[Nasional-m] [Fwd: STRATEGI TANCAP KUKU TNI SAMPAI KE DESA BUATAN DIKTATOR MILITER
SOEHARTO HARUS DIBUANG]
Ahmad Sudirman
nasional-m@polarhome.com
Fri Sep 20 00:36:03 2002
--------------060008010205060103040903
Content-Type: text/plain; charset=iso-8859-2; format=flowed
Content-Transfer-Encoding: 7bit
-------- Original Message --------
Subject: STRATEGI TANCAP KUKU TNI SAMPAI KE DESA BUATAN DIKTATOR MILITER
SOEHARTO HARUS DIBUANG
Date: Mon, 16 Sep 2002 23:53:41 +0200
From: "Ahmad Sudirman" <ahmad@dataphone.se>
To: "Mail2news"
<Mail2news-20020917-soc.culture.indonesia+alt.culture.indonesia@anon.lcs.mit.edu>,
"nurzati" <nurzati@tjp.toshiba.co.jp>, "Suparmo"
<asadullah_abujihad@yahoo.com>, "Suparmo" <suparmo@tjp.toshiba.co.jp>,
"Hamzah Tontowy Djauhari" <hamzahtd@cabi.net.id>, "Herman R"
<hermanranuwiharjo@mail.com>, "Hidajat Sjarif"
<siliwangi27@hotmail.com>, "Moh Irkham" <irkham@mailhost.bps.go.id>,
"PK" <partai@keadilan.or.id>, "Salman ITB" <salman@isnet.itb.ac.id>,
"SEA" <sea@swipnet.se>, "Study Line" <studyline@ub.net.id>, "Solo Pos"
<solopos@bumi.net.id>, "T Bima" <tamastir@centrin.net.id>, "Padmanaba"
<Padmanaba@uboot.com>, "Baehakin" <baehakin@yahoo.com>, "Anang SY"
<Anang.Syamsunihar@jcu.edu.au>, "Agus John" <agusjohn@ratelindo.co.id>,
"Abu Azmi" <bag.hukum@bumiputera.com>, "KOMPAS" <kompas@kompas.com>,
"Detik" <webmaster@detik.com>, "Waspada" <waspada@waspada.co.id>,
"Redaksi Waspada" <redaksi@waspada.co.id>, "Redaksi Satu Net"
<redaksi@satunet.com>, "Redaksi Kompas" <redaksi@kompas.com>, "Redaksi
Detik" <redaksi@detik.com>, "Post Kupang"
<poskpg@kupang.wasantara.net.id>, "JKT POST" <jktpost2@cbn.net.id>,
"Hudoyo" <hudoyo@cbn.net.id>, "DPM UII" <dpm_uii@yahoo.com>, "Pontianak"
<editor@pontianak.wasantara.net.id>, "PR" <redaksi@pikiran-rakyat.com>,
"Qclik" <qclik@my-deja.com>, "waspada" <newsletter@waspada.co.id>,
"Islam ITB" <is-lam@isnet.itb.ac.id>, "PKB" <pkb.indo@mailcity.com>,
"Humas PAN" <humas@pan-diy.8m.com>, "Hassan Wirajuda"
<hassan.wirajuda@ties.itu.int>, "DPP PPP" <dppp3@indosat.net.id>,
"Megawati" <megawati@gmx.net>, "Siyasah" <siyasah@isnet.org>, "Islam"
<is-lam@isnet.org>
http://www.dataphone.se/~ahmad <http://www.dataphone.se/%7Eahmad>
ahmad@dataphone.se <mailto:ahmad@dataphone.se>
Stockholm, 17 September 2002
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
STRATEGI TANCAP KUKU TNI SAMPAI KE DESA BUATAN DIKTATOR MILITER SOEHARTO
HARUS DIBUANG
Ahmad Sudirman
XaarJet Stockholm - SWEDIA.
WALAUPUN TNI DAN POLRI SUDAH TERUSIR DARI GELANGGANG POLITIK DPR MPR
TETAPI MASIH TETAP KUKUNYA MENANCAP DI
DESA, KECAMATAN, KABUPATEN DAN PROVINSI
Di negara sekular pancasila yang mayoritas penduduknya beragama Islam,
ternyata strategi tancap kuku TNI ciptaan rezim diktator militer
Soeharto selama 32 tahun yang mendasarkan kepada konsepi ABRI yang
menganut Wawasan Nusantara yang berarti bahwa ABRI bukan hanya menganut
wawasan Hankamnas saja, tetapi juga menganut wawasan Nasional yang tidak
menonjolkan salah satu kepentingan bidang perjuangan, melainkan semua
bidang perjuangan, seperti politik, ekonomi, sosial-budaya dan Hankam.
Dimana semuanya mempunyai hubungan yang erat satu sama lain di dalam
perjuangan nasional. Kemudian diperkuat oleh Keputusan Presiden No
79/1969 yang menyatakan bahwa ABRI merupakan inti kekuatan Hankamnas
yang sekaligus merupakan kekuatan sosial yang tidak dapat dipisahkan
dari perjuangan Hankamnas. (Sekretariat Negara RI, 30 Tahun Indonesia
Merdeka 1965-1973, cetakan ke 7 tahun 1986).
Nah, dengan lahirnya konsepsi ABRI yang menganut Wawasan Nusantara
inilah mulai digencarkan ABRI masuk kesegala penjuru, bukan saja dalam
bidang
pertahanan dan keamanan, melainkan juga masuk kebidang politik, sosial,
ekonomi dan perdagangan.
Sehingga selama 32 tahun terlihat dengan mata terutama TNI Angkatan
Darat telah merasuk kesegala penjuru, dari mulai Lurah, Camat, Bupati,
Walikota, Gubernur sampai Presiden dipegang oleh militer khususnya TNI
Angkatan Darat.
Begitu juga lembaga TNI diperluas kaki-tangannya sampai mencapai
pedesaan dengan tingkat Bintara Pembina Desa, diteruskan ketingkat
Kecamatan dengan nama Komando Rayon Militer (Koramil), selanjutnya masuk
ketingkat Kabupaten dengan nama Komando Distrik Militer (Kodim),
kemudian sampai ketingkat Provinsi dengan nama Komando Daerah Militer
(Kodam).
Jelas itu semua merupakan hasil dari penerapan konsepsi ABRI yang
menganut Wawasan Nusantara ciptaan rezim diktator militer Soeharto.
Tentu saja, dengan lahirnya ABRI yang menganut konsepsi Wawasan
Nusantara ini yang pelaksanaannya langsung diatur, dikontrol dan diawasi
oleh rezim diktator
militer Soeharto, maka lahirlah negara sekuilar pancasila dengan
pemerintahannya yang diktatorial yang langsung dipimpin oleh diktator
militer Soeharto itu sendiri.
Nah sekarang, ketika MPR melahirkan Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/2000
Tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia, dimana ditetapkan menurut Pasal 2 bahwa (1) Tentara
Nasional Indonesia adalah alat negara yang berperan dalam pertahanan
negara. (2)
Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah alat negara yang berperan
dalam memelihara keamanan.
Ternyata, sampai detik ini, tancapan kuku TNI AD ini yang sudah
menghunjam sampai ke desa-desa ini makin sukar untuk ditarik kembali,
bahkan makin diperkuat
dengan alasan mempertahankan negara sekular pancasila.
Padahal setelah jatuhnya rezim dikatator militer Soeharto 4 tahun yang
lalu telah memanggung 3 presiden diatas pentas sandiwara negara sekular
pancasila, tetapi
ternyata sampai detik ini benteng kaki-tangan TNI AD ini masih tetap
menamcap dengan kokohnya.
Ini membuktikan bahwa kekuatan TNI terutama dari kalangan Angkatan
Daratnya masih mempunyai gigi untuk menggertak para politikus karbitan
yang ompong itu. Dan memang ternyata, Tap MPR tersebut diatas hanyalah
merupakan Tap yang menggambarkan bahwa perananan TNI hanya sebagai alat
negara yang berperan dalam pertahanan negara diatas kertas saja, yang
penerapan sebenarnya masih jauh diatas awan.
Padahal kalau pihak politikus karbitan dan pihak pemerintah baik sewaku
Habibie, Gus Dur dan sekarang Mega punya niat dan kemauan yang kuat, maka
sebenarnya mudah untuk menarik kuku TNI yang sudah tertancap di
Desa-Desa, Kecamatan-Kecamatan, Kabupaten-Kabupaten dan Provinsi-Provisi
untuk
dimasukkan ke asrama-asrama, atau dimasukkan ke bagian Kepolisian, atau
dijadikan sipil untuk diswastakan, atau diberikan kemudahan untuk kerja
sambilan
untuk tambah-tambah gajihnya yang rendah itu, agar tidak menjadi
beking-beking para cukong atau para toke yang punya bisnis.
Jadi, untuk memelihara keamanan bukan tugasnya TNI melainkan tugasnya
Kepolisian, karena itu, kalau memang anggota TNI yang sekarang berjubel di
Desa-Desa, di Koramil, di Kodim dan di Kodam itu sebaiknya diminta untuk
dimasukkan ke bagian Kepolisian dengan tujuan untuk menambah kekuatan
personil
Kepolisian juga untuk mengurangi ketegangan dan konflik antar TNI dan
Kepolisian.
Kemudian untuk menyelesaikan kemelut di beberapa daerah seperti di Aceh,
Papua, Poso, Ambon dan didaerah rawan lainnya, bukan puluhan ribu TNI
yang harus diterjunkan, melainkan pihak Kepolisian yang sebelumnya perlu
dididik bagaimana untuk menghadapi dan menyelesaikan konflik antar suku,
antar pemeluk agama, dan mereka yang berkeinginan untuk menentukan
nasibnya sendiri. Disamping pihak pemerintah Mega harus punya inisiatif
yang baik dan jujur untuk benar-benar menyelesaikan kemelut di
daerah-daerah itu, bukan hanya diserahkan kepada pihak pemerintah daerah
yang dipimpin oleh Gubernur dengan beking dari para pimpinan dan anggota
Kodam, Kodim, Koramil saja dan bukan hanya mengeluarkan
Instruksi-Instruksi Presiden yang isinya menyangkut pendekatan pertahanan
militer serta penerapan darurat perang /sipil saja.
Jelas, kalau ditanya pihak TNI, apalgi para jenderalnya, tentu saja
mereka itu sampai darah penghabisan akan mepertahankan kedudukannya,
karena mereka sudah merasa keenakan dan terbiasa sejak zaman diktator
militer Soeharto yang tanpa keluar keringat keras cukup dicantumkan saja
namanya untuk dijadikan deking, maka mengalirlah dana ke kantongnya.
Karena itu memang TNI ini kalau diteliti dan didalami sedikit saja, maka
akan terbukti bahwa apa yang telah dijalankan oleh diktatro militer
Soeharto dan diterapkan terhadap TNI sampai detik ini adalah sudah jauh
menyimpang dan melanggar dari apa yang sebenarnya menjadi tujuan semula
sejak dibentuknya TNI ini yaitu yang bertugas pokok menyelamatkan Negara
Republik Indonesia dan rakyatnya dari bahaya penjajahan.(
http://www.mabesad.mil.id/fr_sejarah.htm )
Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada
ahmad@dataphone.se <mailto:ahmad@dataphone.se> agar supaya sampai kepada
saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang
telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang
Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP
http://www.dataphone.se/~ahmad <http://www.dataphone.se/%7Eahmad>
Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita
memohon petunjuk, amin *.*
Wassalam.
Ahmad Sudirman
http://www.dataphone.se/~ahmad <http://www.dataphone.se/%7Eahmad>
ahmad@dataphone.se <mailto:ahmad@dataphone.se>
--------------060008010205060103040903
Content-Type: text/html; charset=iso-8859-2
Content-Transfer-Encoding: 8bit
<!DOCTYPE html PUBLIC "-//W3C//DTD HTML 4.01 Transitional//EN">
<html>
<head>
<meta http-equiv="Content-Type" content="text/html;charset=iso-8859-2">
<title></title>
</head>
<body bgcolor="#ffffff">
<br>
<br>
-------- Original Message --------
<table cellpadding="0" cellspacing="0" border="0">
<tbody>
<tr>
<th valign="baseline" align="right" nowrap="nowrap">Subject: </th>
<td>STRATEGI TANCAP KUKU TNI SAMPAI KE DESA BUATAN DIKTATOR MILITER
SOEHARTO HARUS DIBUANG</td>
</tr>
<tr>
<th valign="baseline" align="right" nowrap="nowrap">Date: </th>
<td>Mon, 16 Sep 2002 23:53:41 +0200</td>
</tr>
<tr>
<th valign="baseline" align="right" nowrap="nowrap">From: </th>
<td>"Ahmad Sudirman" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:ahmad@dataphone.se"><ahmad@dataphone.se></a></td>
</tr>
<tr>
<th valign="baseline" align="right" nowrap="nowrap">To: </th>
<td>"Mail2news" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:Mail2news-20020917-soc.culture.indonesia+alt.culture.indonesia@anon.lcs.mit.edu"><Mail2news-20020917-soc.culture.indonesia+alt.culture.indonesia@anon.lcs.mit.edu></a>, "nurzati"
<a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:nurzati@tjp.toshiba.co.jp"><nurzati@tjp.toshiba.co.jp></a>, "Suparmo" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:asadullah_abujihad@yahoo.com"><asadullah_abujihad@yahoo.com></a>, "Suparmo"
<a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:suparmo@tjp.toshiba.co.jp"><suparmo@tjp.toshiba.co.jp></a>, "Hamzah Tontowy Djauhari" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:hamzahtd@cabi.net.id"><hamzahtd@cabi.net.id></a>, "Herman
R" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:hermanranuwiharjo@mail.com"><hermanranuwiharjo@mail.com></a>, "Hidajat Sjarif" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:siliwangi27@hotmail.com"><siliwangi27@hotmail.com></a>, "Moh
Irkham" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:irkham@mailhost.bps.go.id"><irkham@mailhost.bps.go.id></a>, "PK" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:partai@keadilan.or.id"><partai@keadilan.or.id></a>,
"Salman ITB" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:salman@isnet.itb.ac.id"><salman@isnet.itb.ac.id></a>, "SEA" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:sea@swipnet.se"><sea@swipnet.se></a>,
"Study Line" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:studyline@ub.net.id"><studyline@ub.net.id></a>, "Solo Pos" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:solopos@bumi.net.id"><solopos@bumi.net.id></a>,
"T Bima" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:tamastir@centrin.net.id"><tamastir@centrin.net.id></a>, "Padmanaba" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:Padmanaba@uboot.com"><Padmanaba@uboot.com></a>,
"Baehakin" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:baehakin@yahoo.com"><baehakin@yahoo.com></a>, "Anang SY" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:Anang.Syamsunihar@jcu.edu.au"><Anang.Syamsunihar@jcu.edu.au></a>, "Agus
John" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:agusjohn@ratelindo.co.id"><agusjohn@ratelindo.co.id></a>, "Abu Azmi" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:bag.hukum@bumiputera.com"><bag.hukum@bumiputera.com></a>,
"KOMPAS" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:kompas@kompas.com"><kompas@kompas.com></a>, "Detik" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:webmaster@detik.com"><webmaster@detik.com></a>,
"Waspada" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:waspada@waspada.co.id"><waspada@waspada.co.id></a>, "Redaksi Waspada" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:redaksi@waspada.co.id"><redaksi@waspada.co.id></a>, "Redaksi
Satu Net" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:redaksi@satunet.com"><redaksi@satunet.com></a>, "Redaksi Kompas" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:redaksi@kompas.com"><redaksi@kompas.com></a>, "Redaksi
Detik" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:redaksi@detik.com"><redaksi@detik.com></a>, "Post Kupang" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:poskpg@kupang.wasantara.net.id"><poskpg@kupang.wasantara.net.id></a>, "JKT
POST" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:jktpost2@cbn.net.id"><jktpost2@cbn.net.id></a>, "Hudoyo" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:hudoyo@cbn.net.id"><hudoyo@cbn.net.id></a>, "DPM
UII" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:dpm_uii@yahoo.com"><dpm_uii@yahoo.com></a>, "Pontianak" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:editor@pontianak.wasantara.net.id"><editor@pontianak.wasantara.net.id></a>, "PR"
<a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:redaksi@pikiran-rakyat.com"><redaksi@pikiran-rakyat.com></a>, "Qclik" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:qclik@my-deja.com"><qclik@my-deja.com></a>, "waspada"
<a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:newsletter@waspada.co.id"><newsletter@waspada.co.id></a>, "Islam ITB" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:is-lam@isnet.itb.ac.id"><is-lam@isnet.itb.ac.id></a>,
"PKB" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:pkb.indo@mailcity.com"><pkb.indo@mailcity.com></a>, "Humas PAN" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:humas@pan-diy.8m.com"><humas@pan-diy.8m.com></a>, "Hassan
Wirajuda" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:hassan.wirajuda@ties.itu.int"><hassan.wirajuda@ties.itu.int></a>, "DPP PPP" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:dppp3@indosat.net.id"><dppp3@indosat.net.id></a>,
"Megawati" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:megawati@gmx.net"><megawati@gmx.net></a>, "Siyasah" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:siyasah@isnet.org"><siyasah@isnet.org></a>,
"Islam" <a class="moz-txt-link-rfc2396E" href="mailto:is-lam@isnet.org"><is-lam@isnet.org></a></td>
</tr>
</tbody>
</table>
<br>
<br>
<meta http-equiv="Content-Type" content="text/html; charset=iso-8859-2">
<meta content="MSHTML 6.00.2600.0" name="GENERATOR">
<style></style>
<div><a href="http://www.dataphone.se/%7Eahmad">http://www.dataphone.se/~ahmad</a><br>
<a href="mailto:ahmad@dataphone.se">ahmad@dataphone.se</a></div>
<div> </div>
<div>Stockholm, 17 September 2002</div>
<div> </div>
<div>Bismillaahirrahmaanirrahiim.<br>
Assalamu'alaikum wr wbr.</div>
<div> </div>
<div>STRATEGI TANCAP KUKU TNI SAMPAI KE DESA BUATAN DIKTATOR MILITER SOEHARTO
HARUS DIBUANG<br>
Ahmad Sudirman<br>
XaarJet Stockholm - SWEDIA.</div>
<div> </div>
<div><br>
WALAUPUN TNI DAN POLRI SUDAH TERUSIR DARI GELANGGANG POLITIK DPR MPR TETAPI
MASIH TETAP KUKUNYA MENANCAP DI <br>
DESA, KECAMATAN, KABUPATEN DAN PROVINSI</div>
<div> </div>
<div>Di negara sekular pancasila yang mayoritas penduduknya beragama Islam,
ternyata strategi tancap kuku TNI ciptaan rezim diktator militer Soeharto
selama 32 tahun yang mendasarkan kepada konsepi ABRI yang menganut Wawasan
Nusantara yang berarti bahwa ABRI bukan hanya menganut wawasan Hankamnas
saja, tetapi juga menganut wawasan Nasional yang tidak menonjolkan salah
satu kepentingan bidang perjuangan, melainkan semua bidang perjuangan, seperti
politik, ekonomi, sosial-budaya dan Hankam. Dimana semuanya mempunyai hubungan
yang erat satu sama lain di dalam perjuangan nasional. Kemudian diperkuat
oleh Keputusan Presiden No 79/1969 yang menyatakan bahwa ABRI merupakan
inti kekuatan Hankamnas yang sekaligus merupakan kekuatan sosial yang tidak
dapat dipisahkan dari perjuangan Hankamnas. (Sekretariat Negara RI, 30 Tahun
Indonesia Merdeka 1965-1973, cetakan ke 7 tahun 1986).</div>
<div> </div>
<div>Nah, dengan lahirnya konsepsi ABRI yang menganut Wawasan Nusantara inilah
mulai digencarkan ABRI masuk kesegala penjuru, bukan saja dalam bidang <br>
pertahanan dan keamanan, melainkan juga masuk kebidang politik, sosial, ekonomi
dan perdagangan.</div>
<div> </div>
<div>Sehingga selama 32 tahun terlihat dengan mata terutama TNI Angkatan
Darat telah merasuk kesegala penjuru, dari mulai Lurah, Camat, Bupati, Walikota,
Gubernur sampai Presiden dipegang oleh militer khususnya TNI Angkatan Darat.</div>
<div> </div>
<div>Begitu juga lembaga TNI diperluas kaki-tangannya sampai mencapai pedesaan
dengan tingkat Bintara Pembina Desa, diteruskan ketingkat Kecamatan dengan
nama Komando Rayon Militer (Koramil), selanjutnya masuk ketingkat Kabupaten
dengan nama Komando Distrik Militer (Kodim), kemudian sampai ketingkat Provinsi
dengan nama Komando Daerah Militer (Kodam).</div>
<div> </div>
<div>Jelas itu semua merupakan hasil dari penerapan konsepsi ABRI yang menganut
Wawasan Nusantara ciptaan rezim diktator militer Soeharto.</div>
<div> </div>
<div>Tentu saja, dengan lahirnya ABRI yang menganut konsepsi Wawasan Nusantara
ini yang pelaksanaannya langsung diatur, dikontrol dan diawasi oleh rezim
diktator <br>
militer Soeharto, maka lahirlah negara sekuilar pancasila dengan pemerintahannya
yang diktatorial yang langsung dipimpin oleh diktator militer Soeharto itu
sendiri.</div>
<div> </div>
<div>Nah sekarang, ketika MPR melahirkan Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/2000
Tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara <br>
Republik Indonesia, dimana ditetapkan menurut Pasal 2 bahwa (1) Tentara
Nasional Indonesia adalah alat negara yang berperan dalam pertahanan negara.
(2) <br>
Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah alat negara yang berperan dalam
memelihara keamanan.</div>
<div> </div>
<div>Ternyata, sampai detik ini, tancapan kuku TNI AD ini yang sudah menghunjam
sampai ke desa-desa ini makin sukar untuk ditarik kembali, bahkan makin
diperkuat <br>
dengan alasan mempertahankan negara sekular pancasila.</div>
<div> </div>
<div>Padahal setelah jatuhnya rezim dikatator militer Soeharto 4 tahun yang
lalu telah memanggung 3 presiden diatas pentas sandiwara negara sekular
pancasila, tetapi <br>
ternyata sampai detik ini benteng kaki-tangan TNI AD ini masih tetap menamcap
dengan kokohnya.</div>
<div> </div>
<div>Ini membuktikan bahwa kekuatan TNI terutama dari kalangan Angkatan Daratnya
masih mempunyai gigi untuk menggertak para politikus karbitan yang ompong
itu. Dan memang ternyata, Tap MPR tersebut diatas hanyalah merupakan Tap
yang menggambarkan bahwa perananan TNI hanya sebagai alat negara yang berperan
dalam pertahanan negara diatas kertas saja, yang penerapan sebenarnya masih
jauh diatas awan.</div>
<div> </div>
<div>Padahal kalau pihak politikus karbitan dan pihak pemerintah baik sewaku
Habibie, Gus Dur dan sekarang Mega punya niat dan kemauan yang kuat, maka
<br>
sebenarnya mudah untuk menarik kuku TNI yang sudah tertancap di Desa-Desa,
Kecamatan-Kecamatan, Kabupaten-Kabupaten dan Provinsi-Provisi untuk <br>
dimasukkan ke asrama-asrama, atau dimasukkan ke bagian Kepolisian, atau dijadikan
sipil untuk diswastakan, atau diberikan kemudahan untuk kerja sambilan <br>
untuk tambah-tambah gajihnya yang rendah itu, agar tidak menjadi beking-beking
para cukong atau para toke yang punya bisnis.</div>
<div> </div>
<div>Jadi, untuk memelihara keamanan bukan tugasnya TNI melainkan tugasnya
Kepolisian, karena itu, kalau memang anggota TNI yang sekarang berjubel
di <br>
Desa-Desa, di Koramil, di Kodim dan di Kodam itu sebaiknya diminta untuk
dimasukkan ke bagian Kepolisian dengan tujuan untuk menambah kekuatan personil
<br>
Kepolisian juga untuk mengurangi ketegangan dan konflik antar TNI dan Kepolisian.</div>
<div> </div>
<div>Kemudian untuk menyelesaikan kemelut di beberapa daerah seperti di Aceh,
Papua, Poso, Ambon dan didaerah rawan lainnya, bukan puluhan ribu TNI yang
harus diterjunkan, melainkan pihak Kepolisian yang sebelumnya perlu dididik
bagaimana untuk menghadapi dan menyelesaikan konflik antar suku, antar pemeluk
agama, dan mereka yang berkeinginan untuk menentukan nasibnya sendiri. Disamping
pihak pemerintah Mega harus punya inisiatif yang baik dan jujur untuk benar-benar
menyelesaikan kemelut di daerah-daerah itu, bukan hanya diserahkan kepada
pihak pemerintah daerah yang dipimpin oleh Gubernur dengan beking dari para
pimpinan dan anggota Kodam, Kodim, Koramil saja dan bukan hanya mengeluarkan
Instruksi-Instruksi Presiden yang isinya menyangkut pendekatan pertahanan
<br>
militer serta penerapan darurat perang /sipil saja.</div>
<div> </div>
<div>Jelas, kalau ditanya pihak TNI, apalgi para jenderalnya, tentu saja
mereka itu sampai darah penghabisan akan mepertahankan kedudukannya, karena
mereka sudah merasa keenakan dan terbiasa sejak zaman diktator militer Soeharto
yang tanpa keluar keringat keras cukup dicantumkan saja namanya untuk dijadikan
deking, maka mengalirlah dana ke kantongnya.</div>
<div> </div>
<div>Karena itu memang TNI ini kalau diteliti dan didalami sedikit saja,
maka akan terbukti bahwa apa yang telah dijalankan oleh diktatro militer
Soeharto dan diterapkan terhadap TNI sampai detik ini adalah sudah jauh
menyimpang dan melanggar dari apa yang sebenarnya menjadi tujuan semula
sejak dibentuknya TNI ini yaitu yang bertugas pokok menyelamatkan Negara
Republik Indonesia dan rakyatnya dari bahaya penjajahan.( <a
href="http://www.mabesad.mil.id/fr_sejarah.htm">http://www.mabesad.mil.id/fr_sejarah.htm</a>
)</div>
<div> </div>
<div>Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada
<a href="mailto:ahmad@dataphone.se">ahmad@dataphone.se</a> agar supaya sampai
kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang
telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah
silahkan lihat di kumpulan artikel di HP <br>
<a href="http://www.dataphone.se/%7Eahmad">http://www.dataphone.se/~ahmad</a></div>
<div> </div>
<div>Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita
memohon petunjuk, amin *.*</div>
<div> </div>
<div>Wassalam.</div>
<div> </div>
<div>Ahmad Sudirman</div>
<div> </div>
<div><a href="http://www.dataphone.se/%7Eahmad">http://www.dataphone.se/~ahmad</a><br>
<a href="mailto:ahmad@dataphone.se">ahmad@dataphone.se</a></div>
<div> </div>
<div> </div>
</body>
</html>
--------------060008010205060103040903--