resmi di stadion Utama Busan, Senin (14/10) malam waktu setempat atau
petang WIB.
Presiden BAGOC, Chung Soon Taek akan menutup dengan resmi event yang
berlangsung lebih dari 2 minggu ini. Chung akan menyerahkan bendera Asian
Games kepada Presiden Olympic Comitte Asia (OCA), Sheik Al-Fahad Al Sabah,
kemudian Al Sabah akan menyerahkan bendera tersebut kepada Presiden Qatar
National Olimpic Comitte (QNOC), Sheik Tamim bin Hamad Al Thani. Kemudian
Walikota Busan, Ahn Sang Young akan menyerahkan bendera OCA kepada Presiden
Al-Sabah yang kemudian diserahkan ke Sekjen Doha Asian Gemes Organisation
Comitte (DAGOC). Acara tersebut akan dimeriahkan oleh tarian yang
diwabawakan oleh anak-anka dari Qatar.
Chung mengatakan Asian Games Busan ini merupakan event Asian Games terbesar
sepanjang sejarah penyelenggaraan pesta olahraga di Asia. Sekitar 10.000
atlit, official dan wartawan terlibat dalam penyelenggaraan olahraga ini.
Yang lebih membahagiakan lagi katanya, Asian Games ini juga diikuti oleh
negara-negara seperti Korut, Afganistan, Timor Leste dan Pelestina. Karena
itu dia berharap Asian Games ini bisa mempercepat perdamaian dunia.
Pelajaran
Kegagalan Kontingen Indonesia di arena Asian Games XIV Busan, Korsel, harus
dijadikan pelajaran agar prestasi buruk ini tidak terulang kembali pada
event-event berikutnya.Hal itu diungkapkan Ketua Komisi VI DPR-RI
Taufiqurrahman Saleh kepada Pembaruan di Busan, Korsel, Minggu (13/10)
malam.
Menurut anggota DPR-RI dari Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB) itu, seharusnya
para pimpinan dan pembina olahraga mendidik dirinya dengan realita (fakta)
sehingga tidak sembarangan mencanangkan target.
Indonesia (KONI Pusat) semula menargetkan 8-10 medali emas yakni dari cabang
bulutangkis dua, tenis (2), layar (1), karate (1), balap sepeda (2), angkat
besi (1), biliar (1). Faktanya sekarang baru mencapai tiga medali emas yakni
dari tenis, layar, dan karate. Cabang yang gagal sama sekali adalah balap
sepeda, angkat besi, dan biliar. Tenis gagal satu medali emas. Bulutangkis
sudah bisa dianggap gagal karena dari dua yang ditargetkan sekarang tinggal
berharap dari Taufik Hidayat.
Mungkinkah Taufik bisa persembahkan medali emas? masih tanda tanya besar.
Bila Taufik Hidayat gagal persembahkan medali emas, maka inilah Asian Games
terburuk sepanjang sejarah, karena untuk pertama kalinya cabang andalan
Indonesia tidak bisa mempersembahkan medali emas. "Kita harus benar-benar
bisa memetik pelajaran dari kepahitan pada
Asian Games di Busan ini," tutur Taufiquarrahman Saleh.
Target yang juga dianggap slogan adalah ucapan Presiden Megawati dengan 15
medali emasnya. Ucapan ini membuat hampir semua pembina olahraga tercengang,
meskipun maksudnya hanyalah sekadar memacu atlet, tetapi banyak yang menilai
presiden tak begitu memahami bahwa olahraga harus berpijak pada realitas
prestasi.
Karena itu, Taufiqurrahman mengimbau, agar siapapun termasuk para pimpinan
dan pembina olahraga tidak menjadikan hal yang masih bersifat sloganisme
atau keinginan-keinginan yang tidak membumi sudah dijadikan target.
"Bentuknya saja masih berupa keinginan, janganlah hal itu sudah dijadikan
fakta bahwa Indonesia menargetkan merebut 15 medali emas, " ujar dia.
Dia menjelaskan, dirinya tidak kaget dengan kegagalan tersebut, karena biar
bagaimanapun kegagalan tersebut tidak terlepas dari masalah makro yang ada
di bangsa Indonesia sendiri.
Sementara itu, mantan atlet Indonesia M Sarengat yang juga ditemui di Busan,
Korsel, mengatakan, untuk ke depan, cabang-cabang olahraga harus menciptakan
sebuah kompetisi yang ketat, sehingga para atlet teruji secara sistematis.
Sarengat yang saat ini menjabat Direktur Operasional Badan Pengelola Gelora
Bung Karno mengatakan, dengan adanya kompetisi yang ketat, berarti pembinaan
di cabang-cabang olahraga berjalan dengan baik. "Jadi bukan KONI Pusat yang
membina para atlet, tetapi induk-induk organisasi yang ada," kata dia.
Secara terpisah Wakil Komandan Kontingen Indonesia IGK Manila mengatakan,
apa yang sudah diraih oleh para atlet Indonesia harus disyukuri. Indonesia,
kata dia, harus tetap bangga meski gagal mencapai target, jika dibandingkan
dengan negara-negara yang tidak mampu merebut medali emas.*


Last modified: 14/10/2002