[Nasional-m] [Nasional] IBRAHIM ISA: MENGAPA PERLU MENDORONG, MENCERMATI DAN MENGAWAL PDI-P?

nasional-m@polarhome.com nasional-m@polarhome.com
Wed Sep 18 17:48:01 2002


IBRAHIM ISA-------------------
18 September 2002.

MENGAPA PERLU MENDORONG,

MENCERMATI DAN MENGAWAL PDI-P?
Bung Hudoyo y.b.,
<Trima kasih atas tanggapan Anda.>

Memang, tanggungjawab PDI-P dalam pemerintahan sekarang ini adalah yang
paling besar. Sebabnya sederhana saja. Mengenai masalah penanganan  KKN, lebih
kongkrit lagi  m e m b e r a n t a s  KKN , itu sudah diprogramkan PDI-P untuk
dilaksanakan oleh pemerintah ini.  Betul,  untuk memberantas samasekali KKN, itu
merupakan suatu tugas yang sulit dibayangkan akan bisa  betul-betul tuntas dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Karena,  dalam negara yang sudah lebih
seabad punya konstitusi,  punya serentetan uu, memiliki pemerintah yang bisa
digolongkan "good governance", di negeri-negeri yang sudah maju itupun,  KKN
dari waktu ke waktu  terjadi dan terungkap. Seperti yang bisa disaksikan  belum
lama di AS (skandal Enron dan WorldCom, dll) , Perancis,  negeri-negeri maju
lainnya seperti Jepang. Dan Belanda sekarang ini, dengan  terbongkarnya korupsi
dan manipulasi  di bidang pembangunan, yang mencakup ratusan juta Euro; sampai
untuk  itu parlemen Belanda khusus membentuk Panitia Enquet Tweede Kamer.


  - - -Sekalipun, tugas ini merupakan tugas "seumur hidup", betapapun ia sudah
jadi program pemerintah. Dan pemerintah ini dikepalai oleh  Presiden Megawati
Sukarnoputri, Ketua Umum PDI-P .  Program penanganan KKN itu, juga adalah
program PDI-P  yang  sudah diumumkan dan dijanjikan kepada rakyat, khususnya
janji kepada para pemilih PDI-P  dalam pemilu. Ini janji kepada rakyat, yang
dianggap sungguhan dan serius. Maka tidak heran bahwa  selain janji akan
meneruskan reformasi dan demokratisasi, a.l. adalah janji ini, yang menyebabkan
banyak pemilih menusuk tanda gambar PDI-P dalam pemilu y.l. Karena rakyat sudah
bosan dan muak terhadap kultur KKN  yang berdominasi negeri ini.

Yang kiranya perlu dicermati, didorong dan dikawal , ialah,  agar betul-betul
ditegakkan di dalam PDI-P dan pemerintah, suatu "political will", suatu tekad
untuk  -- at least memulai penanganan KKN  dengan sungguh-sungguh!

Tidaklah keliru bila  ada anggapan, bahwa PDI-P termasuk titik penting yang
perlu didorong, dicermati dan dikawal terus. Bukan saja karena partai ini dasar
falsafah dan politiknya adalah kesatuan dan persatuan bangsa, yang  berjanji
untuk menegakkan masyarakat madani yang berkeadilan sosial,  yang hendak
mempertahankan sifat sekular dari negara Indonesia; tetapi, memang,  karena
PDI-P sebagai kelanjutan dari PDI Sayap-Megawati, punya latar belakang
pro-demokrasi dan pro-reformasi sejak Suharto masih kuasa. Karena PDI-P dalam
Rakernasnya baru-baru ini, mengambil keputusan untuk membela  dan memulihkan
nama baik Bung Karno, dan hendak melaksanakan ajaran-ajaran Bung Karno.
<Catatan:  Tentu harus dilihat dalam kenyataan prakteknya nanti, bagaimana PDI-P
akan melaksanakan keputusan-keputusan tsb>

Popularitas PDI-P dan  Mega di kalangan masyarakat,  - - - - diperolehnya
dukungan yang cukup luas, bukan hanya karena Mega putrinya Bung Karno. Tetapi,
juga karena Mega ada keberanian, punya nyali untuk secara terang-terangan
bertentangan dengan mantan presiden Suharto yang ketika itu masih kuat.

Bahwa PDI-P  sekarang banyak disusupi elemen dari partai Golkar dan militer,
yang sering disebut sebagai orang-orang "indekosan",  memang kenyataannya
begitu. Hal itu adalah  soal tersendiri ,  soal serius, yang juga harus
dicermati dan dikawal terus. Banyak pihak yang bersimpati kepada PDI-P dan Mega,
mengkhawatirkan bahwa akhirnya PDI-P dan Mega akan menjadi tawanan dari
orang-orang "indekosan"  yang punya banyak dana dan punya dukungan sementara
birokrasi itu. Maka mereka menganggap tidak tepat bila PDI-P dan Mega,
meremehkan canang tsb. Karena,  kemungkinan berubahnya PDI-P menjadi suatu
partai yang tidak beda dengan Golkar, yang hanya bisa memberikan janji-janji
kepada rakyat,  hanya peduli agar bisa kuasa terus untuk kepentingan sendiri
yang sempit, itu bukanlah hal yang mustahil. Bukankah,  kekuasaan dan korupsi
(KKN) itu seperti "saudara kembar"  di dalam kehidupan ini.

Baik Golkar maupun kalangan militer, sudah dikenal sebagai kekuatan yang paling
besar tanggungjawab dan keterlibatannya dalam tegaknya Orba. Bahwa mereka-mereka
itu  adalah  kekuatan penyangga rezim yang paling otoriter dan anti demokratis,
dan anti HAM. Mereka juga bertanggung jawab atas membudayanya KKN di negeri
kita.  Bahwa kekuatan Orba lama itu masih beraspirasi untuk menegakkan kembali
Orba baru dengan wajah "reformasi", itu juga tak bisa dibantah. Banyaknya
susupan dari Golkar dan militer inilah yang menyebabkan  banyaknya kritik keras
terhadap PDI-P, bahwa PDI-P sudah tidak  ada bedanya lagi dengan Golkar; bahwa
pemerintah yang sekarang sudah sama saja dengan Orba.

Kritik-kritik itu mungkin berkelebihan, tetapi sebaiknya didalami mengapa sampai
timbul kritik-kritik semacam itu.  Jangat kaget, bahkan  di dalam masyarakat
sekarang ini terdengar celetukan "nyelekit" yang mengatakan bahwa sesudah
"banteng itu, ditambat di bawah pohon beringin,   ia lalu jadi gemuk".

Amat disayangkan bila di kalangan  PDI-P  dan pandukungnya, terkena penyakit
lekas tersinggung, cepat "alergis" terhadap celetukan-celetukan  seperti itu.
Jangan lupa bahwa sekarang ini mereka adalah penguasa. Dan adalah wajar bahwa
penguasa, pemerintah,  akan terus disorot dan dikritik atas segala tindak
tanduknya yang dinilai keliru, yang dinilai merugikan rakyat kecil.

Mereka (PDI-P) seyogianya  bercermin pada Kwik Kian Gie, yang notabene adalah
salah seorang Ketua PDI-P,  yang sering melakukan kritik terbuka terhadap beleid
politik dan ekonomi pemerintah, yang sebenarya adalah suatu kritik terhadap
politik PDI-P sendiri. Apa yang dilakukan Kwik itu, kiranya baik dijadikan bahan
pertimbangan serius, oleh kader-kader pimpinan PDI-P sendiri. Kritik-kritik yang
tajam dan terbuka dari kalangan intern PDI-P sendiri,  apalagi dari kalangan
pimpinannya, tidak akan membikin partai itu retak atau buyar, tapi akan
melahirkan suatu langgam demokratis dan transparansi yang akan memperkuat partai
itu. Akan mengikis langgam otoriter di kalangan pimpinannya.

Janganlah menggunakan argumentasi , misalnya sbb: "jangan selalu menghujat",
"jangan menjelek-jelekkan nama Indonesia", "harus tunduk pada disiplin partai" ,
"right or wrong my country", yang itu semua  sebenanryna hanya untuk membungkam
adanya kritik-kritik yang tulus.  Pengalaman kehidupan parpol-parpol
menunjukkan bahwa, kritik-kritik tidak akan melemahkan atau membuyarkan partai.
Yang melemahkan dan membuyarkan partai adalah politik  partai yang keliru, yang
menyalahi janji-janji kepada rakyat. Politik dan perangai kader-kadernya,
terutama kader-kader pimpinannyam,  yang merugikan rakyat kecll,  yang telah
menjadi mangsa "money politics" ,  - - - itulah yang akan melemahkan dan
membikin pecah partai yang tadinya punya kepedulian terhadap nasib rakyat
kecil.

Kritik-kritik  yang tulus seyogianya disambut, ini adalah salah satu bentuk dari
transparansi yang amat diperlukan oleh sesuatu parpol yang serius hendak
mengabdikan fikiran dan usahanya, demi kesatuan dan persatuan bangsa, demi
keadilan sosial. Maka seyogianyam, janganlah  alergi terhadap kritik. Jangan
muram bila pers banyak mengajukan pendapat, kecaman dan kritik. Itu adalah
pertanda masyarakat memperhatikan soal-soal yang dihadapi negeri ini.
Partisipasi masyarakat dalam urusan negeri, adalah sesuatu yang perlu disambut.

Kiranya jangan sampai dilupakan kenyataan bahwa, sejak gerakan Reformasi yang
dimulai ketika Suharto masih kuasa, PDI sayap Mega, merupakan harapan banyak
orang, bahkan  harapan kalangan rakyat yang luas, khususnya yang disebut Wong
Cilik, baik yang nasionalis, Islamis maupun yang Marxis atau Kiri.

Tidak ada saran yang lebih diperlukan kiranya untuk PDI-P , yang sekarang
memegang kekuasaan negara ini, untuk tidak melupakan janji-janji dan komitmennya
kepada rakyat, khusunya kepada rakyat kecil. Untuk tidak melupakan janji-janji
dan programnya untuk membangun suatu Indonesia yang demokratis dan berkeadilan
sosial.
Cukup panjang tanggapan saya atas tanggapan Bung Hudoyo.* * * * * *

     -----Original Message-----
     From: Hudojo [mailto:25@tiscali.de]
     Sent: Wednesday, September 18, 2002 9:28 AM
     To: apakabar@yahoogroups.com
     Subject: AW: [apakabar] IBRAHIM ISA -- RE: [cari] Kwik: Upaya
     Pemberantasan KKN Hanya Sebatas Retorika

     Saya juga ikut menggarisbawahi apa yang dicanangkan oleh KKG. Memang
     sungguh menherankan, padahal presiden Mega sudah mencanangkan berantas
     KKN pada ulang tahun PDIP tahun ini di Semarang selaku ketua umum
     PDIP. Tapi dalam kenyataannya PDIP menolak Pansus Bulog gate II.
     Padahal pansus itulah kuncinya untuk memberantas KKN. Jadi ya saya
     benarkan ucapan KKG bahwa pemberantasan KKN yang dicanangkan oleh
     Pemerintah memang benar hanya Retorika belaka.Siapakah yang harus
     bertanggung jawab? Sehubungan dengan malah ini saya sokong uraian pak
     Ibrahim Isa dalam postingnya seperti dibawahini.

     Salam.

     Hudojo.

     IBRAHIM ISA

     -------------------

     17 September 2002.

     Pak Kwik: . . .

     SOALNYA BAGAIMANA MENGUBAH RETORIKA MENJADI REALITA?

     Saya garisbawahi apa yang dicanangkan oleh KWIK KIAN GIE.

     Bravo Kwik !!

     Korupsi merupakan virus, yang sampai kini masih hanya
     'disenggol-senggol'  saja oleh lembaga pengadilan kita. Kwik
     mengatakan yang terjadi hanya "retorika" saja. Canang itu betul.
     Sebenarnya,  bukan hanya retorika, tetapi lamis-lamis bibir saja, lip
     service belaka. Lebih jelek lagi.  Seruan pemberantasan korupsi
     sering sekali dijadikan 'political capital'  dan komoditi untuk
     manuver dan dagang sapi guna memperkuat posisi diri sendiri, golongan
     maupun partai sendiri.




     Kiranya adalah baik dibikin jelas masalahnya! Seharusnya  siapa sih,
     yang bertugas melaksanakan seruan Kwik Kian Gie, yang mengatakan,
     bahwa  pemberantasan KKN harus :  Sistimatis, konprehensif,  kongkrit
     dan operasional. Cocok!  Tetapi, siapa yang harus melaksanakannya,
     siapa yang  harus operasional?  Bukankah, itu lembaga pengadilan,
     kongkritnya jaksa-jaksanya? Pertama-tama Jaksa Agungnya?  Siapa yang
     sebenarya bertanggung-jawab?  Bukankah pemerintah yang sekarang ini,
     yang  sudah memprogramkan pemberantasan KKN?

     Walhasil,  pendapat rakyat jelas: Pemerintah, adalah pemerintah yang
     harus bertanggungjawab, yang empunya program penanganan KKN. DPR juga
     bertanggungjawag untuk membuat serentetan uu yang bisa menangkap
     setiap koruptor teri ataupun kakap dan mengadilinya. UU yang bisa
     mengontrol setiap pejabat yang melakukan KKN. UU yang bisa mencegah
     sebelum ratusan milyar rupiah kekayaan negara dijarah koruptor.

     Koalisi parpol-parpol pemerintah yang menyusun program penanganan KKN
     juga harus bertanggung jawab dalam  menjadikan program itu
     operasional. Artinya para parpol yang sekarang duduk di dalam
     pemerintahan berkewajiban untuk membikin program penanganan KKN
     kongkrit dan operasional, seperti dikatakan oleh Kwik Kian Gie.
     Artinya  adalah PDI-P, yamg merupakan parpol utama dan terbesar di
     dalam pemerintahan Megawati sekarang ini, adalah yang paling
     bertanggungjawb, apakah program pemerintah mengenai penanganan KKN itu
     hanya tinggal retorika saja? Tentu saja, parpol-parpol lainnya yang
     ikut koalisi juga ikut bertanggung jawab. Tapi, terus terang. Kalau
     tokh orang masih ada harapan dalam penanganan KKN, maka yang
     diharapkan itu pertama-tama adalah langkah kongkrit dari PDI-P.
     Parpol-parpol lainnya yang di dalam koalisi sekarang ini, sudahlah!

     Bahwa Akbar Tanjung, Ketua Umum Golkar <Partai yang paling
     berpengalaman dalam bergelimang dengan korupsi, kolusi dan nepotisme>
     dan Ketua DPR, sudah divonis 3 tahun  penjara oleh Pengadilan Negeri;
     betapapun  - - - kita tidak habis fikir  mengapa vonis itu begitu
     ringan, tokh vonis itu  kiranya patut disambut dan DIKAWAL. Bahwa
     sesudah divonis  tiga tahun penjara Akbar Tanjung, naik banding. Itu
     adalah haknya sebagai warganegara untuk naik banding. Bahwa Akbar
     Tanjung, masih bebas babkan mewakili Indonesia dalam suatu sidang
     internasional di Hanoi, naah, . . . . ini betul-betul "kebangetan".
     Bagaimana  bisa bahwa seorang terdakwa yang sudah divnois tiga tahun
     pendjara,  tokh masih bisa jalan-jalan ke luarngeri atas ongkos
     negara. Lebih celaka lagi, . . . . . ia malah  mewakili Indonesia
     pula.

     Ini betul-betul sudah . . . . . . . . . . (masaalah, tidak tahu lagi
     bagaimana kita menahan geregetan kita) . . . . . pembaca silakan isi
     sendiri kalimat penutupnya.

     Sementara anggota DPR sedang sibuk mengumpulkan tandatangan untuk
     menuntut Akbar Tanjung turun  dari kursi ketua DPR.

     Bisakah PDI-P  mendisiplin anggota-anggotanya untuk memberikan suara
     positif dalam  "mengimpeach" kedudukan Akbar Tanjung  - - - sementara
     menunggu ia naik banding, dan diputuskan lagi oleh  pengadilan?
     Diharapkan PDI-P akan mampu!

     Sehingga, sedikit-dikitnya bisa memberikan bobot  dan isi kongkrit
     pada canang-canang yang dinyatakan Kwik Kian Gie, sebagai salah
     seorang ketua PDI-P.

     Kita nantikan.

     * * * * * *