[Nasional-m] Biarkan Kami Berdemonstrasi

Ambon nasional-m@polarhome.com
Wed Sep 18 09:36:15 2002


Suara Merdeka
Rabu, 18 September 2002

Biarkan Kami Berdemonstrasi
Oleh: Mohammad Amin

GERAKAN mahasiswa telah menyatu dengan dinamika bangsa. Diakui atau tidak,
mahasiswa turut andil dalam upaya meruntuhkan kekuasaan Bung Karno pada
1966, jatuhnya Soeharto pada 1998 dan tragedi konstitusional lengsernya Gus
Dur pada 2001.
Keberpihakan mahasiswa tidak hanya terlihat dalam wilayah politik, namun
juga keberpihakan di sektor-sektor lain yang berpotensi menimbulkan kerugian
bagi masyarakat. Hampir dapat dipastikan apabila terdapat
kebijakan-kebijakan negara yang dianggap merugikan kepentingan umum,
mahasiswa akan selalu bergerak untuk melakukan perlawanan. Entah tuntutannya
dikabulkan atau tidak, kelompok-kelompok mahasiswa progresif tidak pernah
menyurutkan langkah untuk membela rakyat kecil.
Yang unik dari gerakan mahasiswa mengenai pilihan strategi yang ditempuh
mahasiswa. Dapat dipastikan dalam menyuarakan aspirasinya, mereka akan
melakukan demonstrasi, baik sekadar happening art, aksi diam, sampai aksi
massa turun ke jalan dengan orasi yang meledak-ledak. Sebab pilihan bahasa
yang digunakan ketika demonstrasi cenderung vulgar, kasar dan tanpa
basa-basi.
Fenomena terkini mengenai demonstrasi sangat menyedihkan, selain isu demo
bayaran, aksi-aksi demonstrasi mahasiswa sekarang mengalami kemunduran
besar, terutama menyangkut kuantitas demonstran yang berpengaruh langsung
terhadap nilai tawar sebuah demonstrasi. Penurunan itu terjadi bukan karena
mahasiswa telah menemukan strategi lain yang lebih efektif dan efisien untuk
menyuarakan aspirasinya, namun karena semakin berkurangnya mahasiswa yang
mempunyai kepedulian sosial, sehingga melahirkan mahasiswa-mahasiswa yang
apatis terhadap gerakan mahasiswa. Pilihan mahasiswa sekarang lebih banyak
kepada pola perilaku hedonis seperti jalan-jalan ke mall, nonton film,
shopping dan lain-lain, daripada melakukan aktivitas yang menunjukkan
tanggung jawab sosialnya sebagai agent of change. Seperti melakukan diskusi
terhadap masalah-masalah kerakyatan, melakukan kerja-kerja advokasi dan
semacamnya.
Punya Tanggung Jawab
Padahal entitas mahasiswa sebagai kelompok tercerahkan mempunyai tanggung
jawab sosial yang besar terhadap terciptanya tatanan masyarakat adil,
makmur, dan demokratis. Apalagi kalau melihat peran strategis yang dapat
dilakukan mahasiswa dalam kapasitasnya sebagai kelas menengah, mahasiswa
mempunyai kesempatan yang besar untuk memasuki wilayah suprastruktur politik
(elite) dan sekaligus wilayah infrastruktur politik (massa). Posisi
strategis itulah kekuatan utama mahasiswa untuk melakukan perubahan sosial.
Di satu sisi mahasiswa dapat menekan elite negara agar kebijakan-kebijakan
yang dihasilkan tidak merugikan rakyat dan di sisi lain mahasiswa juga dapat
melakukan pendidikan politik kepada masyarakat agar tidak hanya pasrah dalam
menyikapi kebijakan-kebijakan negara yang menindasnya. Kemampuan untuk dapat
memasuki kedua wilayah itu karena selama ini mahasiswa masih dianggap
sebagai satu-satunya pihak yang netral dari kepentingan politik sehingga
objektivitas tindakannya diakui oleh siapa pun.
Dalam konteks itulah demonstrasi mahasiswa mempunyai nilai strategis ganda,
di samping berfungsi menekan elite politik sekaligus dapat berfungsi sebagai
pendidikan dan teladan bagi masyarakat untuk melakukan perlawanan.
Gerakan mahasiswa adalah sebuah perjuangan, dan dalam melakukan perjuangan
terdapat dua arus besar strategi. Yaitu, strategi diplomasi dan strategi
konfrontasi. Strategi diplomasi mempunyai dampak negatif dan dampak politik
yang cenderung kecil, sedangkan konfrontasi sebaliknya. Peluang terjadinya
destruksi sangat besar, namun dampak politiknya juga besar.
Satu hal yang harus diperhatikan strategi diplomasi hanya akan efektif
apabila ditempuh oleh pihak-pihak yang berkekuatan setara. Apabila kekuatan
kedua belah pihak tidak seimbang, maka pihak yang lebih kuatlah yang akan
diuntungkan dalam diplomasi.
Dengan mempertimbangkan kekuatan yang tidak seimbang antara mahasiswa dan
negara, pilihan strategi konfrontasilah yang akan lebih efektif, namun harus
dijaga jangan sampai konfrontasinya mengarah kepada perilaku anarki, baik
dari mahasiswa maupun aparatur negara. Harus dimengerti pula orientasi dari
demonstrasi bukan untuk mengalahkan negara, melainkan untuk mendapatkan
dukungan publik dan untuk menarik simpati masyarakat.
Aksi anarki harus dihindari karena akan kontra produktif terhadap gerakan
mahasiswa, besar kemungkinan masyarakat akan antipati terhadap demonstran
yang berarti tujuan untuk melakukan pendidikan politik tidak tercapai.
Modal Diplomasi
Demonstrasi juga dapat diposisikan sebagai upaya menaikkan bargaining
positions mahasiswa sebagai modal melakukan diplomasi. Apabila demonstrasi
mendapatkan dukungan publik, bahkan bila kemudian rakyat bergabung ke dalam
aksi mahasiswa, maka nilai tawar sekaligus legitimasinya akan semakin kuat.
Inilah yang dapat digunakan untuk menekan elite politik.
Nilai politis lain dari demonstrasi, untuk mencegah klaim dari elite bahwa
kebijakannya mendapatkan dukungan masyarakat. Aksi-aksi nyata yang dapat
diakses langsung oleh masyarakat akan menjadi bukti adanya penentangan
masyarakat, dari perspektif ini terdapat kelemahan diplomasi, yaitu
cenderung tertutup dan peluang terjadinya distorsi informasi sangat besar.
Berbeda dari demonstrasi yang tuntutan-tuntutannya dapat didengar langsung
oleh masyarakat.
Selain nilai politis itu demonstrasi, juga mengandung nilai edukasi bagi
mahasiswa, yaitu pada pembentukan mental progresif, pemberani, dan pantang
menyerah. Mahasiswa yang terlibat aktif dalam demonstrasi akan terlatih
untuk mengetahui problema masyarakat, sehingga akan lebih peka terhadap
gejolak kemasyarakatan.
Untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap gerakan mahasiswa, aksi-aksi
demonstrasi harus tetap dijaga netralitasnya. Jangan sampai ditumpangi
kepentingan politik praktis, apalagi kalau hanya karena segepok uang.(33)
Mohammad Amin - Mahasiswa Fisip Undip